Dunia Penyihir

Undangan (Bagian 2)



Undangan (Bagian 2)

0Bola mata itu meleleh dan berubah menjadi cairan merah, sebelum akhirnya menyatu menjadi bola darah seukuran kepala yang melayang-layang di tengah lingkaran sihir tersebut.     

Permukaan bola darah itu bergelembung dan terus mendidih.     

Angele mengangkat tangannya dan menggoreskan rune-rune di udara dengan jarinya.     

Titik-titik cahaya biru di depan matanya menjadi semakin terang saat rune-rune yang ia goreskan menyatu pada bola darah tersebut. Keringat menetes melalui dagunya.     

Saat rune-rune itu menyatu, bola darah tersebut menjadi semakin kecil.     

Warna bola darah tersebut menjadi semakin terang. Cahaya merah bersinar menerangi seluruh ruangan itu.     

Setelah satu jam, akhirnya Angele selesai menggoreskan rune.     

Rune terakhir melesat cepat, menjadi kilat merah, dan menyatu dengan bola darah tersebut.     

Bola darah itu masih mengecil.     

Duk! Duk!     

Terdengar suara mirip detak jantung manusia.     

Bola darah mendidih yang awalnya sebesar kepala manusia itu telah mengecil hingga menjadi bola kecil seukuran tangan seorang anak. Bola itu tidak lagi mendidih, namun terlihat gumpalan asap merah yang terus membumbung tinggi dari permukaannya.     

Gumpalan asap merah itu memiliki bau tajam dan manis, seperti sirup.     

Ia melihat bola darah seukuran kepalan tangan itu dan menganalisanya dengan bantuan Zero.     

'Darah telah selesai diekstrak. Memeriksa penyimpanan data…' lapor Zero.     

'Pemeriksaan selesai, tidak ada kecocokan. Memulai simulasi efek darah…'     

'Simulasi telah selesai. Efek penggabungan darah: Meningkatkan kekuatan, mendapatkan kekuatan khusus, evolusi. Efek negatif: Mutasi, perubahan wujud, dan banyak lagi. Mohon kumpulkan lebih banyak informasi.'     

Zero melaporkan setelah beberapa menit.     

Setelah membaca laporan tersebut, Angele menjadi bingung. Hasil simulasi itu sama sekali tidak membantu. Tidak ada informasi tentang poin penambahan kekuatan, dan tidak semua efek negatif terdaftar pada informasi tersebut.     

Ia terdiam dan menghela nafas.     

'Akan kutunggu saja.'     

Shing!     

Bola merah itu berubah menjadi cahaya merah dan masuk ke dalam dadanya, lalu berubah menjadi signet berbentuk mata yang muncul di samping signet not musik merahnya.     

Signet tersebut adalah signet ketiga yang ia dapatkan, yang juga tersegel di dalam tubuhnya.     

Saat ini, ia punya dua pilihan.     

Pertama, ia bisa terus berlatih Lautan Pusat Api dan berkembang perlahan-lahan, seperti para penyihir lainnya di benua tengah.     

Atau, ia bisa terus mencoba mengekstrak darah-darah lain dan meningkatkan kekuatannya seperti para penyihir kuno dulu. Walaupun Angele tidak tahu pasti metode yang digunakan penyihir kuno, ia tahu bahwa para penyihir kuno meningkatkan kekuatan dengan memperbaiki darah mereka.     

Mereka mengikat kontrak dengan makhluk-makhluk terkuat dari dunia lain, dan mendapatkan kekuatan, darah, dan pengetahuan dengan berpetualang di Dunia Chaos yang misterius.     

Untuk penyihir zaman sekarang, bepergian ke dunia lain nyaris tidak bisa dilakukan. Bagi mereka, satu-satunya cara untuk berkomunikasi dengan makhluk hidup dunia lain adalah dengan menggunakan World Stone.     

Berbeda dengan penyihir zaman ini pada umumnya, Angele memiliki signet-signet darah, sehingga ia mampu pergi ke dunia lain dan mengumpulkan informasi. Ia berkesempatan menjadi salah satu dari penyihir modern terkuat di dunia.     

Ia mengusap kedua signet beberapa kali.     

Akhirnya, ia memutuskan untuk pergi ke Kota Pohon Singa dan mencari informasi.     

**     

Dua hari kemudian.     

Di hutan, di sisi timur laut Sungai Ness, terlihat cahaya matahari keemasan yang menerangi permukaan tanah, sehingga tempat itu menjadi panas.     

Bahkan, angin yang bertiup sepoi-sepoi terasa panas dan lembap.     

Cahaya emas matahari dipantulkan oleh dedaunan berwarna hijau gelap, sehingga dedaunan itu terlihat cerah dan bersih.     

Di samping padang rumput berwarna kekuningan, terlihat lautan pepohonan yang nyaris tak berujung.     

Angele, yang mengenakan jubah hitamnya, berjalan keluar dari hutan. Ia melepaskan tudungnya, sehingga terlihat wajahnya yang bersih dan rambut panjang merahnya.     

Saat waktunya sudah tepat, ia meninggalkan rumah dengan mengikuti arah yang ditunjukkan oleh panah di peta itu.     

Setelah berjalan selama dua hari, akhirnya ia berhasil meninggalkan hutan.     

Ia berdiri di tepi hutan dan menatap padang rumput itu.     

'Padang rumput' itu kosong, tanpa ada kehidupan. Tidak ada rumput, makhluk hidup, atau pun pepohonan.     

Dari atas tebing, pemandangan di bawah terlihat sangat indah.     

Di seberang tanah lapang itu, terdapat sebuah kota berwarna kekuningan yang diselimuti oleh kabut kuning tipis. Banyaknya warna kuning membuat kota itu menjadi berbaur dengan sekelilingnya, sehingga Angele nyaris tidak bisa melihat apa-apa.     

Hanya terdengar suara deru angin; tidak ada suara serangga atau pun burung, sehingga tempat itu terasa sangat sepi.     

Ia mengambil gulungan pemberian Eye Devil, kemudian menyentuhnya dan membukanya.     

'Inilah Kota Awan Hitam.' Ia menggerakkan jari telunjuknya dan menunjuk titik penanda kota itu.     

'Kota Pohon Singa sudah tidak jauh dari sini.' Ia memeriksa panah pada peta. Panah itu tidak menunjuk ke Kota Awan Hitam, namun menunjuk kota pada sisi kiri tanah lapang itu.     

Ia mengenakan tudungnya, menutup gulungan, dan segera berlari.     

Crik! Crik!     

Tiba-tiba, terdengar suara aneh dari belakang.     

Angele berhenti bergerak. Ia memiringkan tubuhnya, dan melihat sekelilingnya. Karena tidak melihat apa-apa, ia akhirnya memutuskan untuk terus berjalan.     

Asap kuning membumbung dari pasir di belakang Angele, sebelum berubah menjadi bayangan kuning berbentuk manusia. Bayangan itu tidak memiliki leher, sehingga tidak ada penghubung antara kepala dan tubuhnya.     

"Sii!" Seru bayangan itu seraya melompat ke arah Angele.     

Brak!     

Bayangan itu menabrak jubah Angele, dan berubah kembali menjadi bubuk kuning di atas tanah.     

Tidak tertarik pada makhluk aneh itu, Angele meningkatkan kecepatannya. Ia terus berlari ke arah tempat yang ditunjukkan oleh panah pada petanya.     

Ini bukanlah kali pertamanya melihat makhluk berbentuk bayangan itu. Ia bertemu bayangan itu beberapa kali dengan wujud yang berbeda. Ada yang muda, ada yang tua, ada yang berbentuk seperti pria, dan ada juga yang berbentuk seperti wanita.     

Mereka akan selalu mencoba melompat ke arah Angele, namun saat menyentuh jubahnya, mereka langsung menghilang.     

Ia masih belum tahu apa sebenarnya makhluk-makhluk itu. Sekilas, semua makhluk itu terlihat sederhana dan tidak memiliki akal, namun jika dilihat dari wujud mereka, ada kemungkinan bahwa mereka adalah penduduk yang terkena pengaruh dunia ini dan bermutasi. Mereka tidak bisa diserang dengan serangan fisik, dan mereka akan menembus benda apa pun yang tidak berwarna hitam.     

Makhluk-makhluk itu hanya bergerak saat siang, karena malam terlalu berbahaya bagi mereka.     

Dunia Mimpi Buruk ini semakin lama terasa semakin aneh.     

Setelah merapatkan jubahnya, ia kembali mempercepat langkahnya dan berlari menuju ke kota di sebelah kiri Kota Awan Hitam.     

**     

Hari sudah malam. Di atas tebing, di dekat tanah lapang.     

Awan-awan hitam menutupi langit dan juga bulan. Tempat itu menjadi lembap dan panas.     

Angele, yang mengenakan jubah hitamnya, berdiri di atas tebing sambil menatap kota di bawah sana.     

Terlihat sebuah daerah gelap yang tertutup oleh benang merah berbentuk lingkaran.     

Menurut peta, tempat itulah yang bernama Kota Pohon Singa.     

Angin berhembus, membawa bau khas belerang ke atas tebing.     

Setelah menenangkan diri, ia menatap kota di bawah.     

Benang-benang merah itu bergerak perlahan, melepaskan gas beracun dan gelombang panas bersuhu tinggi. 'Benang' itu sebenarnya adalah sungai yang dialiri oleh lahar merah yang panas membara dan mendidih.     

Kota yang dilindungi oleh gelombang panas dan racun itu terlihat seperti kota yang baru saja terbakar.     

Dalam gelapnya malam, cahaya merah lahar panas itu terlihat sangat mencolok.     

Angele menarik nafas. Tercium bau belerang di udara.     

'Untung saja aku menggunakan Lautan Pusat Api. Panas ini tidak ada apa-apanya untukku.' Ia menghela nafas seraya menggerak-gerakkan tangannya dan menggumamkan mantra.     

Lebih dari sepuluh mata merah muncul di sekitar tubuhnya setelah ia selesai. Tidak lama kemudian, semua mata merah itu menghilang.     

Sihir itu adalah sihir Mata Api yang sudah dimodifikasi. Setelah menggunakan sihir itu, ia berjalan mendekati kota.     

Duar!     

Tiba-tiba, sebuah bintang hijau yang muncul di langit terjatuh ke arah kota.     

Bintang itu mengeluarkan suara keras, seperti suara pesawat, dan meninggalkan jejak cahaya berwarna kehijauan.     

Angele melihat ada makhluk mengerikan di dalam bintang itu; bentuknya seperti prajurit gila yang mengenakan zirah dari tulang-belulang.     

Dua kapak berwarna hijau tersemat pada punggung makhluk tersebut. Kepalanya dilindungi oleh helm tulang dengan rune bercahaya berwarna putih. Wajahnya memiliki ekspresi aneh, dan mulutnya terbuka lebar. Sepertinya, makhluk tersebut sedang berteriak.     

Dengan cepat, bintang hijau itu mendarat ke kota.     

Duar!     

Bola itu menghilang, dan tanah pun bergetar.     

Ekspresi Angele berubah beberapa kali. Ia berjalan mendekati kota itu.     

Ini adalah kesempatan terbaik untuk berkomunikasi dengan makhluk-makhluk berakal di Dunia Mimpi Buruk, jadi aku bisa mempelajari dunia ini dan apa yang sedang terjadi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.