Dunia Penyihir

Lingkaran Sihir (Bagian 1)



Lingkaran Sihir (Bagian 1)

0Lyn memberikan sedikit bubuk penawar itu pada si kusir, dan menunggunya bangun agar mereka bisa melanjutkan perjalanan.     

Setelah mereka kembali berjalan, Angele mulai menganalisa Parfum Naga yang didapatkannya. Ia masih harus mencari jawaban untuk misteri-misteri Dunia Mimpi Buruk.     

Satu hal yang ia sadari: lokasi Dunia Mimpi Buruk akan berubah jika tempat masuk yang ia gunakan berubah pula. Ini menunjukkan bahwa dunianya memiliki hubungan dengan Dunia Mimpi Buruk.     

Area rumahnya adalah titik masuk yang paling aman dibandingkan titik masuk lainnya, sehingga ia harus mencari cara untuk selalu muncul di rumahnya saat masuk ke Dunia Mimpi Buruk.     

Untuk saat ini, masalah Stigma sudah selesai. Ia harus fokus pada urusannya sendiri.     

Lautan Pusat Api adalah teknik meditasi dengan tingkat perkembangan yang stabil namun lambat. Tidak ada jalan pintas untuk menyelesaikan tahap keempat.     

'Masalah terbesar saat ini adalah sang penguasa kegelapan. Aku harus bersembunyi dulu, karena aku tidak punya cara untuk mengetahui struktur organisasi mereka. Jika aku tidak bisa memisahkan Henn dari tubuhku, aku harus mencari cara untuk melawan mereka. Aku harus berhati-hati. Aku tidak mau melibatkan Vivian ke dalam masalah ini,' pikir Angele. Selama perjalanan, tidak ada hal aneh yang terjadi. Akhirnya, mereka sampai ke rumah dengan selamat.     

Namun, begitu sampai di rumah, ia menerima pesan dari murid-murid Vivian, yang mengundangnya untuk mendatangi pertemuan di pusat organisasi. Sepertinya, sedang ada masalah besar.     

**     

Gedung pusat organisasi Tangan Elemental…     

Beberapa ekor burung hantu raksasa berwarna hitam-putih mendarat perlahan di atas teras putih, tepat di lereng gunung tempat gedung pusat berada.     

Pria-pria dan wanita-wanita melompat turun dari burung hantu tersebut; semuanya mengenakan pakaian hitam dengan dekorasi merah di sekitar leher mereka. Mereka semua melepaskan gelombang-gelombang kekuatan mental yang kuat.     

"Seth, pergilah dulu bersama Milan. Aku masih harus menyerahkan laporan," kata seorang pria berambut pendek berwarna cokelat, bertubuh kekar, dan bertelinga panjang dan runcing, seperti telinga elf. Wajahnya yang panjang menunjukkan ekspresi dingin.     

"Baiklah, Morrian." Seth memberikan tali kekang burung pada seorang pekerja yang mendekat. "Sudah lama aku tidak bertemu Angele. Aku harus meminta lebih banyak daging ulat itu. Sial, makanan itu membuatku ketagihan…" Seth mengenakan pengikat rambut emas di atas rambut hitamnya, tanpa memedulikan apa yang dipikirkan orang-orang di sekitarnya.     

"Baiklah, ayo cepat. Kita kemari karena ada urusan serius, jadi jangan buang-buang waktu. Akan kutunggu di tempat biasa," timpal seorang wanita bertopeng ungu, dengan anting berwarna senada berbandul hitam di telinga kanannya. Bandul hitam pada anting itu berukuran sebesar telur, sehingga terlihat sangat berat.     

"Baiklah, baiklah. Aku akan pergi melapor ke pusat. Sampai nanti." Moria mengangguk, meninggalkan teras, dan pergi ke gerbang utama gedung itu.     

Dua kereta berwarna perak dan hitam sedang berhenti untuk menunggu pemeriksaan dari dua calon penyihir yang menjaga gerbang.     

Morrian berjalan mendekat dan menunjukkan lempengan kayu berwarna cokelat pada kedua calon itu.     

"Simbol para tetua. Master, mari ikut saya." Salah satu calon penyihir membungkuk hormat dan berbalik, kemudian mengajak Morrian memasuki pintu masuk.     

Para calon-calon penyihir dan penyihir resmi di kereta menatap Morrian dengan penuh rasa ingin tahu.     

"Siapa dia? Mengapa dia bisa masuk ke gedung tanpa pemeriksaan, sedangkan kita tidak bisa?" tanya seorang pria tambun berjubah putih pada si calon penyihir yang melakukan pemeriksaan.     

Calon penyihir itu tersenyum dan menjelaskan. "Dia memiliki hubungan dengan dewan tetua, terbukti dengan lempengan yang hanya dimiliki oleh orang-orang seperti itu. Dia akan melalui pemeriksaan, namun proses pemeriksaan akan dilakukan oleh para penyihir di gedung pusat.     

Sepertinya, para penyihir anggota tidak tahu banyak tentang sistem organisasi Tangan Elemental.     

Seth dan Milan melihat Morrian masuk, sebelum mengibaskan jubah mereka dan pergi ke gunung bersalju di arah yang berlawanan.     

"Sudah lama kita tidak pergi ke sana. Mungkin Angele sudah menunggu di reruntuhan gunung berapi." Seth tersenyum dan menatap puncak gunung yang buram itu.     

Puncak gunung tersebut diselimuti oleh awan-awan putih.     

"Iya, aku juga. Sudah bertahun-tahun aku tidak berkunjung." Milan menatap puncak pegunungan. "Angele adalah anak semata wayang Vivian, dan inilah kali pertama aku akan bertemu dengannya."     

"Um.. Seperti penyihir pada umumnya, dia tidak suka berbincang-bincang. Saat kau bertemu dengannya, kau akan tahu." Seth berjalan ke arah reruntuhan.     

Milan menggeleng dan berjalan mengikuti Seth.     

Seketika, mereka menghilang masuk ke dalam hutan di kaki gunung.     

**     

Cahaya matahari bersinar dan terpantul di atas permukaan salju yang putih, namun cahaya itu tidak membuat pegunungan terasa hangat.     

Pada puncak gunung, bau belerang dari muntahan gunung berapi memenuhi udara.     

Seorang wanita berambut panjang berwarna pirang sedang berbincang-bincang dengan seorang pria. Wanita itu mengenakan jubah panjang berwarna merah, sementara pria di depannya memiliki rambut merah gelap.     

Sepertinya, mereka tidak peduli pada asap tebal yang terus muncul dari gunung berapi itu.     

"Shozo telah memutuskan untuk keluar. Dia bukan lagi muridku. Sekarang, aku punya empat murid, dan mereka semua sudah seperti saudaramu. Katakanlah pada mereka jika kau ada masalah. Jika mereka tidak bisa membantu, bicaralah padaku."     

Wanita itu adalah Vivian. Api tak kasat mata terbakar di sekitar tubuhnya dan menari-nari di udara, sehingga membuat cahaya dan udara di sekitarnya menjadi aneh.     

Angele, pria yang berdiri di sampingnya, memiliki penampilan seperti orang berumur 20 tahun. Wajahnya tampak biasa saja, namun sikapnya sangat elegan. Ia baru saja tiba beberapa waktu lalu.     

"Aku mengerti, terima kasih. Akan kuberitahu mereka."     

"Shozo dan Black Earth belum menyatakan perang, jadi seharusnya ini tidak akan menjadi masalah. Walaupun perang sudah dimulai, aku yakin bahwa Shozo tidak akan langsung menyerangmu. Aku harus menjaga orang-orang dari aliansi, jadi kau harus tetap tinggal dalam teritori organisasi sampai setidaknya masalah ini selesai. Jangan lupa, kau menang melawan Shozo dan pengawal si pewaris itu hanya karena mereka tidak menyangka akan diserang balik. Kekuatan Master Henn terbatas, dan kekuatan itu hanya akan membantumu melawan penyihir tingkat 4 rata-rata. Jika kau bertarung dengan penyihir berpengalaman dalam medan perang, situasi akan menjadi buruk."     

Vivian terdiam sesaat, sebelum melanjutkan. "Satu lagi, walaupun kau tidak melaporkan situasi itu padaku, kau mengambil keputusan tepat dengan pergi saat bawahan Penguasa Bayangan muncul di kota. Perang sudah dimulai. Mereka sudah bertarung melawan ras-ras bawah tanah, dan sebagian sudah terbunuh. Mereka menukar nyawa mereka untuk membunuh salah satu ketua penting dalam ras bawah tanah. Situasi memburuk dengan cepat. Untung saja kau pergi tepat waktu."     

Angele sedikit terkejut. "Jadi, aku hanya beruntung. Aku tidak menyangka bahwa mereka akan memulai perang."     

"Benar. Sudah kubilang beberapa kali, katakan padaku jika kau mau meninggalkan teritori organisasi. Kau selalu membuat masalah di manapun kau pergi." Vivian memutar matanya. "Aku harus pergi sekarang. Akan kuberitahu murid-muridku, dan kau bisa pergi menunggu mereka sekarang." Vivian melihat ke kanan dan menggerakkan bibirnya, seperti sedang berbisik pada seseorang.     

Shing!     

Vivian berubah menjadi gelombang energi dan menghilang.     

Angele menarik nafas, berbalik, dan berjalan ke puncak gunung.     

Hanya bagian puncak gunung berapi itulah yang tidak bersalju. Permukaan bebatuan hitam itu tidak rata, dan cahaya matahari yang terpantul pada salju terlihat sangat menyilaukan.     

Angele berjalan ke tebing di ujung pegunungan.     

Angin dingin bertiup melalui wajahnya. Rasanya seperti wajahnya ditusuk ribuan pisau. Walaupun ia memiliki Medan Bersuhu Tinggi, ia masih mampu merasakan betapa dinginnya udara di sana.     

Sepatu bot panjangnya yang berbahan kulit meninggalkan jejak kaki di atas salju setinggi pergelangan kakinya itu.     

Ia berdiri dan melihat ke bawah. Lautan awan putih menutupi hutan-hutan hijau di bawah sana.     

Beberapa menit kemudian, Angele melihat dua bayangan hitam menaiki gunung melalui jalan sempit di dekat tebing.     

Seth berjalan di depan. Rambut pendek berwarna hitam dan pengikat kepala emasnya terlihat sangat mencolok.     

Seorang wanita muda bertopeng ungu, dengan anting berukuran sebesar telur pada telinga kanannya, berjalan di belakang Seth. Anting itu sangat mencolok dan menarik daun telinganya ke bawah.     

"Hei! Angele!" Seth telah melihat Angele berdiri di ujung tebing.     

"Seth, Milan, akhirnya kalian datang." Angele tersenyum lembut dan segera mendekati mereka.     

"Sudah lama kita tidak bertemu. Sepertinya semua masih sama seperti dulu." Milan menghela nafas dan melihat sekelilingnya.     

"Mari kita masuk. Kalian boleh beristirahat setelah makan malam. Tidak ada pekerja atau pelayan di sini, jadi kita harus bekerja sendiri." Angele berjalan masuk ke dalam gunung berapi.     

"Aku datang kemari beberapa dekade lalu, jadi aku sudah mulai lupa." Milan menggeleng.     

Angele tertawa. Mereka mulai membicarakan kemajuan teknik Lautan Pusat Api seraya bergosip tentang kejadian-kejadian yang terjadi baru-baru ini.     

Saat mereka mendekat, Angele telah menganalisa mereka dengan bantuan Zero.     

Seth masih penyihir tingkat 2. Kekuatannya sama sekali tidak meningkat, sedangkan Milan sudah menjadi penyihir tingkat 3 yang kuat. Wanita itu sudah mencapai tahap akhir tahap keempat Lautan Pusat Api, namun ia masih tidak bisa menyelesaikan tahap keempat itu.     

Mereka tidak berusaha menyembunyikan apa pun, sehingga Angele tidak menyembunyikan fakta bahwa ia sudah menjadi penyihir tingkat 2.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.