Dunia Penyihir

Sosok yang Tidak Asing (Bagian 1)



Sosok yang Tidak Asing (Bagian 1)

0"Asuransi?" Angele terdiam sesaat. "Tidak, aku kemari untuk mengambil sesuatu. Nomornya adalah 954532."     

Mendengar jawaban Angele, kepala singa dan kepala ular itu menjadi kecewa.     

"Baiklah, mengambil sesuatu, ya… Tidak ada yang mau membeli asuransi sekarang?" gumam kepala singa itu. Ia berbalik, mengambil gulungan hitam, dan membacanya.     

"954532… Ini dia." Singa itu mengambil selembar kertas kosong. "Mohon aktifkan rune komunikasi Anda."     

Angele menyentuh permukaan kertas itu.     

Shing!     

Simbol berbentuk ular hitam yang menggigit ekornya sendiri muncul di kertas.     

Klak!     

Salah satu lemari di belakang singa itu terbuka. Singa itu mengambil sebuah kotak kayu dengan tutup berwarna merah.     

"Ini barang anda, Tuan." Singa itu memberikan kotaknya pada Angele.     

Angele menerima kotak itu dengan hati-hati. Kotak itu sangatlah berat.     

"Silakan." Angele menepi. Hikari segera maju, namun Reyline tidak terlalu peduli.     

Angele berpura-pura sedang memeriksa kotak, namun sebenarnya, ia sedang menatap para penyihir jubah putih di meja lain.     

Ada tiga orang penyihir berjubah putih, sementara lainnya hanyalah pengawal. Dua di antaranya adalah wanita, dengan rune perak berbentuk segitiga pada dahi masing-masing.     

Yang terakhir adalah seorang pria yang sedang sibuk berbincang-bincang dengan orang yang berdiri di meja kasir. Rune di dahinya berbentuk bulan sabit, mirip dengan milik Cena, namun rune pria ini sedikit lebih terang.     

Angele melihat pria itu menggunakan jubahnya untuk menyembunyikan senjata. Jika dilihat dari bentuknya, sepertinya senjata itu adalah pedang panjang atau scimitar.     

Hikari dan Reyline mengambil barang masing-masing.     

Hikari membawa kotak aksesori berwarna hitam. Saat membuka kotak itu, ia tampak terkejut. Ia segera menutup kotak itu dan meletakkannya dalam kantongnya dengan hati-hati.     

Reyline memainkan lidi merah pendek berbentuk seperti seruling. Sepertinya, ia tidak tahu cara menggunakan benda itu.     

"Mari kita pergi sekarang." Angele menatap mereka.     

Reyline memicingkan matanya dan bertanya pada Angele dengan bantuan partikel energi.     

"Kau kenal mereka, Green?"     

"Iya, mereka adalah pelayan sang Penguasa Kegelapan. Jangan dekat-dekat dengan mereka," jawab Angele     

"Penguasa Kegelapan?" Ekspresi Reyline berubah kecut. Sepertinya, ia mengenal nama itu. Hikari pun menyadari bahwa ada sesuatu yang sedang terjadi.     

Mereka meninggalkan perusahaan dagang, berjalan melewati taman, dan berhenti di balik bayang-bayang lampu jalan.     

Mendengar informasi dari Reyline, ekspresi Hikari pun berubah.     

"Mungkin aku bisa membantu. Aku tahu salah satu bawahan Penguasa Kegelapan, jadi aku bisa mencari informasi. Kuharap mereka tidak kemari untuk mengejar Stigma atas perbuatannya di reruntuhan."     

Angele dan Reyline mengangguk. Anggota organisasi peramu mengenal banyak orang, karena banyak organisasi membeli ramuan mereka.     

Tanpa membuang waktu, Hikari berjalan menjauh.     

Ia menggambar rune merah berbentuk huruf 'Z' di udara.     

Setelah rune itu selesai, ia membuka lengan jubah kanannya seraya menyentuh rune merah berbentuk seperti telur pada lengannya.     

Shing!     

Gelombang merah muncul dari rune itu, sebelum akhirnya menghilang dalam beberapa detik.     

Hikari menutup matanya dan berbicara dengan temannya. Ia membuka matanya setelah selesai berbincang-bincang.     

"Aku sudah mendapat informasi."     

Mendengar perkataan itu, Hikari dan Reyline terlihat senang.     

"Mereka datang untuk menyelidiki perampokan oleh bangsa bawah tanah, bukan tentang reruntuhan itu." Hikari menjelaskan. Suaranya terdengar lega.     

"Bagus, aku tidak menyangka bahwa para tetua akan datang hanya karena perampokan harta di reruntuhan. Aku pernah mendengar berita perampokan bangsa bawah tanah yang terjadi beberapa waktu lalu." Reyline mengangguk perlahan. "Jika semua baik-baik saja, aku akan pergi sekarang. Aku masih ada misi."     

"Sampai nanti." Hikari tersenyum.     

"Sampai bertemu lagi." Angele membalas senyuman itu. "Kuharap, saat aku bertemu kalian lagi, kalian sudah menjadi penyihir tingkat 3."     

"Akhirnya, aku setuju dengan perkataanmu." Reyline membersihkan debu dari jubahnya. "Pelayanmu sudah datang. Sampai nanti."     

"Iya." Angele melihat Lyn baru saja turun dari kereta hitam di depan gerbang. Ia mengenakan terusan hitam dari sutra dan juga sarung tangan panjang. Ia membawa payung merah. Penampilannya persis seperti anak keluarga bangsawan.     

"Aku akan pergi sekarang. Masih banyak laboratorium ramuan yang membutuhkan bantuanku. Aku benar-benar tidak menyangka bahwa Stigma akan memberiku benda ini. Pertarungan ini benar-benar sepadan." Hikari tersenyum puas.     

"Yah, tugas dari Stigma sama sekali tidak mudah. Kuharap, saat kita bertemu lagi, semuanya akan lebih baik."     

"Memang kejadian yang tidak terduga." Hikari melambaikan tangannya. Ia berbalik dan berjalan ke gerbang bersama Reyline.     

Angele berdiri di bawah bayang-bayang sambil melihat kedua sosok itu pergi. Lyn berjalan mendekatinya setelah berpamitan pada Reyline dan Hikari.     

"Master." Lyn menunduk. "Maaf, aku terlambat."     

"Tidak apa-apa. Tunggu sebentar." Angele menatap pintu gedung utama. Sepertinya, ia sedang menunggu sesuatu.     

Lyn, kebingungan, terdiam sesaat sebelum ikut menunggu di balik bayangan lampu.     

Sepuluh menit berjalan, dan beberapa sosok berjubah putih dan berambut pirang berjalan keluar. Merekalah yang tadi berdiri di meja kasir.     

Sekelompok orang mendekati mereka, diketuai oleh pria paruh baya bertubuh tambun. Ia mengenakan jubah hitam dengan dekorasi perak, sehingga ia terlihat seperti balon.     

Pria tambun itu membungkuk hormat dan mengikuti mereka. Dua peleton pengawal berzirah putih berdiri di sisi mereka dan mengantar mereka pergi.     

Di luar, kereta mewah berhiaskan permata dan mutiara telah menunggu. Bentuk kereta itu sangatlah indah, sehingga banyak pejalan kaki yang menatapnya.     

"Itu adalah gubernur kota bandara ini, bajing*n yang harusnya mati tenggelam di kolam uang." Lyn menjelaskan dengan bantuan partikel energi. "Ia sangat berkuasa. Bahkan, penyihir yang bertugas mengatur menara pemurni kota pun tidak bisa menolaknya."     

"Ha? Memangnya kenapa?" Angele telah menganalisa pria itu, dan melihat bahwa pria itu hanyalah seorang manusia biasa.     

"Yah, istrinya memiliki hubungan dengan sang Penguasa Kegelapan." Sepertinya, Lyn mengenal pria tambun itu. "Aku mengenal anaknya, tapi kami tidak dekat. Aku baru saja pulang dari pesta dansa anaknya."     

"Pesta dansa? Jangan bilang bahwa kau tertarik bermain dalam 'permainan para bangsawan'," hina Angele.     

"Tentu saja tidak. Kalau aku mau bermain, aku tidak akan sampai dan menjemputmu secepat ini." Lyn memahami apa maksud hinaan Angele.     

'Permainan para bangsawan' adalah istilah halus untuk apa yang dilakukan para bangsawan yang memiliki banyak waktu luang setelah pesta. Setelah pesta dansa selesai, mereka akan melakukan pesta telanjang, kemudian melakukan pesta seks di pemandian air panas.     

Pesta yang ditinggalkan Lyn baru saja akan melakukan pesta telanjang setelah pesta dansa.     

Sudah menjadi rahasia umum bahwa kebanyakan pesta yang diadakan para bangsawan akan menjadi kacau dalam sesi kedua. Sesi kedua akan dihabiskan dengan bercumbu bersama siapa pun yang mereka sukai dalam pesta tersebut.     

"Tenang saja, aku tidak akan menghinamu jika kau suka," kata Angele dengan santai.     

"Aku tidak pernah sekalipun bermain dalam permainan para bangsawan," jawab Lyn tanpa ragu. Ia tahu bahwa keperawanannya akan berguna suatu hari nanti. Ia sedikit berbeda dari penyihir-penyihir yang Angele kenal.     

Angele menatap para penyihir itu ke mana pun mereka pergi. Setelah mereka naik kereta dan pergi, ia menunduk.     

"Mari kita pergi. Kita harus segera kembali ke Sungai Bass. Ada sesuatu yang sedang terjadi di sini."     

"Bagaimana kau bisa tahu, Master?" tanya Lyn. Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi.     

"Aku bisa mencium darah dari mereka. Mereka baru saja membunuh seseorang." Angele berjalan keluar dari bayang-bayang menuju kereta kuda yang telah terparkir di tepi jalan.     

Beberapa saat kemudian, mereka membeli kereta besar dengan kusir yang berpengalaman. Mereka segera pergi meninggalkan kota bandara walaupun hari masih gelap.     

**     

Dua bulan sabit bersinar di atas langit malam dan menerangi awan-awan putih. Awan-awan tebal dan putih itu terlihat seperti gumpalan kapas.     

Di padang rumput, jauh dari kota bandara…     

Sebuah kereta hitam berjalan perlahan di jalan yang sempit. Dari jendela yang terbuka, terlihat cahaya putih yang bersinar di dalam.     

Lampu minyak kaca tergantung di depan kereta dan menerangi jalan sempit itu dengan cahaya oranye. Si kusir tua berambut putih yang tampak berantakan sedang minum seraya mengendalikan kereta.     

Angele melihat pemandangan malam melalui jendela dengan ekspresi wajah yang kosong. Lyn, di depan Angele, sedang duduk dengan wajah mengantuk. Ia masih mengenakan gaun perak yang ia kenakan di pesta tadi.     

Kereta itu sangat luas – ada meja, rak untuk wine, tiga kursi, dan sebuah kasur kecil. Semua perabotan itu terbuat dari kayu.     

Beberapa boneka kulit tergantung di dinding, dengan huruf-huruf merah yang membentuk kata 'Kedamaian'. Boneka-boneka itu berayun-ayun seiring dengan pergerakan kereta.     

Angele menopang dagunya dengan tangan kanan dan melihat ke luar. Jarak pandang sangatlah rendah, sehingga ia tidak bisa melihat permukaan jalan dengan cahaya oranye lentera yang redup itu.     

Padang rumput gelap itu bergerak mundur di mata Angele. Telrihat beberapa orang sedang berkemah, dan penyihir-penyihir yang terbang menggunakan elang raksasa.     

Angele berbalik dan mengambil kotak dari kantongnya.     

Kotak itu ia dapatkan dari Stigma di perusahaan dagang.     

Ia menyentuh permukaan kotak dan memunculkan pola berbentuk burung aneh yang bercahaya hitam.     

Tap!     

Kotak itu terbuka sendiri.     

Di dalam kotak yang dialasi oleh sutra hitam itu, terdapat sebuah bola hitam berukuran kepalan tangan manusia. Sesuatu bergerak-gerak dalam bola bening itu, seperti ada yang terjebak.     

Gerigi-gerigi kecil muncul dan menghilang dari bola itu setiap beberapa detik, sehingga menciptakan pemandangan yang aneh.     

'Ini dia. Kristal Seribu Bayangan…' gumam Angele dengan puas. 'Jika informasinya benar, benda ini akan membantu menghilangkan hubungan mental-ku dengan Henn, namun aku tidak tahu berapa lama benda ini akan bertahan.'     

Ia menutup kotak itu dan meletakkannya di bawah meja.     

Benda itu tak bisa dibawanya dalam kantong secara sembarangan. Ribuan makhluk bayangan terkunci di dalamnya, sehingga kristal itu akan meledak jika makhluk yang ada di dalamnya menghancurkan pelidungnya. Ledakan itu akan jauh lebih kuat ketimbang bom jantung yang ia buat dulu.     

Dengan hati-hati, Angele menyisir rambutnya dengan jari setelah meletakkan kotak itu.     

Rambut coklat hitamnya telah berubah menjadi kemerahan. Rambutnya yang panjang itu telah tergerai di atas rambutnya.     

Not musik di dadanya bersinar, sehingga sekarang rambutnya menjadi seperti dicat merah.     

Warna merah terang itu mirip dengan warna darah segar.     

Ia mengambil sebuah tabung berisi gel merah dan mengoleskan gel itu pada rambutnya.     

Saat berada di Dunia Mimpi Buruk, ia mendapatkan metode penyerang, dan ia memutuskan untuk memperkuat dan modifikasi tersebut.     

Todd menghentikan kupu-kupu yang mereka lawan dengan menggunakan rantai dari partikel energi, sehingga ia harus menyimpan banyak sarang laba-laba sebagai bahan sihir. Namun, Angele menyadari bahwa ia tidak perlu menggunakan sarang laba-laba, sehingga ia memutuskan untuk menggunakan rambutnya sebagai bahan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.