Dunia Penyihir

Melawan (Bagian 1)



Melawan (Bagian 1)

0Angele mengikuti Stigma. Bersama-sama, mereka berlari melewati padang rumput secepat mungkin.     

Angin dingin dari dasar Tebing Neraka terus bertiup melewati wajah mereka.     

"Apa kau punya rencana?"     

Stigma berlari seraya terus melihat sekelilingnya, seperti sedang mencari sesuatu.     

"Kita harus mencari tempat yang lebih baik. Kau lihat gaya bertarung para bawahan Penguasa Bayangan itu, kan? Jangan biarkan mereka mendekat. Mereka gila. Mereka akan bunuh diri hanya untuk membunuh musuh mereka."     

"Kau serius?" Angele memicingkan matanya. "Pada umumnya, penyihir akan mencoba sekuat tenaga untuk bertahan hidup dalam pertarungan. Jika mereka benar-benar tidak memedulikan nyawa mereka sendiri, pertarungan ini akan sulit."     

"Itulah mengapa mereka nyaris membunuhku dan Master-ku. Jika kita tidak membawa banyak ramuan penyembuh kualitas tinggi, kita tidak akan ada di sini sekarang." Stigma menghela nafas. "Yah, sepertinya ini akan menarik."     

Tiba-tiba, ia berhenti berlari. Ia menatap terpaku tempat di mana mereka berhenti.     

Saat Stigma berhenti, muncul simbol berbentuk hexagram biru raksasa. Seketika, simbol itu menghilang, sehingga Angele mengira ia sedang melihat ilusi.     

Stigma memeriksa keadaan sekelilingnya, mengambil segenggam bubuk putih, dan menaburkan bubuk itu ke tanah. Saat menyentuh tanah, bubuk itu berubah menjadi asap putih dan segera menghilang.     

"Apa ini?" Angele berjalan mendekati Stigma dan bertanya. "Apa kau yakin bahwa mereka akan datang?"     

"Tidak, aku hanya berjaga-jaga. Ini adalah jebakan yang kuletakkan setelah aku pergi dari reruntuhan ini. Ikut aku." Stigma tersenyum seraya berjalan ke belakang sebuah batu besar di dekat tebing.     

Batu itu memiliki tinggi kira-kira satu meter. Stigma berhenti di belakang batu itu dan menghilang tanpa jejak.     

Angele segera mengikutinya seraya memeriksa tempat itu dengan chip-nya, namun tidak ada gelombang mental yang terdeteksi.     

Sesampainya di belakang batu itu, ia ikut menghilang.     

Shing!     

Di balik batu itu, terdapat sesuatu seperti gelembung transparan. Rasanya seperti sedang berjalan melewati lapisan plastik tipis.     

Selama beberapa saat, penglihatan Angele menjadi buram, dan akhirnya Stigma kembali muncul di depannya.     

"Sekarang, kita hanya perlu menunggu mereka." Stigma menunjuk ke arah jebakan di depannya.     

Angele melihat sekelilingnya. Ada lingkaran-lingkaran sihir merah yang tersebar di seluruh penjuru. Rune-rune itu berbentuk seperti segitiga dengan pola rumit yang berbeda-beda.     

"Kau benar-benar berusaha keras untuk ini."     

"Tentu saja, aku hampir mati. Aku memutuskan untuk lebih hati-hati." Senyuman Stigma menghilang.     

Kedua penyihir berdiri di belakang batu itu dan menunggu.     

Setelah dua menit, cahaya emas yang menyilaukan muncul dari langit.     

Dua kilatan petir emas menyambar, mendarat di atas tanah didepan batu, dan berubah menjadi dua sosok manusia.     

Sosok dengan rune berbentuk bulan sabit di kepalanya segera memeriksa tempat itu. Seketika, pandangannya tertuju pada tempat di mana heksagram biru yang dilihat Angele berada.     

"Lingkaran sihir ilusi? Benarkah? Mereka kira aku akan tertipu?" Cena menggeleng.     

Sosok dengan rune segitiga pada dahinya menatap tempat itu dan tertawa.     

Cena melambaikan tangannya dan menyinari cahaya emas pada lingkaran tersebut.     

Melihat kejadian itu, Angele memicingkan matanya dengan geram. Ia ingin segera menyerang. Namun, tiba-tiba, Stigma menarik tangannya, seolah mengingatkan agar ia tidak keluar dari tempat persembunyian.     

"Jangan khawatir. Tunggu saja." Stigma menggeleng perlahan.     

Angele menenangkan dirinya dan menatap cahaya emas itu.     

Drr!     

Terasa seperti ada yang bergetar.     

Shing!     

Lingkaran sihir Stigma memantulkan sihir Cena, sehingga Cena terluka oleh cahaya emasnya sendiri.     

Brak!     

Cena mundur beberapa langkah dan memuntahkan darah.     

"Sekarang!"     

Tiba-tiba, Cena mendengar teriakan dari balik batu.     

Seketika, sepasang bola lahar panas melesat ke arahnya.     

Shing! Shing! Shing! Shing!     

Kilatan-kilatan biru muncul di bawah kaki kedua penyihir itu dan merantai mereka di sana.     

Duar!     

Kedua bola lahar tersebut meledak, sehingga menghujani tempat itu dengan tetesan lahar merah panas.     

Seketika, tempat itu berubah menjadi lautan api, dengan genangan-genangan lahar panas berbuih di seluruh penjuru. Cahaya merah menyilaukan membuat Angele nyaris tidak bisa melihat apa yang terjadi.     

Kilat-kilat petir biru tadi menyilaukan matanya, sehingga ia hanya bisa melihat hujan lahar panas. Seiring berjalannya waktu, tempat itu menjadi semakin panas, dengan suara-suara yang menyebalkan karena kilatan-kilatan petir di udara. Hawa panas bertiup ke arah wajahnya.     

Angele menarik nafas dalam-dalam, sebelum menciptakan sebilah pedang perak dengan bilah lebar di masing-masing tangannya. Ujung kedua pedang itu bersinar merah, seperti besi yang baru saja dilelehkan di tungku perapian.     

Ia mengayunkan pedangnya beberapa kali, hingga meninggalkan jejak berbentuk benang merah di udara.     

"Kau urus satu, dan aku akan mengurus yang satunya." Stigma mengeluarkan sebuah palu godam berwarna hitam. Pegangan senjata itu berukiran rune-rune yang rumit, sehingga terlihat kuno dan mahal.     

"Baiklah, kalau begitu, mari kita berpencar." Angele mengangguk dan berlari ke sisi lain padang rumput. Ia berlari sangat cepat, hingga tubuhnya terlihat seperti bayangan hitam yang buram.     

Stigma berdiri sambil menatap Angele pergi, kemudian ia melihat medan perang bermandikan kubangan lahar panas itu.     

Duar!     

Lahar panas itu kembali meledak, sehingga mencipratkan tetesan-tetesan panas yang menyebar ke mana-mana. Lahar panas membakar semakin banyak rerumputan, sehingga bau gosong tercium di udara.     

Di antara serangan tersebut, kedua pelayan Penguasa Bayangan masih berdiri.     

Lengan baju Cena terbakar hingga hangus, namun ia sibuk mengusap sebuah cincin safir di telunjuk tangan kanannya dengan ekspresi sedih.     

Krak!     

Cincin itu hancur berkeping-keping dan berceceran di atas rumput. Seketika, kepingan-kepingan cincin itu berubah menjadi asap hitam dan menghilang.     

"Bagus… Terry, bunuh yang lari itu, akan kuurus yang sedang bersembunyi di belakang batu."     

"Tentu saja." Terry mengangguk dan menjawab dengan suara berat.     

Seketika, Terry berubah menjadi kilat emas dan menghilang.     

Cena, dengan nafas terengah-engah, menatap Stigma keluar dari tempat persembunyiannya.     

"Kita bertemu lagi… Stigma…"     

"Senang bertemu denganmu… Master Cena." Stigma tersenyum penuh sarkas dan mengangkat tangan kanannya.     

Shing!     

Di atas tangan kanannya, muncul sebilah scimitar hitam dengan batu rubi berbentuk mata pada bilah pedangnya. Cahaya merah gelap bersinar pada batu itu.     

**     

Angele berlari secepat mungkin seraya menggunakan chip-nya untuk memastikan lokasinya.     

Rerumputan kuning yang bertumbuh di padang rumput itu menari-nari tertiup angin kencang. Angin itu membuat tempat tersebut terasa sangat dingin, hingga cahaya matahari yang akan terbenam tidak cukup untuk menghangatkan tubuhnya.     

Angele terus berlari ke ujung Tebing Neraka, dan berhenti tepat di depan tebing lebar.     

Ia melihat sekelilingnya, sebelum mengambil sebuah bola emas dari kantongnya.     

"Awan cirrus emas, simbol kekuatan tak terbatas alam." Angele menggumamkan mantra seraya menjatuhkan bola itu.     

Seketika, bola itu berubah menjadi kilat emas dan tenggelam masuk ke dalam tanah.     

Kemudian, Angele mengambil sebuah botol hijau berisi bubuk hijau tua dari kantongnya yang lain.     

Ia menjentikkan jarinya, membuka sumbat hitam botol itu, dan memasukkan sedikit partikel energi berwarna merah.     

Ia mengocok botol itu beberapa kali dan memiringkannya.     

Bubuk dalam botol itu pun tumpah.     

Bubuk hijau itu, bercampur dengan titik-titik cahaya merah, perlahan-lahan jatuh dan tenggelam ke dalam tanah, seperti bola emas yang ia gunakan tadi.     

Angele mengangguk perlahan. Ia puas melihat hasil itu.     

Ia telah menggunakan dua lingkaran sihir terkuat yang ia miliki: 'Racun Ular' dan 'Senja'. Kedua lingkaran sihir itu adalah pemberian Vivian.     

Tidak seperti lingkaran sihir yang ia gunakan di Dunia Mimpi Buruk, lingkaran itu memiliki wilayah serang yang besar dan sangat manjur untuk melawan makhluk mutan. Lingkaran sihir yang ia gunakan di Dunia Mimpi Buruk sedikit lebih kuat ketimbang lingkaran sihir yang baru saja ia gunakan.     

Walaupun Racun Ular dan Senja adalah lingkaran sihir yang kuat, keduanya tidak dapat dibandingkan dengan lingkaran sihir statis yang ia gunakan di Dunia Mimpi Buruk. Lagipula, kedua lingkaran itu memiliki dua fungsi dan ciri-ciri yang berbeda.     

Kedua lingkaran sihir ini memiliki kekuatan menyerang dan bertahan yang sama kuat, sehingga keduanya dapat membantu menyerang dan bertahan dalam waktu bersamaan. Namun, kekuatan terbesar kedua lingkaran sihir ini adalah kepraktisannya.     

Kekuatan kedua lingkaran sihir ini sama dengan kekuatan sihir tingkat 2 pada umumnya, sehingga fungsinya seperti dua sihir tingkat 2 yang dapat digunakan secara instan. Sayangnya, kedua lingkaran itu hanya bisa aktif satu kali, dan durasi sihir yang dikeluarkan sangatlah minim.     

Begitu selesai menggunakan kedua lingkaran sihir itu, Angele melihat kilatan emas melesat cepat ke arahnya, mendarat di depannya, dan berubah menjadi pria berjubah putih panjang.     

Angele memicingkan matanya ke arah pria itu.     

Pria berjubah putih itu memiliki rambut pirang, rune segitiga di kepalanya, kulit yang bersih dan pucat, dan mata emas yang bersinar terang. Ia menatap Angele seperti sedang menatap tikus kotor.     

"Pria muda, kau tidak beruntung." Suara pria itu terdengar jernih. "Maafkan aku, namun kau harus mati di sini."     

"Begitu, ya?" Angele menyeringai. Ia tampak dingin dan mengerikan. Titik-titik cahaya biru bersinar di depan matanya.     

"Tunggu, kau adalah… seorang wanita?" Setelah memeriksa laporan Zero, Angele terbelalak kaget.     

"Ha?" Terry pun ikut kaget. "Bagaimana kau bisa tahu?"     

Pria itu mengangkat tangannya dan meluncurkan gelombang-gelombang transparan.     

Saat gelombang itu menghilang. wujud pria tampan berjubah putih di depannya berubah menjadi wujud wanita pirang cantik dengan ekspresi dingin.     

Tubuh wanita itu sangat proporsional, dan kulitnya terlihat halus, namun pandangan Angele tertuju pada telinga kanannya.     

Telinga kanannya panjang dan berbulu, persis seperti telinga seekor kelinci, sementara telinga kirinya normal seperti telinga manusia biasa.     

"Perkenalkan, sekali lagi, namaku Terry, kapten keempat istana sang Penguasa Kegelapan." Suara Terry pun ikut berubah menjadi suara yang halus.     

"Aku adalah… Pelayan Master Stigma." Angele tersenyum. Ia tidak mau membocorkan identitasnya.     

Tanpa peduli, Terry mengangkat kedua tangannya dan menciptakan dua pisau berlekuk seperti kilatan petir.     

"Baiklah. Mari kita mulai pertarungan ini!" Lagi-lagi, Terry berubah menjadi kilat dan melesat ke arah Angele.     

Kilatan-kilatan perak muncul dan menyatu ke tubuh wanita itu. Hasil penyatuan kilat tersebut berubah menjadi panah emas yang dikelilingi oleh rune-rune berwarna emas.     

Ujung panah itu berkilat-kilat. Petir emas terus menyambar-nyambar. Terdengar suara-suara seperti siulan yang semakin keras saat pedang itu semakin mendekat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.