Dunia Penyihir

Perseteruan (Bagian 2)



Perseteruan (Bagian 2)

0Di teritori keluarganya, Stigma mengumpulkan banyak informasi penting. Ia mendapatkan informasi bahwa salah satu reruntuhan di dekat kota bandara telah terbuka. Ia menyelinap masuk dalam reruntuhan itu, dan menemukan banyak sekali benda-benda langka yang dapat membantu Arisma sembuh. Stigma mengambil kebanyakan benda-benda langka tersebut, namun saat ia hendak keluar, ia diserang sekelompok penyihir bertopeng hitam. Walau Stigma berhasil melawan mereka, ia terluka dan harus kembali ke teritori keluarganya untuk beristirahat. Namun, salah satu tim, yang terdiri dari anggota beberapa organisasi besar, menemukan bahwa ada yang menyelinap masuk sebelum mereka, sehingga mereka meminta peramal organisasi untuk menggunakan sihir pelacak untuk mencari siapa pencurinya. Namun, peramal itu salah melacak. Ia mengira bahwa sasaran mereka adalah saudara Stigma. Itulah awal dari pertarungan rumit ini.     

Diam-diam, Stigma meletakkan Kadal Bertubuh Separuh itu di kantong Della, sehingga kadal itu membantu Della memulihkan kekuatannya. Namun, para pembunuh bayaran itu menyadari bahwa Della sedang membawa kadal yang mereka cari. Mengetahui apa yang terjadi di reruntuhan, mereka mengira bahwa Della adalah sasaran mereka dan bertanya kepada si peramal untuk memastikan. Peramal itu mengiyakan, sehingga Della menjadi sasaran beberapa organisasi.     

Menyadari bahwa saudaranya menjadi kambing hitam, Stigma memutuskan untuk meminta bantuan teman-teman lamanya. Itulah awal dari situasi rumit ini.     

"Jadi… kaulah yang mencuri benda-benda langka di reruntuhan?" Angele terdiam.     

"Yah… Iya… Kau benar. Maaf." Stiga mengangguk perlahan.     

"Jadi, itulah alasan mengapa Master-mu sembuh secepat itu. Apa kau ingat ciri-ciri orang yang menyerangmu dari belakang?" Angele mengusap dagunya.     

"Tentu saja. Mereka menggunakan kekuatan bayangan." Stigma mengambil sebuah benda kecil dan melemparkannya ke arah Angele.     

Tap!     

Angele menangkap benda itu dengan mudah. Stigma memberikannya sebuah patung gagak bertubuh hitam dan bermata hijau. Mata hijau itu bersinar terang, seperti zamrud yang cemerlang.     

"Tidak, bukan patungnya. Lihat bayangan patung itu." Stigma menyarankan.     

Mendengar perkataan Stigma, Angele melihat ke bawah.     

Bayangan patung itu menggeliat dan bergerak-gerak sebelum mengepakkan sayapnya.     

Bayangan burung itu berusaha untuk meninggalkan tangan Angele.     

"Apa-apaan… Jangan bilang ini…" Ekspresi Angele berubah.     

"Iya, ini adalah monster bayangan dari dunia bawah…" Stigma mengiyakan pertanyaan Angele.     

"Monster bayangan dari dunia bawah…" Angele menutup patung itu, melindunginya dari cahaya matahari.     

Tiba-tiba, bayangan patung itu melompat keluar dan bergerak-gerak di sekitar bayangan Angele.     

Kak!     

Suara burung itu sangat mengerikan dan memekakkan telinga k. Burung itu menukik dan melesat ke arah bayangan Angele.     

Ekspresi Angele berubah serius. Ia mengerti bahwa ia tidak boleh membiarkan gagak itu menyentuh bayangannya.     

Ia menjentikkan jarinya dan menembakkan partikel energi api tepat pada bayangan gagak tersebut.     

Duar!     

Sebuah lubang kecil muncul di atas tanah.     

Krak!     

Retakan-retakan kecil muncul pada patung gagak di tangan Angele. Dalam beberapa detik, patung itu berubah menjadi kepingan-kepingan batu dan berceceran di tanah.     

"Tadi dunia peri… Sekarang dunia bawah… Sepertinya, para penyihir di negeri tengah ini sedang berusaha mempelajari dunia bawah…" gumam Angele.     

"Iya. Kudengar, ada penyihir yang bisa menggunakan World Stone sebagai portal masuk ke dunia lain. Sepertinya, merekalah yang membawa monster dunia bawah ini ke dunia kita. Jangan-jangan, penyihir yang menyerang guru kita memiliki hubungan dengan dunia bawah," kata Stigma dengan suara berat.     

"Bagaimana jika penyihir-penyihir itu benar-benar berasal dari dunia bawah?" Angele memicingkan matanya. "Apa rencanamu? Ada saran dari gurumu?"     

"Pertama-tama, kita harus segera naik peringkat." Stigma tersenyum kecut. "Sesempurna apa pun rencanaku, aku tetap tidak bisa menang melawan orang yang jauh lebih kuat dariku."     

"Sekuat apa penyihir-penyihir yang menyerangmu itu?"     

"Tiga penyihir tingkat 3 dan dua penyihir tingkat 4."     

"Apa?!" seru Angele. "Bagaimana bisa kau bertahan hidup melawan serangan itu?! Kau bercanda, ya?"     

Stigma menghela nafas. "Arisma menyelamatkanku. Tanpa bantuannya, aku sudah mati sekarang. Namun, wujud jiwanya nyaris dihancurkan para penyihir itu. Sepertinya, mereka tahu cara melawan lawan yang kuat."     

"Ini adalah masalah besar." Angele memicingkan matanya. Jika Henn tidak bisa menolongnya, ia tidak yakin akan bisa bertahan hidup melawan mereka. "Apa kau tahu alasan mengapa mereka mengejar Henn dan Arisma hingga membuang-buang banyak uang seperti ini?"     

"Menurut salah satu penyihir tingkat 4 yang menyerangku, ada orang bernama Alicia. Dia bisa berkomunikasi dengan makhluk dari Dunia Bawah, dan dialah dalang semua ini." Stigma menjelaskan.     

Sepertinya, situasi ini lebih rumit dari bayangan Angele.     

"Jadi, kita harus…"     

"Apa?! Alicia?!" Henn memotong pembicaraan. "Jadi, dialah dalang semua ini… Alicia, sang Penguasa Kegelapan… Aku sudah memperkirakan kemungkinan itu, namun aku tidak menyangka bahwa dia akan melakukan hal seperti ini…" Ilusi Henn muncul di belakang Angele.     

Ilusi tersebut memiliki wujud wanita cantik berambut hitam dengan pakaian ketat dari sutra. Ia tampak cantik dan misterius. Ia mengenakan sepasang sarung tangan hitam panjang dan pin berbentuk kilat petir di dadanya.     

Entah mengapa, ia seperti sedang melihat Vivian. Henn dan Vivian memiliki aura yang mirip, namun Henn terlihat lebih cantik.     

Awalnya, Angele mengira bahwaHenn adalah seorang wanita tua. Inilah kali pertama ia melihat wujud Henn.     

"Lama tidak bertemu, bajing*n tua." Henn tersenyum dingin dan menatap wanita di belakang Stigma.     

"Henn, setan dari neraka yang tidak terkalahkan… Hah! Kekuatan jiwamu lebih lemah dariku. Menyedihkan." Suara Arisma terdengar lembut, namun perkataannya sangat menusuk.     

"Diam kau. Kita berdua sudah tidak seperti dulu. Sepertinya, kaulah alasan mengapa Alicia mengejar kita. Apa maumu? Kau harus mengakhiri semua ini." Tanpa memedulikan perkataan Arisma, Henn menatap mata lawannya itu.     

Mereka sedang dalam wujud jiwa, sehingga tidak ada yang bisa melihat mereka selain Angele dan Stigma.     

"Ini bukanlah salahku. Kau tahu itu. Sang Penguasa Kegelapan adalah salah satu penyihir terkuat di dunia. Aku tidak mengerti mengapa dia menyerang kita dari belakang, walaupun dia bisa membunuh kita dalam pertarungan yang adil. Dia itu salah satu kepala dari Dewan Agung Anfaria, dan kita tidak bisa melawannya dalam wujud jiwa seperti ini." Arisma menjelaskan.     

"Bagaimana dengan kedua tetua lainnya? Walaupun dia kuat, dia tidak bisa memutuskan masa depan organisasi sendiri, dan dia tidak boleh menghancurkan keseimbangan yang ada. Terserahlah, pokoknya katakan dulu rencanamu."     

Arisma menggeleng. "Aku tidak punya rencana. Aku tidak bisa menunggu Stigma untuk naik peringkat dan bertarung untukku. Menurutku, kita harus pindah. Cepat atau lambat, mereka akan menemukan kita. Walaupun Alicia tidak menyangka bahwa kita mengubah diri menjadi wujud jiwa, sekarang ia mengtahuinya. Ia akan mengirim pembunuh-pembunuh bayaran untuk mengejar."     

"Jadi, rencana terbaik saat ini adalah…" kedua jiwa itu saling pandang dan tidak menyelesaikan perkataannya.     

"Tidak apa-apa. Kita masuk saja ke Kristal Seribu Bayangan. Stigma menemukan dua kristal di reruntuhan." Arisma menyarankan.     

"Kristal Seribu Bayangan?" potong Angele. "Master Arisma, itu adalah benda yang dapat memisahkan jiwa dari tubuh manusia, kan?"     

"Benar. Namun, kita berbeda dari jiwa biasa. Kita seperti makhluk simbiosis. Walaupun kita menggunakan benda ini, jiwa kita tidak akan benar-benar terpisah darimu, namun kita bisa menggunakan benda ini untuk menyembuhkan diri. Sisi buruknya, kita hanya bisa bangun sepuluh tahun sekali," jawab Arisma. Sifatnya jauh lebih baik ketimbang Henn.     

Arisma berdeham dan terdiam beberapa saat, kemudian ia melanjutkan. "Kita beri kedua anak ini waktu 100 tahun untuk berkembang, selama aku menyembuhkan diri. Akan lebih baik jika Arisma mengira bahwa kita sudah mati."     

"Dia akan membunuh kedua anak ini untuk memastikan bahwa kita mati…" Henn menggeleng.     

"Dia tidak akan mengirim pembunuh kuat… Yah, tapi aku tidak tahu. Ini sudah takdir, dan kita akan mati, cepat atau lambat. Menurutku, kedua anak ini masih tidak bisa melawan penyihir tingkat 3 atau 4. Alicia… dia adalah sosok yang cerdik. Dia memang kuat, namun bawahan-bawahan terkuatnya adalah sosok penting dari organisasi besar. Jika ia bisa melangkah sembarangan, rahasianya akan bocor." Arisma menjelaskan.     

"Jadi ini alasan mengapa kau dijuluki Penyihir Takdir, ya? Aku tidak akan membiarkan takdir mengendalikan hidupku. Aku akan menentukan jalan hidupku sendiri." Tubuh ilusi Henn mendarat di atas tanah.     

"Aku akan bertarung sampai titik darah penghabisan."     

"Semoga beruntung." Arisma mengangguk. Ia berubah menjadi titik-titik cahaya hijau, dan masuk ke tubuh Stigma.     

Henn berdiri di samping Angele dan menyentuh kedua pipinya dengan hati-hati. Angele menjadi bingung, karena ia tidak tahu mengapa Henn bisa menyentuhnya.     

"Tatap mataku, pria muda…" Suaranya tidak lagi serak; suaranya terdengar manis dan lembut. "Bagaimana? Kau suka padaku…?"     

Henn bersandar pada tubuh Angele, seperti sedang mencoba menggodanya. Angele berdiri terpaku, tidak bisa berpaling.     

"Tenanglah… Tenangkan dirimu, anak muda… Akan kuajarkan cara untuk menikmati hidup…" Mata Henn berubah dari merah gelap menjadi merah terang seperti darah.     

"Ini tidak akan lama… Selama sisa hidupku, aku akan menjadi milikmu… Kemanapun kau pergi, apapun yang kau lakukan… kau akan menjadi bagian dari diriku… Kau mau hidup nyaman, hidup bahagia, kan…?" Suara Henn memanjakan telinga Angele.     

Angele menatap Henn dengan tatapan kosong, sebelum menarik pinggang wanita itu erat-erat. Sepertinya, ia berusaha memasukkan Henn ke dalam tubuhnya.     

Bau manis tubuh Henn menusuk hidungnya. Bau manis itu, bersama dengan jari-jemari yang lembut, terasa sangat menggoda.     

Shing!     

Perlahan-lahan, mata Angele berubah menjadi merah bercahaya.     

Suara Henn terus bergema dalam telinganya. Rasanya seperti nyanyian Siren yang indah dan sangat menarik.     

"Kemarilah… Aku akan menunjukkan padamu apa arti kebahagiaan sejati…" Angele berbisik. Suaranya terdengar seperti wanita muda.     

Ekspresi Henn berubah terkejut. Ia berusaha mendorong Angele, namun ia tidak bisa mengangkat tangannya. Karena terkejut, Henn berdiri terpaku dan membiarkan Angele. Kepalanya terasa pusing. Ia tidak tahu apa yang terjadi.     

"Sial! Ia berpaling dan berhenti menatap mata Angele.     

Krak!     

Tubuh Henn berubah menjadi titik-titik cahaya merah dan kembali ke tubuh Angele.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.