Dunia Penyihir

Mimpi Buruk dan Kekacauan (Bagian 1)



Mimpi Buruk dan Kekacauan (Bagian 1)

0Angele menutup mata dan duduk di tengah ruangan. Cahaya biru bersinar di bawah kelopak matanya.     

'Memeriksa kondisi tubuh…'     

'Menata informasi…'     

'Memeriksa kondisi Jiwa Pendahulu… Menata informasi…'     

Beberapa menit kemudian, dua layar penuh informasi muncul di depan mata Angele.     

Informasi tentang tubuhnya berada di sebelah kiri, sementara informasi Phoenix berada di sebelah kanan.     

Tiba-tiba, Angele melihat ada informasi baru di bawah informasi tentang dirinya.     

'Kekuatan fisik tidak akan meningkat walau telah mencapai tingkat-tingkat selanjutnya. Batas maksimum peningkatan telah tercapai.' Dengan menggunakan scimitar terkutuk-nya, ia telah menyerap banyak energi kehidupan, sehingga kekuatan-nya meningkat drastis. Sepertinya, ia telah mencapai batas maksimal kekuatan fisik seorang penyihir tingkat 2, sehingga hanya kekuatan mental-nya yang bisa meningkat sekarang.     

Sementara itu, informasi tentang Phoenix lebih mudah dipahami.     

'Phoenix. Karakteristik – wujud Elemental. Kekuatan 2 0, Kecepatan 3,0, Kekuatan mental, 0.'     

'Kekuatan spesial: Kelahiran Dalam Api: Mampu hidup kembali setelah kematian melalui hati pengguna, jarak penggunaan 30 hari. Mata Elang: Kekuatan untuk mata-mata. Membantu mengintai dengan mata Phoenix yang sangat tajam.'     

Hanya itulah yang tertulis.     

Angele mengerti bahwa Jiwa Pendahulu pada tahap awal akan sangat lemah dan tidak berguna, namun hasil itu tergolong sangat mengecewakan. Walaupun cukup kuat, kekuatan spesial itu tidak akan berguna sebelum mampu membantunya dalam pertarungan.     

Setelah berpikir selama beberapa saat, ia akhirnya berdiri.     

Ia mengangkat tangannya. Ada sepasang rune merah gelap di bawah lengannya.     

'Ini adalah pertanda bahwa aku telah mendapatkan kekuatan spesial dari tahap ketiga Lautan Pusat Api. Dua rune ini menunjukkan bahwa aku bisa melepaskan dua Bola Lahar dalam waktu bersamaan,' pikir Angele. Ia tidak terkejut sama sekali.     

Sayangnya, kekuatan spesial ini mengambil salah satu slot kosong Mantra Pasif-nya. Inilah masalah paling umum yang dihadapi penyihir pengguna teknik meditasi tingkat tinggi di zaman sekarang. Pengguna teknik harus mengukir lingkaran sihir pada kristal kekuatan mental mereka, sehingga mereka harus mempelajari teknik rumit untuk mengukir lingkaran sihir dan kehilangan satu slot Mantra Pasif.     

Jika ia ingin berkembang lebih jauh dalam teknik Lautan Pusat Api, ia harus mengukir semua lingkaran sihir yang ia butuhkan pada kristal kekuatan mental-nya.     

Walaupun penyihir-penyihir yang berlatih dalam satu teknik meditasi tingkat tinggi akan memiliki teknik spesial yang sama persis, mereka akan memiliki kekuatan yang berbeda.     

Penyihir-penyihir yang menguasai tahap ketiga teknik Lautan Pusat Api akan mampu menembakkan Bola Lahar, karena teknik itu dianggap sebagai Mantra Pasif. Mereka juga akan mendapatkan peningkatan ketahanan api. Namun, teknik itu masih lebih lemah dibandingkan beberapa Mantra Pasif.     

Inilah kelemahan teknik meditasi tingkat tinggi, namun dalam saat bersamaan, kelemahan itu juga merupakan sebuah keunikan.     

Setelah menguasai tahap ketiga Lautan Pusat Api, Angele dapat menembakkan dua Bola Lahar. Penyihir-penyihir lainnya pasti bisa melakukan hal yang sama.     

Ia menurunkan tangannya dan mulai berpikir.     

"Jadi, aku mendapatkan sihir instan dan peningkatan ketahanan api, namun yang lain sama sekali tidak berubah. Yah, setidaknya aku bisa mempelajari sihir tingkat 2 dengan lebih mudah sekarang…"     

Ia memeriksa kondisi tubuhnya dengan lebih teliti.     

Dengan bantuan scimitar terkutuk-nya yang telah hancur, kekuatannya meningkat pesat, dan sekarang hanya kekuatan mentalnya yang meningkat.     

Setelah berhasil menggabungkan kekuatan mental-nya dengan partikel energi, jumlah kekuatan mental dan mana untuk menggunakan sihir-sihirnya berkurang.     

Angele dapat menggunakan dua sihir tingkat 2 pemberian Henn.     

Ledakan Pyro dan Mata Api.     

Angele mengingat hari di mana ia berbicara dengan Vivian di tepi sungai.     

Dari pembicaraan itu, ia mengetahui bahwa penyihir di atas tingkat 2, terutama mereka yang berlatih menggunakan teknik meditasi tingkat tinggi, tidak terlalu bergantung pada sihir instan ataupun kekuatan spesial dalam pertarungan.     

Mereka lebih memilih menggunakan lingkaran sihir atau peralatan sihir lainnya.     

Benda sihir spesialis bertahan tingkat tinggi akan diaktifkan secara otomatis saat pengguna berada dalam situasi yang buruk. Para penyihir tingkat tinggi akan menggunakan peralatan sihir untuk memberi mereka waktu untuk mempersiapkan sihir-sihir terkuat mereka.     

Pembicaraan itu membuatnya sadar bahwa ia harus segera mencari alat sihir yang cocok untuknya.     

Ia segera menata semua informasi yang ia miliki.     

Sekarang, ia tahu sedikit lebih banyak tentang situasi-nya.     

Hari sudah siang. Angele berjalan turun dan makan.     

Setelah makan, Angele membuka pintu dan berjalan keluar.     

Tidak terlihat adanya kumbang-kumbang atau makhluk mutan di Dunia Mimpi Buruk. Dunia itu terlihat sama dengan dunianya, namun hanya dialah satu-satunya manusia di sana.     

Ia telah mengurung diri terlalu lama, sehingga ia memutuskan untuk menjelajahi sekitarnya.     

Namun, ia harus bersiap-siap untuk mengantisipasi kejadian yang tak diinginkan.     

**     

Krak! Krak!     

Sepatu bot hitam Angele menapak di atas dedaunan dan cabang pohon yang telah mengering.     

Daun-daun pada hutan itu sangatlah besar dan hijau, namun sinar matahari masih bisa menembus lubang-lubang di antara dedaunan dan menerangi tanah hutan.     

Angele mengenakan pakaian kulit berwarna cokelat. Lengan bajunya tergulung ke atas, memperlihatkan sebuah gelang merah merona yang menarik perhatian. Ia membawa sepasang pisau baselard pada kedua tangannya.     

Bilah kedua pedang itu bersinar emas di bawah terpaan cahaya matahari.     

Perlahan-lahan, ia berjalan maju seraya terus memperhatikan sekelilingnya. Rumah-nya masih terlihat di belakangnya. Ia masih belum jauh.     

Wush!     

Angin sepoi-sepoi bertiup, sehingga dedaunan bergemerisik dan menari-nari. Tidak terlihat ataupun terdengar adanya burung-burung dan serangga.     

Tidak lama kemudian, melalui celah-celah di antara dedaunan, Angele melihat sebuah bangunan berwarna abu-abu.     

Bangunan itu berbentuk seperti jamur. Pintunya terbuka, dan jendela kacanya berderik terkena tiupan angin.     

Ekspresi Angele berubah. Ia maju beberapa langkah agar bisa melihat bangunan itu lebih dekat.     

Di tengah bangunan berbentuk jamur tersebut, terdapat sebuah menara raksasa berwarna putih bersih.     

Di balik menara itu, terdapat lebih banyak bangunan berbentuk seperti jamur. Kebanyakan bangunan itu telah usang dan termakan usia.     

Pintu semua bangunan itu terbuka, namun tidak terdengar sedikit pun suara orang-orang ataupun makhluk hidup lainnya.     

Dengan teknik persembunyian-nya, ia berjalan perlahan mendekati bangunan-bangunan tersebut.     

Setelah sampai, ia berjalan ke menara raksasa di tengah. Pada dinding menara, terlihat adanya ukiran berbentuk tulisan yang berbentuk seperti rune.     

Walaupun cahaya matahari menghangatkan tempat itu, angin dingin masih berhembus dan membawa bau debu kotor yang bercampur dengan bau busuk khas mayat.     

Setelah sepuluh menit berlalu, akhirnya Angele tiba tepat di depan menara.     

Menara itu memiliki lebar satu meter dan tinggi sekitar dua meter. Permukaannya dipenuhi oleh ukiran garis-garis dan rune-rune yang sangat rumit.     

Angele menganalisa tempat itu dengan chip-nya dan memastikan bahwa tidak ada yang sedang mengikutinya. Ia mendekat dan melihat rune-rune pada permukaan menara dengan seksama.     

Rune-rune itu memiliki bentuk seperti manusia-manusia yang berpose, sehingga terlihat mirip lukisan.     

Pada bagian bawah menara, akhirnya ia menemukan catatan yang ditulis dalam bahasa yang dapat ia mengerti.     

Bahasa Dunia Chaos.     

Di sana tertulis, "19/52: Terjadi pemberontakan di Moses, dan wabah telah menyebar dalam kota jamur, sehingga tidak menyisakan satu nyawa pun. Hanya…"     

Sebagian tulisan itu telah terhapus.     

Angele memutuskan untuk tidak membaca bagian tersebut dan membaca bagian bawahnya.     

"21/01, Morphia telah kembali. Semua ini telah membawa kesakitan dan mimpi buruk pada kita. Dunia in akan segera diselimuti kegelapan. Harapan kita telah direnggut…"     

"02/78, semua kota yang ditinggali makhluk hidup telah dihancurkan. Dunia ini akan berakhir. Semuanya hanya karena tangan morphia."     

"Aku tidak percaya bahws kita masih hidup! Puja sang Chaos. Kekuatan Morphia telah menurun. Aku harus membawa pesan ini pada Ian!"     

Beberapa kalimat selanjutnya telah terhapus.     

Angele mengerutkan bibirnya. Ia tidak membaca bagian yang terhapus, dan melanjutkan ke bawah.     

"Aku tidak tahu lagi akan perjalanan waktu… 10 hari? 20 hari? 50 hari? Satu tahun? Morphia telah mati, dan dunia ini dipenuhi oleh monster dan makhluk-makhluk mutan… Aku tidak tahu apakah aku bisa menyelesaikan penelitianku…"     

"Teman-temanku, jika kau membaca tulisan ini, artinya kita semua telah mati. Menara-menara di kota akan mencatat semua yang terjadi sampai semua mati. Aku bisa merasakannya. Aku akan kembali ke pangkuan sang Ibu, Licolin, sepuluh menit lagi. Teman-temanku, bertahanlah dalam dunia yang telah hancur ini. Bersembunyilah dengan baik, wahai harapan terakhir kita… Malam tiba, dan semua bahaya keluar…"     

Bagian terakhir tulisan itu nyaris tidak terbaca karena tertutup lumpur hitam.     

Perlahan-lahan, Angele pun berdiri.     

"Sepertinya, dulu, Dunia Mimpi Buruk adalah dunia yang bisa ditinggali. Namun, sesuatu hal yang buruk telah terjadi, sehingga dunia ini menjadi misterius dan berbahaya…"     

Ia melihat sekelilingnya.     

Tidak ada pergerakan pada bangunan-bangunan berbentuk jamur itu.     

"Malam tiba, bahaya datang…" Angele mengerti maksud kalimat itu.     

Ia berjalan mengelilingi menara putih.     

Di balik menara, terdapat sisa-sisa jejak darah yang telah pudar.     

Sepertinya, ada pertarungan yang terjadi di sini, sehingga darah terciprat dan mengotori menara ini.     

Angele melihat sekelilingnya. Ia menemukan jejak-jejak darah yang serupa beberapa meter dari menara.     

Ia memicingkan matanya dan berjalan ke arah cipratan darah kedua. Ia memelankan nafasnya dan berusaha untuk tidak bersuara.     

Tidak lama kemudian, ia menemukan jejak darah, jejak yang mungkin akan menjawab semua pertanyaannya.     

Ia tidak mencium bau amis darah, yang menunjukkan bahwa darah itu telah mengering bertahun-tahun lalu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.