Dunia Penyihir

Konflik (2)



Konflik (2)

0Tanpa mengatakan apa pun, Shozo menatap Angele dengan geram. Kemudian, ia menggeleng dan menghilang dalam sebuah bola api.     

Tamu-tamu lainnya melihat Angele seperti melihat badut.     

Kejadian itu sangatlah memalukan.     

Lyn menarik pakaian Angele dari belakang.     

"Master Angele, sebaiknya kita pergi."     

Angele mengangguk dan melihat Doris sekilas. "Mari kita pergi."     

Ia berbalik dan keluar dari tempat itu, diikuti oleh Lyn.     

Di luar, Mincola, Sella, dan Suman telah dibawa masuk ke kereta berwarna hitam. Seketika, pintu dibanting. "Jalan!" perintah si kusir. Kereta itu pun segera bergerak.     

Angele menghela nafas. Ia menatap kereta itu dengan perasaan bercampur aduk, sebelum akhirnya masuk ke keretanya sendiri.     

Tiba-tiba, sebelum sempat masuk, ia mendengar suara ledakan yang dahsyat.     

Duar!     

Kereta hitam tempat Mincola berada meledak dan hancur berkeping-keping. Sisa api oranye terciprat ke mana-mana, hingga membakar sebagian rumput. Terdengar suara teriakan ketakutan para pelayan di dekat gerbang.     

Cahaya api itu terlihat sangat mencolok.     

Asap merah meninggalkan kereta itu dan tenggelam ke dalam tanah.     

"Apa yang terjadi?"     

"Mereka kabur?!"     

"Keretanya meledak!"     

Dua bayangan melompat keluar dari ruangan itu dan mendarat di depan puing-puing kereta, yang kemudian berubah menjadi dua sosok manusia.     

Di sebelah kiri, terdapat Shozo. Angele sempat mengira bahwa ia telah pergi, namun kenyataan berkata lain. Di sebelah kanan, terdapat seorang pria bertopeng, berbaju hitam, dan membawa dua trisula merah.     

Doris pun ikut berlari keluar dengan wajah kecewa. Para tamu dan pengawal juga berlari keluar dari pintu samping.     

Shozo menunjuk kereta yang meledak itu.     

Kereta itu pun terkepung dengan gelombang mental-nya.     

Api pada sisa-sisa kereta semakin melemah dan menghilang, hingga menyisakan asap hijau yang membumbung tinggi.     

"Mereka sudah pergi. Tiga pengawal sudah terbunuh." Seorang pengawal memeriksa sisa-sisa kereta itu dan melapor.     

Mereka menghancurkan rantai api para pengawal dan menggunakan sihir teleportasi jarak pendek. Kita masih bisa menemukan mereka," kata pria bertopeng itu dengan suara berat.     

"Pengawal! Periksa seluruh rumah!" perintah Doris seraya menunjuk rumah itu.     

Angele dan Lyn berdiri di samping kereta mereka sambil melihat para pengawal berlari-lari seperti ayam yang kehilangan induknya.     

"Mereka sudah berhasil pergi… Mari kita pulang." Angele membuka pintu dan melompat masuk. Lyn mengangguk dan melompat ke kursi kusir.     

"Mari kita kembali ke Tangan Elemental. Minta Hakeem untuk menunggu kita di luar," perintah Angele.     

Kereta itu mulai berjalan ke arah pintu keluar.     

Tidak ada yang terlalu memperhatikan kereta itu. Para tamu sudah kehilangan rasa hormat mereka pada Angele akibat perlakuan Doris padanya. Angele sudah tidak ingin berurusan dengan mereka. Tidak ada gunanya berlama-lama di sana.     

Tidak lama kemudian, akhirnya kereta itu menjauh dari rumah Shozo.     

Angele duduk di kursinya sambil mendengarkan suara pergerakan roda kereta.     

Tidak tahu harus berkata apa, Lyn akhirnya memutuskan untuk fokus mengendalikan kuda.     

"Tunggu! Berhenti!"     

Terdengar suara berat dari luar.     

Lyn tiba-tiba menghentikan keretanya, dan Angele membuka pintu.     

Doris dan si penyihir bertopeng berdiri di depan kereta mereka. Pengawal-pengawal berzirah hitam mengepung kereta itu.     

"Ha? Master Doris, ada apa?" tanya Angele. Ia berpura-pura tidak tahu.     

"Ini adalah ulahmu, kan? Di mana kau menyembunyikan mereka?" Shozo muncul dari balik bayang-bayang dan bertanya. "Kaulah yang meledakkan kereta itu."     

Jika Shozo masih ingin berhubungan dengan Vivian, seharusnya pria itu memperlakukannya dengan baik, namun Shozo tidak melakukan itu. Ia lebih memilih untuk membantu Doris, yang berasal dari luar Tangan Elemental, ketimbang membantunya menyelesaikan masalah ini.     

Sepertinya, rumor yang mengatakan bahwa Shozo adalah bajingan berdarah dingin tidaklah salah. Ia adalah seorang penyihir yang hanya memedulikan orang-orang yang akan membantunya di masa depan.     

"Aku?" Angele tertawa. "Master Shozo, aku ini hanyalah penyihir tingkat 1. Apa Anda berpikir bahwa aku bisa menggunakan sihir sekuat itu tanpa disadari orang lain?"     

"Diam. Kaulah yang berusaha membantu mereka tadi." Doris berjalan mendekati kereta. "Turun. Aku tahu bahwa kau adalah anak tetua ketiga. Jika kau memberikan mereka padaku, kau akan kubiarkan pergi hidup-hidup."     

"Sudah kubilang, itu bukan perbuatanku," kata Angele dengan dingin.     

"Sudahlah! Kami sudah mencari di seluruh sudut tempat ini. Satu-satunya tempat yang belum kita periksa adalah keretamu." Pria bertopeng itu mengangkat kedua trisula-nya.     

"Walau aku menjelaskan panjang lebar, kau akan tetap memaksaku, kan?" Angele menggeleng dan melompat turun.     

"Berikan mereka padaku, maka kau akan kubiarkan pergi." Doris menatap Angele dengan dingin.     

"Bagaimana jika aku menolak?" Pola-pola hitam bersinar di depan matanya. Karena tidak ada gunanya lagi untuk berbicara, Angele bersiap-siap untuk bertarung.     

"Jika tidak…" Doris mengerutkan bibirnya.     

"Kau akan menyesal!"     

Kilat-kilat tajam muncul dari bayangan Doris tepat setelah ia selesai berbicara. Tanpa membuang waktu, Angele menciptakan perisai perak untuk menangkis serangan tersebut.     

Klang!     

Api terciprat di antara mereka.     

Angele menjentikkan jarinya, dan banyak jarum perak tiba-tiba muncul di depannya.     

Duar!     

Cahaya perak berkelip-kelip di udara, dan begitu banyak jarum logam menghujani Doris. Di antara jarum-jarum perak itu, terdapat sebuah jarum hitam yang melesat cepat ke arah dada Doris.     

Reaksi Doris memang kurang cepat, namun duri hitam pelindung-nya menangkis sebagian besar jarum-jarum perak tersebut.     

Tak!     

Walau begitu, jarum hitam Angele masih tepat sasaran. Dada Doris pun membatu, dan ia langsung jatuh pingsan.     

"Berani-beraninya kau!"     

Pria bertopeng itu mengangkat tangannya.     

Gelombang mental kuat dari seorang penyihir tingkat 4 membuat Angele tidak bisa bergerak.     

Ia hanya bisa melihat pria bertopeng itu mencekiknya dan menghunuskan trisula dengan ujung penuh partikel merah gelap ke arahnya. Angele tidak tahu apakah pelindung logam-nya mampu menahan serangan itu.     

Melihat Angele berusaha menyerang Doris, pria itu benar-benar marah, hingga mencoba untuk membunuh Angele.     

"Tunggu!" Shozo berteriak dari tepi.     

"Dasar bajing*n kecil yang sombong!" Tiba-tiba, terdengar suara serak yang bergema dalam telinga Angele.     

Sebuah tangan berwarna biru muncul di depan Angele dan menangkap trisula pria itu.     

Klang!     

Terdengar suara seperti logam yang ditekan oleh benda berat.     

Pria bertopeng itu mendengus. Gerak-geriknya tampak seperti orang yang tersambar petir. Ia mundur beberapa langkah. Darah mengucur dari telinga dan kedua matanya.     

Tangannya yang memegang trisula itu meleleh seperti lilin, menetes ke tanah, dan berubah menjadi kubangan cairan berwarna merah pekat.     

Shozo memunculkan pelindung energi hitam di depan si pria bertopeng. Ia berusaha untuk melindungi pria itu dari tangan biru Angele.     

Tangan biru itu menyentuh pelindung Shozo perlahan-lahan. Seketika, pelindung itu hancur berkeping-keping dan kembali melesat ke pria bertopeng itu.     

Shing!     

Tangan biru itu memanjang, dari satu meter menjadi sepuluh meter. Namun, tangan itu kembali ditangkis oleh sebuah pusaran hitam.     

Terdengar suara seperti hewan buas yang meraung kesakitan dari pusaran hitam tersebut.     

Pusaran tersebut menghilang seketika.     

Tangan biru itu berayun ke kanan, hingga nyaris menyentuh Shozo.     

Ekspresi Shozo berubah. Tangan kanannya berubah menjadi asap hitam yang berisi kilat-kilat biru.     

Saat tangan biru itu menyentuh asap hitam dari tangan Shozo, muncul kilat-kilat berwarna merah.     

Duar!     

Gelombang supersonik ledakan itu membuat semua orang terlempar.     

Saat ia terlempar, Angele melihat tubuhnya terlindungi oleh sebuah pelindung tipis.     

Pandangannya buram, dan kepalanya pusing. Ia tidak bisa melihat keadaan di depannya.     

"Henn, kaukah itu?" tanyanya.     

"Hanya aku yang bisa membantumu dalam keadaan itu." Henn terdengar sangat kelelahan. "Pergilah, bawa temanmu juga. Shozo dan pria bertopeng itu terluka parah. Inilah kesempatanmu. Aku menghabiskan terlalu banyak kekuatan mental. Aku tidak akan bisa melakukan apa-apa dalam dua menit ke depan."     

"Terima kasih." Angele menyadari bahwa ia tak boleh membuang-buang waktu.     

Sebagian besar orang di sana terlempar akibat ledakan tersebut. Untungnya, pelindung biru Angele menyerap sebagian besar gelombang supersonik dan melindungi Lyn dari ledakan itu.     

Asap biru membumbung tinggi dari segala penjuru, hingga jarak pandang menjadi sangat minim.     

Lyn masih merasa pusing, namun Angele menarik tangan wanita itu, tanpa memedulikan keadaannya maupun kereta kudanya. Setelah memeriksa jalan dengan bantuan Zero, ia segera berlari masuk ke semak belukar.     

'Shozo tidak dapat dipercaya.' Angele memastikan perkiraannya. Ia tidak tahu apa keinginan pria itu, namun ia yakin bahwa 'cinta' pria itu pada Vivian hanyalah sandiwara semata.     

Shozo tidak melakukan apa-apa saat pria bertopeng itu mencoba membunuh Angele, namun ia memutuskan untuk menyimpan tenaga dan melepaskan pelindung itu, seakan ingin melindungi pria bertopeng tersebut agar tidak dibunuh oleh Henn. Sepertinya, mereka berhubungan baik.     

Angele yakin bahwa kereta itu hancur dan mereka berhasil kabur karena bantuan Mincola. Sebagai anggota elit Menara Penyihir Kegelapan, ia yakin bahwa Mincola dapat menghancurkan rantai para pengawal dengan mudah.     

Angele melihat ke belakang. Ia ingin tahu bagaimana situasi pada daerah ledakan tersebut. Shozo dan pria bertopeng itu tersungkur dan terbatuk-batuk, seperti orang yang terkena flu.     

Darah mengucur dari mata, mulut, dan telinga mereka saat mereka terbatuk. Mereka terlihat sangat mengerikan.     

"Ayo." Angele berbalik dan menarik Lyn pergi dari tempat itu.     

Dalam beberapa detik, mereka menghilang jauh ke dalam lautan asap biru.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.