Dunia Penyihir

Konflik (Bagian 1)



Konflik (Bagian 1)

0Suasana ruangan pesta menjadi sunyi senyap.     

Semua tamu menatap sudut ruangan. Mereka berkomunikasi melalui partikel energi, sehingga bibir mereka hanya bergerak-gerak tanpa bersuara.     

Sella membantu Suman berdiri seraya menatap anak pemimpin Black Earth dengan geramnya.     

Di tengah dada Suman, terdapat tapak kaki hitam. Darah mengucur dari dagunya. Kue-kue, gelas wine, dan daging panggang di meja hancur berkeping-keping.     

Bau wine buah tercium di udara.     

"Cukup, Doris," kata Suman. Raut wajahnya tampak kosong. "Sella hanyalah temanku." Walaupun Suman adalah manusia tak berbakat, ia tidak takut melawan seorang penyihir resmi.     

"Apa kau sedang menghinaku?!" Wajah Doris memerah karena murka. "Kau tidak pernah menganggapku serius, bahkan sejak kita masih di Kota Coran… Kau harus belajar menghormatiku…" Ia mengusap pipinya dan menatap Sella dengan benci.     

"Master Doris, kumohon jangan…" Seorang gadis berbaju panjang mendekati Doris dan berusaha menenangkannya.     

"Menjauhlah dariku!" Doris mendorong gadis itu hingga terjatuh.     

Gelas wine yang dibawanya tumpah, sehingga membasahi seluruh bajunya. Seorang pelayan segera datang dan membantu gadis itu membersihkan diri.     

Melihat kejadian itu, para tamu lain memutuskan untuk menjauh. Mereka memahami bahwa Doris telah termakan amarah.     

"Doris…" Shozo memasuki ruang utama setelah muncul dari bola api hitam.     

"Ini adalah pestaku…" Ia mengingatkan. Suaranya terdengar berat.     

Sebuah bayangan hitam muncul di belakang Doris dan melepaskan gelombang mental yang sangat kuat.     

"Master Shozo, saya tidak ingin menghina Anda, namun gadis ini memukul Doris terlebih dahulu."     

Sepasang gelombang mental kuat saling beradu.     

Suasana ruangan itu menjadi semakin tegang, kedua gelombang mental berusaha untuk saling menyaingi satu sama lain.     

Lubang hitam tak kasat mata seakan telah terbuka di antara Shozo dan bayangan tersebut,     

Namun, saat Angele masuk, keduanya saling menenangkan diri, dan ruang pesta kembali menjadi sunyi.     

Di belakang Sella, Mincola menggeleng perlahan. Semua tamu terfokus pada Mincola, Sella, dan Suman.     

Melihat Angele menatapnya, Mincola hanya mengangguk perlahan. Mereka diam-diam saling pandang tanpa diketahui para tamu-tamu lainnya.     

Angele berjalan ke arah kerumunan itu.     

"Master Shozo, apa yang terjadi?" bisiknya dengan lirih.     

"Jangan khawatir, Angele. Ini hanya masalah kecil. Aku akan menyelesaikannya sendiri," jawab Shozo seraya tersenyum kecut.     

"Sebenarnya… ada temanku di kelompok itu." Angele menoleh. Pandangannya tertuju pada Mincola.     

Melihat pandangan Angele, Shozo mengangguk perlahan. "Seperti yang kukatakan, aku akan menyelesaikan sendiri masalah ini."     

"Terima kasih."     

Angele tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia memutuskan untuk kembali ke dalam kerumunan. Ia tidak ingin terlibat dalam masalah, namun Mincola telah banyak membantunya saat mereka masih di kota dulu.     

Sepertinya, bayangan hitam itu adalah bagian dari Black Earth, yang memiliki masalah pribadi dengan Shozo, sehingga situasi ini menjadi rumit. Situasi ini bukan lagi sekedar konflik antara para pewaris organisasi dan Kota Seribu Air Terjun. Konflik ini sudah menjadi konflik politik yang sedang memanas dalam organisasi masing-masing.     

Angele adalah satu-satunya pewaris Vivian, sang tetua ketiga, sehingga keberadaannya lebih penting ketimbang yang lainnya. Ivan hanyalah salah satu dari anak yang dimiliki orang tua mereka, sehingga jika terjadi apa-apa padanya, tak sulit untuk mencari penggantinya.     

Angele memutuskan untuk membantu Mincola dalam situasi ini. Vivian telah memenangkan perang melawan para tetua sebagai wakil dari Tangan Elemental. Semua orang mengetahui hal itu. Mereka tidak akan berani mencari masalah jika ia membutuhkan sesuatu.     

Peringkat bukanlah satu-satunya hal yang menentukan kekuatan penyihir. Walaupun Vivian adalah seorang penyihir tingkat 4, kekuatan mental dan mantranya berada pada puncak seorang penyihir tingkat 4.     

Pria muda bernama Doris itu akhirnya menenangkan diri dan berbicara dengan Shozo menggunakan partikel energi. Bayangan hitam di belakang pria itu kembali melepaskan gelombang mentalnya, seakan berusaha memamerkan kekuatan ke seluruh tamu.     

"Baiklah, baiklah. Kau benar. Aku seharusnya berpikir dua kali sebelum mengundang mereka." Shozo berkata dengan lantang. Ini menunjukkan bahwa mereka telah mencapai persetujuan. "Sella menyerang Doris terlebih dahulu, jadi ia harus meminta maaf."     

Doris kembali mengusap pipinya, sepertinya gadis itu menamparnya terlalu keras.     

"Master Shozo dan aku sudah setuju." Ia menunjuk ke arah Suman. "Bajingan tanpa potensi sihir inilah alasan mengapa aku ditampar! Kalian adalah saksi dari kejadian ini, kan? Sella, jika kau meninggalkan Suman, aku tidak akan menghukummu setelah berani menamparku!"     

"Itu tidak mungkin!" Sella menggigit bibirnya. "Suman dan Mincola adalah sahabatku."     

"Sella." Shozo angkat bicara. "Biarkan saja, lakukan perintah Doris dan tinggalkan Suman sekarang. Walaupun aku menyukaimu, kau tidak boleh terlalu mementingkan diri sendiri. Jangan pernah menampar Doris lagi."     

"Master Shozo!" Wajah Sella memucat. Sudah jelas bahwa Shozo tidak ingin beradu kemampuan dengan anak pemimpin organisasi Black Earth. Walaupun Shozo mencintai Sella, gadis itu hanyalah salah satu dari sekian banyak sepupunya. Sebagai penyihir, Shozo akan melakukan apa pun yang lebih menguntungkan baginya.     

Walaupun Sella penting bagi Shozo, mengirimkan gadis itu kepada Doris akan menyelesaikan masalah ini. Ia tidak ingin bertarung melawan bayangan hitam itu di pestanya.     

Angele berdiri di tepi. Ia baru saja selesai berkomunikasi dengan Mincola.     

"Aku sudah bilang ke Master Shozo bahwa kau adalah temanku, sehingga kau akan baik-baik saja. Namun, sebaiknya kau tidak membantu gadis itu. Ini bukanlah urusanmu."     

Menyadari bahwa Angele berusaha menolongnya, Mincola tidak menjawab. Ia hanya mengedikkan bahunya.     

Shozo dan Doris telah memutuskan bagaimana cara untuk menyelesaikan masalah itu tanpa pertumpahan darah.     

"Baiklah, kalau begitu, aku akan berikan Sella padamu. Kau boleh melakukan apa saja pada Suman dan pemuda itu. Masalah ini sudah selesai, dan aku tidak berhutang apa pun padamu."     

Shozo tidak mengatakan apa pun tentang Mincola, namun ia terdiam sesaat sebelum menyelesaikan perkataannya, seakan ia tidak terlalu peduli.     

"Terima kasih, Master Shozo. Tangkap mereka!" perintah Doris.     

Ekspresi Mincola dan Angele berubah kecut.     

Jika Angele ingin menepati janjinya, ia tidak punya pilihan lain.     

"Master Angele." Lyn memegang tangan Angele dan menggeleng.     

Menyadari apa yang akan dilakukan Angele, Shozo segera berkomunikasi dengannya dengan partikel energi. "Jangan, Angele! Ini bukan masalah kecil, mundur dan tenangkan dirimu. Lupakanlah temanmu itu." Shozo tidak mengerti mengapa Angele masih ingin membantu Mincola.     

Angele sadar bahwa bayangan hitam di belakang Doris adalah penyihir tingkat 4, dan bayangan itu tidak akan ragu hanya karena Angele adalah anak tetua ketiga. Ia sama sekali tidak bisa melawan penyihir tingkat 4, dan setelah Vivian tahu, ia pasti sudah lama mati.     

Mincola adalah teman sesama anggota Menara Penyihir Kegelapan, sosok yang penting bagi Angele.     

Angele tidak tahu apa yang terjadi jika Mincola tertangkap. Jika dilihat dari sikap Doris, jelas bahwa pria itu tidak memiliki kesehatan mental yang baik. Kemungkinan besar, Mincola akan dibunuh.     

Angele memicingkan matanya. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.     

Saat ini, ia hanya seorang penyihir tingkat 1. Anggota Tangan Elemental memperlakukannya dengan baik hanya karena ia adalah anak Vivian. Pertolongan yang ia dapatkan adalah bentuk perhatian Vivian.     

Shozo memiliki rencana sendiri, namun ia melakukan apa yang akan Vivian lakukan dalam situasi tersebut. Tidak ada gunanya mencari masalah dengan kepala Black Earth hanya demi seorang teman. Efek yang ditimbulkan tidak sebanding dengan risikonya.     

Angele menghela nafas. Jika saja ia adalah penyihir terkuat di ruangan ini, mungkin kejadiannya akan berbeda.     

Beberapa orang pengawal berbaju zirah hitam dengan simbol api hitam di tengahnya segera memasuki ruang pesta. Ketiga pengawal bersenjatakan tombak panjang berwarna hitam itu mengepung ketiga tersangka.     

Shing!     

Api ungu muncul dari tepi tombak mereka.     

Api itu saling menyambung dan membentuk tombak, menjaga agar ketiga tersangka itu     

tidak kabur.     

Bayangan hitam itu membuat mereka tidak bisa bergerak dengan gelombang mental-nya, sehingga mereka hanya bisa berdiri terpaku dan menatap rantai itu mendekat.     

Ekspresi Doris berubah beberapa kali saat ia menatap Sella, antara sedih, gembira, dan bahagia dalam waktu bersamaan. Sepertinya, ia sedang mengingat hari-harinya bersama gadis itu.     

Angele berusaha mencari cara untuk menolong Mincola, namun ia mengerti, bahwa ketiga penjaga tidak akan berhenti.     

Ia menatap Mincola, melihat pria itu tertunduk, menyerah akan keadaan ini.     

Dalam beberapa detik, rantai ungu itu akan mengikat mereka.     

Tidak ada waktu lagi. Angele berjalan maju dan berteriak. "Tunggu!"     

Suaranya menarik perhatian semua tamu.     

Angele menatap Doris dengan ekspresi datar. Lamunan pria itu tentang Sella telah hilang akibat suara tersebut.     

"Master Doris, pria itu adalah temanku. Aku tidak berusaha menolong Sella dan Suman setelah kejadian tadi. Kuharap Anda bisa memaafkannya dan melepaskannya dari jerat rantai itu." Angele menunjuk ke arah Mincola.     

Shozo tidak peduli jika Doris memutuskan untuk membunuh Mincola, namun Angele tidak akan berdiri di sana dan menatap orang yang pernah membantunya mati begitu saja.     

Doris menatap Angele dengan kesal, dan seorang pengawal mendekatinya, memberi tahu siapa Angele sebenarnya. Mendengar informasi itu, Doris mengerutkan bibirnya.     

Para tamu lain menatap mereka. Mereka ingin tahu bagaimana Doris akan menyelesaikan masalah ini.     

Doris mengedikkan bahunya. "Bawa mereka." Ia berbalik dan berpaling dari Angele.     

Angele tidak menyangka bahwa ini akan terjadi.     

Dialah satu-satunya harapan mereka, namun sepertinya Doris tidak takut kepada Vivian.     

Angele melihat Mincola, Sella, dan Suman diikat dengan rantai ungu itu. Mereka tidak dapat bergerak karena gelombang mental dari bayangan hitam tersebut. Para pengawal menarik mereka seperti menarik anjing liar.     

Ia menggertakkan giginya. Ekspresinya berubah kecut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.