Dunia Penyihir

Harta Karun Rahasia (Bagian 1)



Harta Karun Rahasia (Bagian 1)

0Angele menatap para penyihir yang berbicara padanya, sebelum kemudian melihat-lihat orang di sekelilingnya.     

"Yah, uruslah penyihir tangkapan kita ini. Kita tidak perlu memedulikan urusan mereka," perintahnya.     

"Baiklah." Liv mengangguk, sebelum mengambil tulang-tulang kristal yang tersimpan dalam kantongnya. Ia menaburkan tulang-tulang itu hingga membentuk lingkaran.     

Hakeem menarik pedangnya dan berjalan ke samping untuk memastikan bahwa tidak ada yang berani mengintai mereka.     

Kapten wanita itu sedang menunggu anak buahnya untuk melapor. Setelah laporan diterima, ia segera menoleh ke arah Angele.     

"Kami sudah berhasil menangkap kalajengking api yang Anda inginkan, Master Angele."     

"Bawa kemari." Angele mengangguk.     

"Baik."     

Kapten wanita itu mengirim pesan pada anak buahnya dan segera mematikan rune komunikasi-nya.     

"Mereka akan tiba dalam sepuluh menit," lapornya.     

Angele berdiri di tepi kawah sembari menunggu kedatangan anak buah penyihir itu.     

Angin dingin terus bertiup melewati puncak gunung dan menggerakkan jubah hitamnya. Namun, di sisi lain, gelombang panas dari sungai itu tak kunjung reda.     

Rasanya seperti berendam dalam pemandian air panas yang terbuka saat musim dingin.     

Tepat sepuluh menit kemudian, para anak buah yang dijanjikan berlari kembali dari tiga arah yang berbeda. Kalajengking api tangkapan mereka diikat menggunakan tali merah bercahaya.     

Berbeda dari yang lain, salah satu dari mereka membawa dua mayat berbentuk manusia yang sudah hangus.     

Begitu sampai di sana, mereka membungkuk hormat pada Angele.     

"Master, kami berhasil menangkap sebelas Kalajengking Api. Silakan dilihat," lapor salah satu anak buah.     

Angele pun mengangguk. Ia berjongkok dan memeriksa cangkang masing-masing serangga.     

Kalajengking-kalajengking itu terlihat mirip dengan kalajengking api biasa, namun ukurannya jauh lebih besar. Cangkang kalajengking itu terlihat mengkilat, seperti zirah logam merah yang mahal.     

Kalajengking-kalajengking itu tidak bergerak ataupun berusaha kabur sedikit pun. Sepertinya, kekuatan mereka telah diserap oleh tali-tali merah bercahaya yang mengikat tubuh mereka.     

Angele menekan cangkang salah satu kalajengking. Cangkang itu ternyata jauh lebih keras dari perkiraannya. Ia memiliki tingkat kekuatan yang tinggi, namun ia tidak bisa meretakkan cangkang itu dengan tangan kosong.     

Saat ia berada dekat dengan kalajengking-kalajengking tersebut, tercium bau yang aneh di udara.     

"Bangunkan mereka." Angele segera berdiri.     

"Baiklah." Salah satu penyihir berjalan maju, mengambil botol hitam berisi bubuk kelabu, dan menaburkan bubuk itu pada masing-masing kalajengking.     

Bau bubuk itu sama seperti bau bubuk cabai.     

Beberapa detik kemudian, semua kalajengking itu kembali bergerak.     

"Hiss… Hisssssss…" Begitu mereka bangun, semua kalajengking itu mulai mendesis.     

"Mereka punya akal?" tanya Angele seraya mengernyitkan alisnya.     

"Seharusnya tidak, tapi mungkin mereka punya cara komunikasi tersendiri," jawab Liv.     

"Adakah di antara kalian yang dapat berkomunikasi dengan mereka?" Angele melihat sekelilingnya.     

Tidak ada yang menjawab. Semua penyihir anggota Penjaga adalah penyihir elit; tidak ada yang mau belajar cara berkomunikasi dengan makhluk tingkat rendah. Bagi mereka, belajar berkomunikasi dengan makhluk tingkat rendah hanya akan membuang-buang waktu dan tenaga.     

"Maaf, tetapi…" Hakeem berjalan maju. Suaranya terdengar penuh kebencian. "Kita adalah penyihir, dan makhluk-makhluk itu berada di bawah kita. Lebih baik aku berbicara pada manusia biasa yang tak terpelajar."     

"Baiklah kalau begitu." Angele mengangguk. "Akan kubunuh saja mereka, lalu…"     

"Tunggu!" Terdengar suara lirih seorang lelaki dari tepi mereka.     

Suara itu menarik perhatian semua orang di sana.     

Suara tersebut adalah suara salah satu penyihir pingsan yang ditangkap oleh para anak buah.     

Penyihir itu mengenakan pakaian berwarna kelabu dengan hiasan yang indah. Wajahnya tampak seperti anak bangsawan kelas atas. Namun, rambut pirangnya berantakan, karena ia dibawa paksa menuruni gunung.     

Pria itu menatap Angele dengan ekspresi ketakutan.     

"Master, aku bisa berkomunikasi dengan kalajengking itu!"     

"Kau?" tanya Angele. Awalnya, ia berencana untuk menginterogasinya nanti, namun pria itu terbangun lebih cepat dari perkiraannya.     

"Kalau begitu, perintahkan mereka untuk melakukan perintahku dan melepaskan nafas api mereka. Apa kau bisa melakukan itu?" tanya Angele.     

"Baiklah… Tidak masalah…" Pria itu segera menjawab. Wajahnya berubah pucat. "Namaku Lance, Lance Spender."     

"Aku tidak tertarik dengan namamu, namun jika kau bisa berbicara dengan kalajengking-kalajengking itu untukku…" Angele terdiam dan berjalan mendekati sungai. "Aku akan kembali nanti."     

Salah satu Penjaga mengoleskan cairan hitam pada Angele sebelum pergi bersama Lance dan kalajengking-kalajengking tersebut. Sementara itu, Angele pergi ke tepi sungai, ditemani oleh para Penjaga lainnya.     

Dalam beberapa menit, mereka tiba di tepi sungai.     

Air sungai itu sangatlah jernih. Di dasar sungai, terdapat sekelompok ikan merah yang berenang-renang di antara rerumputan.     

Dari dekat, gelombang panas dan asap belerang dari sungai itu sangat terasa.     

Ia memicingkan matanya dan berjongkok di tepi sungai. Kakinya pun terasa sangat panas.     

Walaupun kakinya terlindungi sepatu bot, ia masih dapat merasakan panasnya.     

Tanpa ragu, ia meletakkan tangan kanannya ke dalam air dan mengambil setangkup air sungai.     

Titik-titik cahaya hijau dengan bentuk seperti spora tumbuhan mengapung pada permukaan sungai tersebut.     

Titik-titik cahaya biru bersinar di mata Angele. Dalam beberapa detik, titik-titik itu berubah menjadi merah.     

Shing!     

Setiap titik-titik hijau di air berkumpul di tangannya dan menghilang ke dalam kulitnya dalam beberapa detik. Dari kejauhan, terlihat seakan-akan sekelompok serangga beracun masuk ke dalam kulitnya.     

Ekspresi Angele pun berubah kecut. Ia mengayunkan tangannya untuk melemparkan air di telapak tangan kanannya. Mendengar laporan Zero, ia tersenyum kecut.     

"Bangun perkemahan di sini, dan jaga aku selama tiga hari! Kalian boleh menyiapkan makanan dan air sendiri. Aku akan berdiam di dalam sungai!" teriaknya.     

"Master, ada banyak makhluk berbahaya di dasar sungai. Kadal dan kalajengking beracun di daerah ini bisa berenang, sehingga mereka dapat bersembunyi di air." Kapten wanita itu memperingatkan. "Kita bisa menciptakan zona aman di dekat sungai. Setelah itu, Anda bisa berdiam di tempat aman itu, bagaimana?"     

"Aku setuju. Kelihatannya akan nyaman." Angele mengangguk.     

"Baiklah."     

Wanita itu mengangguk dan berjalan ke tepi sungai.     

"Vegas…" Ia mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah air.     

Titik-titik cahaya merah berkumpul di antara kedua tangannya dan berubah menjadi burung yang terbuat dari partikel energi.     

Cip!     

Burung itu bernyanyi dengan suaranya yang merdu dan jernih, sebelum terbang ke arah sungai. Burung itu meninggalkan jejak berupa titik-titik berwarna merah.     

Titik-titik energi tersebut berkumpul dan berubah menjadi bentuk setengah lingkaran di tepi sungai. Setelah lingkaran itu terbentuk, burung merah itu mendarat pada bagian pundak kiri sang kapten dan membersihkan diri dengan paruhnya.     

"Sudah selesai, Master," lapor kapten itu dengan sopan.     

"Terima kasih." Angele menatap permukaan sungai vulkanik itu.     

Tiga Penjaga berdiri di atas kawah untuk membangun tenda, sementara lima Penjaga lainnya hanya berdiri di samping si kapten wanita. Di sekitar sungai, tidak ada tanaman sama sekali; hanya ada lumpur berwarna gelap.     

"Kalian bisa mulai berpatroli." Setelah mengatakan hal tersebut, Angele segera berjalan ke sungai.     

Byur!     

Ia melompat masuk. Seluruh bagian tubuhnya terendam, kecuali kepalanya.     

Asap putih belerang itu membuat matanya sakit, sehingga ia terpaksa harus menutup mata. Suhu air yang sangat panas, ditambah dengan mulutnya yang mengering, membuatnya merasa ketakutan.     

Titik-titik energi hijau di permukaan air itu terus masuk ke dalam tubuhnya, seperti serangga hijau kecil yang tak kunjung berhenti bergerak.     

Angele menarik nafas dalam-dalam. Ia menenangkan dirinya dan berdiri di dalam air tanpa mengatakan apa pun, seperti orang yang sedang mandi.     

Liv berdiri di samping zona aman itu dan menguap.     

"Aku pernah lihat ada orang yang menggunakan air berisi partikel energi api untuk membantu proses meditasi, namun aku tidak menyangka bahwa Angele akan menggunakan air beracun di sungai vulkanik ini… Titik-titik hijau itu adalah partikel racun yang akan terus menginvasi tubuhnya. Yah, kalau dia bisa menahan sakit, ini akan sangat membantunya berkembang."     

"Master Liv, apa kau sedang membicarakan Master Shozo? Seingatku, ia melakukan hal yang sama," sahut Hakeem seraya duduk di atas batu raksasa. "Kekuatan mental Master Angele tergolong lemah jika dibandingkan dengan peringkat-nya. Sepertinya, ia menggunakan teknik spesial untuk menyembunyikan kekuatan aslinya."     

"Angele masih berusaha menyelesaikan tingkat pertama, ha. Sepertinya, dia baru saja memahami rune-rune itu beberapa hari lalu. Aku berani bertaruh bahwa ia mendapatkan metode ini dari Master Vivian." Liv menggeleng. "Kita tunggu saja, tiga hari adalah waktu yang sangat singkat."     

Hakeem pun tertawa. Ia menutup mata, dan mulai bermeditasi.     

Tiga hari berlalu begitu cepat.     

Penyihir memiliki harapan hidup yang tinggi, sehingga mereka tidak terlalu peduli berapa waktu yang mereka habiskan.     

**     

Tiga hari kemudian…     

Duar!     

Kilat menyambar hingga menerangi puncak gunung dan memecah keheningan tempat itu.     

Langit diselimuti oleh awan kelabu gelap; hanya ada cahaya guntur yang menerangi tempat itu.     

Suara raungan angin, bersama dengan suara pepohonan yang bergerak-gerak karena angin kencang, terdengar sangat mengerikan.     

Di zona aman sungai vulkanik itu.     

Perlahan-lahan, Angele membuka matanya. Titik-titik cahaya merah terus bersinar di dahinya.     

Ia merasakan tubuhnya penuh dengan energi aneh yang terasa dingin dan panas.     

Angele membuka mulut dan menghela nafas perlahan-lahan,     

Ha...     

Nafasnya berbau menyengat khas belerang.     

Byur! Byur!     

Perlahan-lahan, ia berjalan ke daratan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.