Dunia Penyihir

Ketakutan (Bagian 1)



Ketakutan (Bagian 1)

0Angele dan Eye Devil berjalan bersama melalui lorong lantai 1.     

Lorong itu berada di luar. Di sisi kiri, terlihat ruang tamu bangunan utama, sementara di sisi kanan, terlihat Sungai Ness.     

Matahari telah mulai terbenam. Gumpalan kabut tipis menggantung di udara, tepat di atas permukaan sungai, seperti kain sutra tipis.     

Angele berjalan di depan sambil menatap permukaan gelap Sungai Ness.     

"Sungai ini indah, namun hanya inilah satu-satunya tempat yang menarik dalam teritori-ku. Kuharap kau maklum." Angele melihat tingkah Eye Devil setiap saat untuk memastikan bahwa wanita itu tidak berusaha menyerangnya.     

Eye Devil ikut berjalan. Senyuman tersungging di wajahnya.     

"Aku tidak kecewa. Aku suka tempatmu. Lebih indah dan tenang."     

"Yah, terima kasih." Angele menggeleng. Ia tidak tahu harus berkata apa.     

Akhirnya, mereka berjalan melewati kolam berair jernih.     

"Aku membangun kolam itu beberapa waktu lalu. Sesekali, aku berenang di sana." Angele menjelaskan.     

"Kolam renang, ya?" Eye Devil menatap kolam itu dengan penuh rasa ingin tahu.     

Akhirnya, mereka meninggalkan kolam dan masuk ke taman.     

"Ah, ini adalah taman pribadiku. Aku punya beberapa tanaman langka di sini." Angele menunjuk taman tersebut.     

Eye Devil tidak tertarik sama sekali.     

Orphie dan Freia sedang sibuk merawat dan menyiram bunga matahari.     

Eye Devil menatap Orphie.     

"Aku punya banyak makanan seperti itu di kota. Jika kau mau, katakan saja. Aku akan mengirimkannya padamu."     

"Kalau gratis." Angele tersenyum.     

"Tentu saja tidak." Eye Devil memutar matanya. "Baiklah, ayo kita pergi." Tiba-tiba, sebelum meninggalkan taman, Eye Devil terdiam. Ia berbalik dan menatap Orphie.     

"Tunggu, kekuatan ini…?" Eye Devil terkejut. "Penerus? Tunggu!"     

Angele terkejut, namun ekspresinya tidak berubah. Ia menunggu Eye Devil menyelesaikan perkataannya.     

"Kekuatan ini… Menarik. Aku merasakan kekuatan sang raja kalajengking darinya…" Eye Devil berbalik dan menatap Angele. "Phoenix, berikan peliharaan ini padaku? Akan kuberi 20 peliharaan yang lebih baik. Kau bisa melakukan apa pun pada mereka. Bagaimana?"     

"Maaf, ini masih awal eksperimen. Aku masih memerlukannya." Angele menggeleng. Ia menolak tawaran itu. "Mari kita pergi." Ia memasukkan darah kalajengking gabungan ke dalam tubuh gadis itu beberapa waktu lalu. Itu dapat ditemukan hanya dengan tes-tes sederhana.     

Eye Devil menatap Angele dan tersenyum, namun ia tidak mengatakan apa pun.     

"Mari kita pergi. Masih ada yang harus kutunjukkan." Angele berbalik dan kembali berjalan.     

Mereka melewati taman, dan berjalan masuk ke lapangan berlatih.     

"Ini adalah tempatku berlatih kekuatan fisik. Serangan energi mungkin akan menghancurkan lapangan ini. Selain itu, terkadang…"     

"Tunggu, akan kuberi kau 100 budak untuk ditukar dengan daging itu. Bagaimana?" Eye Devil tidak menyerah.     

Angele mengedikkan bahunya, "Maaf, tidak bisa."     

"200"     

Angele tersenyum kecut.     

"300! Ditambah dengan daging bangsawan kualitas tinggi!" Ekspresi Eye Devil berubah dingin. "Phoenix, berpikirlah dua kali sebelum menjawabku."     

Senyum Angele pun menghilang. Ia memicingkan matanya pada wanita itu.     

"Eye Devil, ini bukan soal jumlah daging yang bisa kau tawarkan padaku."     

Eye Devil berdiri di tengah lorong dan mengeluarkan gelombang-gelombang energi mengerikan. Angin mulai bertiup kencang, hingga menghancurkan segala yang ada di sana.     

Eye Devil dan Angele saling pandang, namun tidak ada yang bergerak. Suasana tempat itu menjadi semakin tegang.     

"Phoenix, jangan serakah…" Eye Devil mengerutkan bibirnya. "Kalau kau tidak memberikan apa yang kuminta…"     

"Sudah kubilang, ini bukan masalah harga…" jawab Angele. Suaranya terdengar berat. "Eye Devil, jangan mencari masalah. Kau akan membuat kita berdua sama-sama repot…"     

Eye Devil terus menatap Angele.     

Beberapa menit berselang.     

Tiba-tiba, wanita itu tertawa.     

"Terserahlah, itu hanya daging. Kita tidak akan bertarung hanya untuk satu porsi daging. Tidak ada gunanya."     

Angele kini tampak tenang, dan suasana kembali normal. "Kau benar. Mari kita lanjutkan perjalanan kita."     

Ia berbalik dan mulai berjalan, namun tiba-tiba, ia merasakan gelombang energi kuat dari belakang.     

Tanpa sempat berpikir, ia berbalik dan melepaskan manik-manik api.     

Duar!     

Cahaya hitam dan merah meledak bersama, namun lorong itu sama sekali tidak hancur, seolah tidak ada yang terjadi. Dalam beberapa detik, gelombang energi dari serangan mereka segera menghilang.     

Angele melompat mundur dan menatap Eye Devil.     

"Eye Devil, kau serius?"     

Wanita itu hanya berdiri dan menatap Angele dengan senyuman manis.     

"Hanya kecelakaan." Wanita itu sama sekali tidak merasa bersalah. "Lagipula, aku ingin tahu apa kekuatanmu sudah kembali normal. Kudengar, tubuh fisikmu masih lemah beberapa hari lalu, tapi dari penampilanmu saat ini, sepertinya kau sudah mulai sembuh."     

"Begitu, ya?" Angele menatap wanita itu.     

"Ayolah, aku tidak bodoh. Ini kan teritori-mu…" Eye Devil tertawa, namun Angele masih terus menatapnya.     

Akhirnya, wanita itu menyerah. "Baiklah, baiklah. Aku tidak akan melakukan apa-apa. Aku tidak menyangka bahwa kau akan semarah ini."     

"Akhirnya kau mengerti juga." Angele memicingkan matanya. "Terima kasih sudah berkunjung, tapi aku tidak akan mengantarmu keluar. Hati-hati dalam perjalananmu."     

Secara tidak langsung, ia meminta Eye Devil untuk segera pergi.     

"Kau yakin tidak mau bermalam denganku? Aku akan melakukan apa saja untukmu. Anggap saja itu kompensasi atas kejadian ini." Eye Devil menggerakkan matanya, berusaha menarik perhatian Angele. "Posisi apa pun, lubang yang mana pun, aku mau. Bahkan, jika kau mau bermain dengan wujud aslimu, silakan saja."     

Angele sama sekali tidak tertarik. "Iya, iya, terima kasih. Tidak kali ini. Hari sudah mulai malam, dan aku mau istirahat. Pergilah."     

Eye Devil menghela nafas. Raut wajahnya sedikit sedih. "Baiklah, kalau begitu aku akan kemari lain kali. Apa aku kurang cantik untukmu?" Ia berbalik dan mengubah tubuhnya menjadi bola api ungu.     

Bola api ungu seukuran kepalan tangan itu terbang melalui medan pelindung, sebelum akhirnya menghilang di langit malam.     

Angele menatap Eye Devil pergi.     

Tiba-tiba…     

"Ah!"     

Ia menutup mulutnya dengan kedua tangan, menyembunyikan darah yang mengucur melalui buku-buku jarinya.     

"Satu serangan saja cukup untuk melukaiku…?" Angele membersihkan darah itu dari tangannya. "Eye Devil sedang menghancurkan segelnya, dan kloning-nya pun bisa melukaiku… Sepertinya, aku harus menggunakan wujud itu tadi…"     

Angele hanya terdiam dan menatap arah terbang Eye Devil. Titik-titik cahaya biru bersinar di depan matanya.     

**     

15 hari kemudian…     

Di Hutan Sherry, di dunia penyihir…     

Hari masih sangat pagi. Cahaya matahari bersinar di atas tanah melalui lubang-lubang kecil di antara dedaunan. Kabut putih tipis menyelimuti hutan itu.     

Seorang pria berjubah hitam bergerak cepat melalui pepohonan. Suara tapak kakinya terdengar keras dalam hutan yang hening itu.     

Pepohonan tinggi, sulur-sulur, bahkan semak belukar tidak menghentikan langkah pria itu. Sepertinya, ia sangat mengenal tempat ini.     

Dalam beberapa menit, ia berhenti di sebuah pohon di atas tebing.     

Batang pohon itu memiliki diameter sekitar 10 meter, dengan bayangan yang menyelimuti beberapa ratus meter bagian hutan. Melalui lubang-lubang di antara pepohonan, titik-titik cahaya matahari merembes dan menyinari permukaan tanah.     

Pada batang pohon, terdapat sulur-sulur hijau tua dengan kuncup-kuncup putih.     

Sosok itu berjalan maju, berdiri di depan pohon itu, dan melepaskan tudungnya. Walaupun tudungnya sudah terlepas, wajahnya masih tertutup helm berwarna hitam.     

Helm hitam itu hanya helm biasa dari logam sejenis perunggu. Tak ada yang istimewa; fungsinya hanya untuk menutup wajahnya.     

Ia menyentuh salah satu kuncup putih.     

Shing!     

Kuncup itu berbunga, berubah menjadi bunga putih yang sangat indah dengan aroma misterius yang tajam. Aroma misterius itu terasa aneh, namun baunya sedikit mirip dengan bau apel.     

Di tengah bunga itu, terdapat wajah manusia seukuran kuku. Perlahan-lahan, mata wajah itu terbuka dan menatap sosok di depannya.     

"Green, kau sudah datang." Wajah itu angkat bicara. Suaranya terdengar berat.     

Angele kembali ke dunianya untuk menyembuhkan diri. Ia melihat pesan dari Menara Penyihir Kegelapan, tentang apakah ia ingin menjadi anggota inti organisasi.     

Setelah berpikir, ia memutuskan untuk menjawab panggilan itu, namun untuk menjadi anggota inti, ia harus menandatangani sebuah kontrak jiwa dengan organisasi. Kontrak itu adalah kontrak yang baru saja diciptakan beberapa waktu lalu. Jika kontrak itu dilanggar, hukumannya akan sangat berat.     

Setelah kontrak itu selesai, pihak Menara Penyihir Kegelapan segera membuka sesi perekrutan anggota inti baru. Sepertinya, mereka berusaha membuat prajurit kuat dari anggota-anggota elit mereka.     

Kontrak baru ini membuat banyak anggota elit tidak yakin apakah mereka harus menandatangani kontrak jiwa tersebut atau tidak. Kebanyakan anggota elit adalah penyihir kuat yang berpotensi lebih tinggi jika dibandingkan dengan anggota biasa di bawah mereka. Jika mereka menandatangani kontrak, mereka harus setia pada pihak organisasi. Kontrak tersebut adalah kontrak yang mengerikan; semua anggota kuat itu harus setia kepada mereka.     

Setelah membaca pesan itu, Angele pun mengetahui bahwa sesuatu yang besar akan terjadi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.