Dunia Penyihir

Pembunuhan Berencana (1)



Pembunuhan Berencana (1)

0Sepuluh hari kemudian…     

Di Dunia Mimpi Buruk.     

Di dalam sebuah hutan yang hijau, Angele mengaktifkan wujud aslinya dan berjalan melewati semak belukar.     

Tubuhnya yang kekar sangatlah keras seperti logam. Setelah menggunakan tulang itu, tingginya telah meningkat menjadi enam meter, hingga tanah berguncang saat ia berjalan.     

Shing!     

Secercah bayangan kelabu melesat cepat menuju dadanya.     

Ia tidak bergerak, hanya membiarkan rambut merahnya menerjang bayangan itu dan mencabik-cabiknya.     

Krek!     

Terdengar suara seperti kain yang dirobek. Bayangan itu berubah menjadi potongan-potongan kain putih yang berceceran di atas tanah.     

Titik-titik cahaya biru bersinar di depan matanya. Tiba-tiba, ia mengangkat tangan kanannya dan mengambil sebuah pohon besar.     

Brak!     

Ia menarik pohon itu dan melemparkannya.     

Cras! Duar!     

Terdengar suara seperti ledakan, dan jalan di depan Angele segera bersih dari halangan. Beberapa ekor serangga seperti kecoa berjalan ke sana kemari, namun semuanya terbunuh saat terkena gelombang aneh dari ledakan tersebut.     

Seorang pria berkulit hijau tersungkur di atas batang pohon besar di tepi tebing. Tebing dan pohon itu berada sekitar satu kilometer di depan Angele.     

"Ini yang kelima…" Ia menggenggam tangannya. "Monster kelima berkekuatan penyihir tingkat 4 yang berhasil kubunuh. Sepertinya, daerah di sekitar rumah sudah bersih dari ancaman, jadi aku hanya perlu menunggu lukaku sembuh. Luka aura es itu membuatku tidak bisa memperkuat wujud asliku…"     

Untuk memanfaatkan waktu, Angele memutuskan untuk mencoba menggunakan kekuatan baru wujud aslinya.     

Setelah menyerap darah kuno dari tulang tersebut, wujudnya nyaris tidak berubah, namun tingkat kekuatan wujud aslinya meningkat pesat.     

Kekuatan wujud asli itu meningkat cepat, terlalu cepat hingga menghancurkan batasan-batasan pada tubuhnya. Saat ini, ia dapat membunuh monster dan makhluk-makhluk apa pun yang memiliki kekuatan yang setara dengan penyihir tingkat 4. Dengan bantuan gelombang aneh dari wujud aslinya, gelombang mental mereka tidak bisa bergerak, sehingga mereka menjadi sasaran empuk. Selain itu, kekuatannya telah meningkat menjadi 90 poin. Dengan bantuan darah kuno dan Suara Genderang Penguburan, tidak ada yang bisa menghentikan perkembangan kekuatan wujud aslinya.     

Ia menghela nafas. Ekspresinya tampak kecewa. "Kekuatanku saat ini mungkin sama dengan penyihir tingkat 5. Jika aku bisa mengaktifkan wujud ini di dunia nyata… yah…" Ia berjalan mendekati makhluk hijau itu dan mengambil mayatnya.     

**     

Setahun kemudian…     

Di tepi Sungai Bass.     

Hari sudah hampir senja. Sebuah jalan berlekuk berwarna cokelat menghubungkan sungai dan rumahnya. Ada kursi-kursi kayu di sampingnya.     

Angele duduk di salah satu kursi yang menghadap sungai sambil menatap permukaan air yang jernih dan tenang.     

Pada riak-riak air, terpantul cahaya oranye dari matahari yang akan terbenam. Jika dilihat dari jauh, akan terlihat seperti ada partikel energi yang melayang-layang di atas air.     

Perlahan-lahan, ia meminum teh dari gelasnya. Seorang pelayan wanita berambut panjang berwarna merah berdiri di sampingnya. Pelayan itu mengenakan pakaian putih dan membawa poci berwarna hitam. Pelayan itu berdiri dengan sigap, siap mengisi gelas Angele saat diperintahkan.     

Pelayan itu memeriksa poci di tangannya sebelum berbisik. "Master, Anda sudah hampir menghabiskan Teh Lelehan Es. Apakah Anda mau kembali ke dalam?"     

"Hampir habis?" Angele sedikit terkejut. "Aku minum sebanyak itu, ya?" Teh Lelehan Es adalah teh spesial buatannya. Teh itu terbuat dari berbagai obat-obatan dan tumbuh-tumbuhan yang mampu melawan aura es dalam tubuhnya. Karena itu, ia menamakan teh racikannya itu "Lelehan Es".     

"Kembalilah terlebih dahulu. Aku akan duduk sendiri." Angele memberikan gelasnya kepada si pelayan. "Ah, apa anak muda itu masih membaca di ruang bacaku?"     

"Iya." Pelayan itu mengambil gelas Angele. Ia tampak khawatir. "Dia bekerja terlalu keras… Bahkan, dari pagi masuk ke ruang baca, dia belum juga istirahat…"     

"Tidak apa-apa, akan kupastikan bahwa dia tetap sehat dan kuat." Angele tersenyum lembut. "Pergilah."     

Pelayan itu membungkuk hormat dan berjalan pergi.     

Angele duduk sendirian di kursi. Cahaya matahari menyinari tubuhnya dan membuatnya seperti bersinar dengan cahaya keemasan. Cabang-cabang pohon willow dan tanaman catkin menari-nari dan beterbangan mengikuti arah angin.     

Beberapa catkin mendarat di tubuh Angele, seperti gumpalan-gumpalan salju.     

"Sudah setahun…" gumamnya. Ia mengenakan jaket bulu; kerah jaketnya cukup tebal untuk menutupi rambutnya. Ia terlihat seperti orang yang mengenakan pakaian yang tidak cocok.     

Aura es dalam tubuhnya masih menimbulkan masalah, namun sihir logamnya yang rusak akibat kompetisi Menara Penyihir Kegelapan telah nyaris pulih. Akhirnya, ia dapat menggunakan Lingkaran Sihir Warisan berjenis Raksasa Logam pemberian organisasi.     

Set Lingkaran Sihir Warisan itu dapat memperkuat sihir logam-nya, namun sebelum ini, ia tidak dapat menggunakan sihir logam akibat luka-luka dalam tubuhnya.     

Akhirnya, setelah sekian lama, sihir logamnya dapat diaktifkan kembali.     

'Ini adalah tahap terakhir…' Angele mengusap pipinya. Terlihat tiga bekas luka berwarna keperakan di wajahnya.     

Selama masa penyembuhan Sihir Logam-nya, ia hanya bisa menunggu, tidak ada obat atau pun bantuan luar yang dapat membantu. Akhirnya, setelah beberapa tahun, ia bisa melihat sekuat apa sihir logam yang dibantu dengan kekuatan lingkaran sihir warisan.     

Henn sudah pergi, sehingga ia tidak perlu khawatir atau menyembunyikan rahasia apa-apa. Saat ini, perkembangannya dalam Lautan Pusat Api semakin cepat, namun ia masih memerlukan waktu yang lama sebelum menjadi penyihir tingkat 3 di atas rata-rata. Proses pelatihan itu akan membutuhkan waktu lebih dari 100 tahun.     

Perjalanannya masih panjang. Semakin tinggi tahap Lautan Pusat Api yang ia kerjakan, maka akan semakin lambat pula perkembangannya.     

Apa pun yang ia lakukan, ia tidak akan bisa naik tingkat dalam waktu di bawah seratus tahun.     

Angele menghela nafas dan berdiri dari kursinya. Ketiga bekas luka perak di wajahnya terlihat sangat menarik, seperti tiga garis bercahaya perak di bawah cahaya matahari.     

Ia berdiri, melihat sekeliling, dan mengernyitkan alisnya. Namun, tidak ada bahaya atau makhluk hidup yang terdeteksi oleh Zero, sehingga ia memutuskan untuk kembali ke dalam rumah.     

Seekor elang emas berputar-putar di langit seberang sungai.     

Elang itu memiliki mata yang tajam dan kuat, seperti mata seorang manusia. Ia sedang memeriksa keadaan di sekitar rumah Angele.     

"Ada masalah. Aku menemukan dua lingkaran teleportasi sekali pakai dan tentara-tentara rahasia yang sepertinya ditugaskan untuk menjaga pemilik rumah ini. Bagaimana, Master?" Elang itu mengirimkan pesan dengan partikel energi.     

"Sepertinya, dia adalah anggota penting Tangan Elemental. Jika tidak, tidak mungkin ia bisa membunuh Terry." Suara seorang gadis muda bergema di udara. "Selain itu, gelombang mental pria ini sedikit berbeda. Saat ia melawan Terry, ia memiliki gelombang tingkat 4, namun sekarang ia hanya punya gelombang penyihir tingkat 3…"     

Elang itu pun ikut bingung. "Mungkin dia seperti Stigma? Dulu ada orang lain di tubuhnya, namun sekarang ia sendirian?"     

"Mungkin." Gadis itu menyetujui. "Aku hanya bisa melacak gelombang mentalnya dua kali lagi dengan benda-benda saudaraku. Mungkin sebaiknya kuselesaikan sekarang."     

"Cepatlah. Kita bisa melawan pria di rumah itu, tapi kalau semua ini ulah wujud jiwa, ini akan sulit. Jiwa sangatlah pintar bersembunyi, jadi hanya ini kesempatan kita." Elang itu menyarankan.     

"Aku mengerti." Suara itu kembali bergema. Tiba-tiba, gelombang energi muncul di sekitar elang tersebut.     

"Siapa di sana?!"     

Tiba-tiba, terdengar suara dari gelombang mental.     

Suara itu bukanlah suara raungan, hanya suara biasa yang diperkuat dengan gelombang mental. Kedengarannya seperti suara banyak orang yang berteriak bersama-sama.     

Sekelompok prajurit berzirah hitam mendongak dan menatap elang itu.     

Ketua kelompok tersebut adalah pria kekar paruh baya dengan helm berhiaskan tanduk. Pria bermata tajam itu ikut menatap langit.     

Pria itu memicingkan matanya. "Mereka berani mengaktifkan teknik rahasia di teritori kita tanpa izin…"     

"Master, mungkin mereka adalah anggota dewan. Ada tanda pada tubuh elang itu," usul seorang wanita berzirah hitam.     

"Tidak mungkin! Anggota dewan pasti sudah tahu aturannya. Mungkin, mereka adalah pelaku kriminal yang mencuri elang dari salah satu anggota dewan," jawab pria itu dengan geram. "Kita harus melindungi tuan kita, apa pun caranya. Bunuh para penjahat itu!"     

Ia mengangkat tangannya.     

"Bersiaplah!"     

Sekitar seratus prajurit mengangkat busur mereka dan menatap langit.     

Shing!     

Mereka menarik busur mereka kuat-kuat.     

Wajah para prajurit itu tidak berekspresi dan datar. Mata mereka bersinar dengan cahaya merah.     

Wush!     

Pusaran merah raksasa muncul di atas para prajurit.     

"Serang!" teriak sang pemimpin.     

Shing! Shing! Shing!     

Ratusan panah hitam terlepas secara bersamaan.     

Panah-panah itu membentuk kerucut dan menerjang si elang dengan kecepatan tinggi. Entah mengapa, panah-panah itu mengejar si elang dan bayangan bening di sampingnya seperti seekor ular.     

Tiba-tiba, bayangan itu menampakkan diri.     

Bayangan itu adalah sosok seorang wanita dengan kepala anak gadis kecil dan tubuh kekar yang ditutupi zirah raksasa. Wanita itu membawa sebilah trisula hitam di tangannya.     

Melihat panah-panah itu, ekspresinya berubah terkejut. "Formasi Mamba Hitam? Aku tidak menyangka akan melihat kekuatan seperti ini di tempat terpencil. Menarik."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.