Dunia Penyihir

Investigasi (Bagian 2)



Investigasi (Bagian 2)

0Setelah berjalan selama beberapa menit, mereka akhirnya melihat kota tempat tambang Batu Bulan Sabit itu.     

Di samping kota, tiga kelompok penyihir saling bertarung; dua di antaranya berasal dari Paguyuban Penyihir dan Organisasi Peramu. Sepertinya, ketua kedua kelompok itu adalah anggota penting.     

Pengawal pertama dari pintu kuburan juga ada di sana.     

Begitu mereka tiba di sana, Masha segera berjalan mendekati pengawal itu.     

"Kita adalah anggota Tangan Elemental! Pergilah sekarang jika kalian tidak mau mati!" Masha menatap ketiga kelompok itu dengan ekspresi dingin.     

Wajah Angele berkedut saat mendengar perkataan Masha. Ia tidak menyangka jika wanita itu berani mengancam dua organisasi besar. Ia mengira bahwa setidaknya Masha akan menanyakan situasinya dulu.     

Mendengar nama Tangan Elemental, ketiga kelompok itu sadar bahwa situasi sudah memburuk.     

"Tangan Elemental? Kami adalah anggota resmi Paguyuban Penyihir. Anggota Organisasi Peramu juga ada di sini. Apa kau mau mengancam dua organisasi terbesar di negeri tengah? Apakah ini cara Tangan Elemental menghadapi situasi?" jawab ketua kelompok Paguyuban Penyihir.     

Masha hanya tersenyum. "Iya, aku sedang melakukan itu. Walau kau mau laporkan aku ke Aliansi Kota Putih atau Dewan Tetua pun, aku tidak peduli. Paguyuban Penyihir dan Organisasi Peramu, ya? Kalian sedang berdiri di tanah milik Tangan Elemental, dan aku berhak menendang kalian keluar dari sini!"     

"Kau menyuruh kami pergi tanpa alasan. Kalian baru saja perang. Aku yakin bahwa organisasi kalian sedang melemah," potong salah satu penyihir.     

"Bodoh!"     

Masha mengangkat tangannya dan menyerang penyihir itu.     

Sebuah medan gaya berlekuk muncul dari tangan wanita itu, sebelum akhirnya berubah menjadi telapak tangan transparan dengan panjang sekitar tujuh sampai delapan meter.     

Semuanya terkejut; tidak ada yang menyangka bahwa Masha akan menyerang.     

Ditambah lagi, tidak ada yang cukup cepat untuk menghentikannya.     

Dengan penuh rasa takut, penyihir itu menepuk kantongnya, dan memunculkan bayangan kuning seperti minotaur yang menciptakan pelindung hitam… Namun, ia tidak sempat melakukan apa-apa lagi.     

Tangan transparan Masha menerjang minotaur itu kuat-kuat.     

Duar!     

Dalam setengah detik, bayangan minotaur itu hancur, dan tangan transparan Masha masih terus melaju.     

Akhirnya, tangan itu menyerang si penyihir, hingga hanya menyisakan setumpuk bubur daging di atas kubangan darah. Di samping kubangan itu, terdapat sebuah cap tangan berwarna merah darah.     

Masha memicingkan matanya, seraya menurunkan tangan dan menjilat bibirnya. "Kuhitung sampai tiga. Jika kalian tidak pergi sekarang, kalian tahu apa yang akan terjadi… Satu!"     

Wakil kedua organisasi besar itu saling pandang. Mereka tidak tahu harus melakukan apa.     

"Dua!"     

"Terserah kau saja! Pertarungan ini sudah berubah. Akan kulaporkan ini pada Paguyuban Penyihir!" Wakil dari Paguyuban Penyihir membentak. "Mari kita pergi!"     

"Ini tidak akan berakhir damai!" Dengan geram, perwakilan Organisasi Peramu berbalik dan pergi.     

Setelah kedua organisasi itu pergi, hanya satu kelompok yang tersisa.     

Masha menatap kelompok terakhir.     

"Apa kalian tuli?! Kalian tahu apa yang harus kalian lakukan, kan?"     

"Kami… kami akan pergi sekarang!" Ketua kelompok itu berteriak dengan takutnya.     

Masha mengangguk. Senyuman puas tersungging di wajahnya. Dengan tatapan keji, ia menatap kelompok terakhir berlari tunggang-langgang dan menghilan dalam hutan.     

Ia menggambar sebuah rune merah, dan memunculkan asap berwarna kemerahan dari atas tanah. Sepertinya, sihir itu berfungsi untuk menangkis sihir pelacak penyihir lain.     

Setelah semua selesai, Masha menatap Angele.     

"Angele, kau mau protes? Aku sudah membuat semuanya lebih mudah. Kita masih belum menandatangani kontrak. Biasanya, orang-orang yang berani mencuri Batu Bulan Sabit dari tambang kita akan dibunuh." Sepertinya, Masha menyadari bahwa Angele terkejut. Namun, wanita itu masih mengikuti aturan, sehingga ia tidak peduli.     

Angele tersenyum kecut. "Master Masha, Anda tidak bersalah, dan aku tidak akan membantah. Anda telah melakukan hal yang benar." Menurut Angele, sikap wanita itu sedikit berlebihan, namun ia memutuskan untuk diam saja.     

Kabar burung mengatakan bahwa Tangan Elemental terkenal karena taktik agresif mereka, namun baru kali ini ia melihat keagresifan itu secara langsung.     

Masha tersenyum. "Bagaimana kalau kita berbagi Batu Bulan Sabit yang ada di sini? Kuambil separuh, dan sisanya menjadi milikmu. Bagaimana?"     

"Yah…"     

"Sudahlah, itu sudah cukup bagus," potong Masha. "Akan kuberitahu para Penjaga kalau separuh hasil penambangan tempat itu milikmu. Sekarang, lebih baik kita kembali ke urusan awal."     

"Baiklah." Sepertinya, Masha memutuskan untuk mengambil tambang itu dari orang lain dan membagi hasil jarahan itu kepada Angele. Karena permintaan batu itu lebih banyak ketimbang jumlah yang dijual, hasil pembagian itu dapat ditukar dengan lebih dari seribu kartu kristal.     

Karena Angele adalah anak semata wayang Vivian, Masha memutuskan untuk berbagi dengannya.     

Karena si pengawal tidak angkat bicara, Angele menganggap bahwa ia tidak keberatan. Masha memerintahkan pengawal itu untuk mencari orang dari kota untuk menjaga tambang tersebut.     

Angele, Masha, dan si penyihir kembali ke kuburan dan masuk ke ruang batu tempat mereka melakukan investigasi tadi.     

Para pengawal mengantarkan makanan dan minuman. Mereka terus melihat keadaan ruangan selama empat hari. Lingkaran sihir pelacak bergaris merah buatan ketiga ahli pelacak bersinar terang di sana.     

Ketiga ahli itu menatap garis-garis di atas lingkaran selama dua hari, namun mereka tidak menemukan apa-apa.     

Jejak yang ditinggalkan tim pertama telah hilang atau dihapus oleh kekuatan aneh, sehingga nyaris tidak mungkin melanjutkan investigasi.     

Masha memutuskan untuk kembali dan melaporkan situasi pada perwakilan dari organisasi.     

**     

Tiga hari kemudian…     

Hari sudah malam.     

Tempat di sekitar kuburan itu sangat sepi.     

Angele berjalan keluar dari semak belukar. Ia mengenakan jubah hitam yang besar, sehingga menutupi seluruh tubuhnya – setelah urusan dalam kota selesai, ia memutuskan untuk kembali.     

Perlahan-lahan, sebuah lingkaran rune berwarna ungu bersinar di bawah kakinya; kira-kira sepuluh meter dari pintu kuburan. Cahaya ungu itu menyinari sepatu bot hitamnya.     

Titik-titik cahaya biru bersinar di depan matanya. Tanpa sedikit pun keraguan, ia terus berjalan dan menggambarkan rune merah di depannya. Saat ia berjalan, lingkaran ungu itu tidak aktif sama sekali.     

Beberapa menit kemudian, Angele berdiri di depan pintu masuk kuburan. Pintu itu sepi; tidak terlihat ada orang di sana.     

Setelah investigasi kedua, lingkaran ungu itu digunakan sebagai penjaga pintu.     

Angele melihat ke bawah. Ia merunduk dan melepaskan cahaya merah dari tangannya.     

Di bawah cahaya merah itu, muncul sekumpulan jejak kaki berwarna biru terang.     

'Ada yang selangkah lebih maju dariku.' Angele menggeleng dan segera berdiri. Dalam investigasi bersama Masha, ia menemukan sesuatu yang aneh, sesuatu yang berhubungan dengan lingkaran sihir aneh di Dunia Mimpi Buruk. Menyadari bahwa lingkaran sihir itu harus dirahasiakan, ia memutuskan untuk pergi sendiri. Namun, ternyata ada orang lain yang juga menyadarinya.     

Angele merunduk dan masuk.     

Di bawah cahaya merah, tapak-tapak kaki biru itu terlihat semakin terang.     

Angele menepuk kantongnya dan memunculkan pelindung bening tipis pada sekeliling tubuhnya. Setelah itu, ia mengambil sebuah benda berbentuk seperti lampu minyak dan membuka tutupnya.     

Asap hitam muncul dari dalam lampu dan menyatu dalam kegelapan kuburan.     

Lampu itu adalah salah satu benda sihir terkuat yang dibelinya.     

Setelah menjadi penyihir tingkat 3, Angele memiliki kekuatan mental yang cukup untuk menyokong tiga kemampuan secara bersamaan.     

Setelah kekuatan mentalnya cukup, ia membeli sebuah benda sihir tingkat tinggi dari pusat perdagangan. Walaupun bukan alat sihir, benda itu masih mampu menangkis lebih dari seratus derajat serangan.     

Saat kunjungan pertama, ia telah mencatat rute kuburan dengan bantuan Zero, sehingga ia bisa menemukan jalan dengan mudah. Namun, sepertinya sosok bertapak kaki biru ini memiliki tujuan yang sama.     

Ia melihat pergerakan aneh pada ujung ruangan batu itu.     

Tiba-tiba, gelombang kuat muncul dari dalam pelindung buatan patung kalajengking.     

"Lama tidak bertemu, Green. Apa kau merindukanku?" Sebuah suara wanita bergema dalam telinganya.     

Seorang wanita misterius dan seksi muncul di belakang Angele. Sosok itu mengenakan gaun hitam berbahan sutra. Rambut merahnya tergerai sampai ke pinggang. Wanita itu mengenakan sarung tangan sutra berwarna hitam, dan dadanya dihiasi oleh pin berbentuk seperti kilat. Walau bertahun-tahun telah berlalu, wanita itu tidak berubah sama sekali.     

"Udara segar… Rasanya enak sekali…" Wanita itu menarik nafas. Ekspresi wajahnya tampak puas. "Sudah bertahun-tahun aku tidak menghirup udara luar     

 Aku hampir lupa rasanya seperti apa…"     

"Henn?" Angele pun terkejut. Ia segera menoleh ke belakang. "Sejak kapan kau menyatu dengan Kristal Seribu Bayangan itu? Kukira kau tidak bisa pergi?"     

"Tidak apa-apa.. Di sini… Di kuburan ini… ada kekuatan yang membantuku bergerak bebas…" Henn tersenyum lembut. "Kau pikir aku mau berbagi kehidupan denganmu? Aku juga mau bebas."     

Angele memicingkan matanya. Ia tidak siap akan kejadian ini. "Jadi, ada sesuatu yang bisa membantumu di kuburan ini? Aku hanya tahu bahwa di sini ada sesuatu yang tidak beres."     

"Kita maju terus saja…" Setelah menyerap Kristal Seribu Bayangan, Henn tidak lagi berbicara seperti wanita tua gila. Sebelum Angele sempat bertanya lebih jauh, wanita itu melompat masuk dalam tubuh Angele.     

Shing!     

Mereka kembali bersatu.     

Mata Angele bersinar, sebelum akhirnya ia berbalik dan melanjutkan perjalanan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.