Dunia Penyihir

Jejak (Bagian 1)



Jejak (Bagian 1)

0"Jadi, inilah bentuk awal dari sihir-sihir pemanggil roh yang sering kulihat." Menurut kabar burung, para penyihir menciptakan ramuan-ramuan pemanggil roh elemen berdasarkan teknik pemanggilan dari meditasi tingkat tinggi.     

Ia berdiri di tengah ruang baca dan mengangkat tangannya.     

Wush!     

Api merah muncul di tengah telapak tangan kanannya, menyatu dan berubah menjadi pria kecil bersayap merah. Pria berapi itu mendarat di atas tangan Angele.     

Pria api tanpa wajah itu membungkuk hormat pada Angele.     

"Setiap orang dapat memanggil roh elemen api dengan tingkat berbeda; sepertinya, tingkat itu tergantung pada jumlah energi yang bisa kukerahkan." Angele menatap pria api kecil di atas tangannya.     

Angele melemparkan pria itu ke udara, sehingga makhluk itu berputar-putar dan mendarat di atas pundak Angele. Makhluk itu terlihat seperti peri yang imut dan penuh energi.     

"Nah, sekarang waktunya mencoba teleportasi elemen…" Angele berbalik.     

Duar!     

Api oranye memenuhi penglihatannya dan menyelimuti tubuhnya dengan hawa panas. Dalam waktu beberapa detik, api di sekitar tubuhnya segera menghilang.     

Angele telah sampai pada lapangan berlatih di rumahnya, sementara roh elemen api di pundaknya telah menghilang.     

Di atas lapangan itu, ia merasakan hangatnya cahaya matahari pagi, sensasi yang dingin namun tidak menusuk tulang. Hanya ada dirinya, sendirian di atas lapangan itu.     

Ia berdiri di tengah lapangan sambil menatap jendela ruang baca yang ada di lantai dua.     

Jendela-jendela itu semuanya tertutup rapat; tidak ada satu pun pintu yang terbuka.     

"Kemampuan teleportasi yang tidak dapat dihentikan walau ada dinding atau benda padat yang menghalangi? Menarik." gumam Angele. Ia mengingat saat-saat di mana ia iri pada penyihir yang dapat mengubah tubuh mereka menjadi wujud energi. Kemampuan itu sangatlah praktis dan membuat semuanya lebih mudah, namun ia tidak menyangka akan mendapatkan kemampuan yang mirip dengan itu setelah mempelajari teknik Lautan Pusat Api.     

Teknik itu adalah teknik spesial dari pembelajaran Lautan Pusat Api. Sepertinya, teknik-teknik meditasi tingkat tinggi lainnya akan memiliki teknik yang mirip, namun menggunakan partikel energi yang berbeda.     

Ia menghabiskan waktunya untuk mencoba teknik teleportasi elemen dan pemanggilan roh api.     

Kedua teknik itu dapat digunakan secara instan. Jarak maksimum teleportasi elemen adalah sekitar 400 meter. Selain itu, ia hanya bisa memasuki tempat yang tidak benar-benar ditutup rapat, seperti ruangan dengan lubang kecil di sekitar pintunya. Selain itu, proses teleportasi memakan waktu sekitar dua detik.     

Teknik pemanggilan adalah teknik sederhana untuk memanggil roh elemen. Dengan kekuatan penuh, teknik tersebut dapat membantunya memanggil raksasa api dengan tinggi 3 meter dan kemampuan setara dengan penyihir tingkat 1. Raksasa api itu akan memiliki aura panas dan kemampuan khusus bernama Telapak Api.     

Setelah memeriksa kemampuan-kemampuan barunya, ia segera mencoba tahap kelima teknik Lautan Pusat Api. Namun, teknik melatih kekuatan mental tidak lagi mempan baginya.     

Angele sadar bahwa ia memiliki potensi sihir yang rendah. Ia sudah mencapai batas jiwanya dan tidak bisa lagi meningkatkan kekuatan mentalnya. Biasanya, penyihir normal akan membutuhkan 100 tahun, namun ia telah menemukan beberapa jalan pintas dalam proses peningkatan kemampuannya.     

Ia hanya terus menggunakan Lautan Pusat Api untuk menyamarkan kenyataan bahwa ia sedang berjalan di jalan yang sama dengan para penyihir kuno.     

Sementara ini, ia berencana untuk fokus pada Orasi Penguburan Erin – buku teknik itu lengkap, sehingga akan sangat membantunya dalam proses memperkuat wujud aslinya. Walaupun ia tidak bisa menggunakan sebagian besar teknik yang tertulis dalam buku tersebut, catatan tentang wujud asli itu sudah cukup berguna. Ditambah lagi, ia dapat menggunakan teknik-teknik dalam buku itu untuk meningkatkan kekuatannya.     

Dengan bantuan teknik Orasi Penguburan Erin, ia berharap dapat menaikkan teknik Lautan Pusat Api ke tahap selanjutnya.     

Ia menghabiskan pagi hari itu dengan membuat rencana.     

Saat Angele pergi dari lapangan berlatih, Freia baru saja bangun. Sepertinya, surat dari Frey membuat tidurnya menjadi nyenyak.     

"Green, kau tidak membuka pintu saat aku membawakanmu makanan kemarin malam!" rajuk Freia.     

"Maaf, mungkin aku tidak dengar. Aku sedang sibuk melakukan penelitian." Angele tersenyum penuh permintaan maaf. "Ah, Frey bilang apa padamu?"     

"Tidak penting." Freia tersenyum. "Hari masih pagi, Green. Apa kau sudah mau pergi? Kapan kau akan kembali?"     

"Iya, maafkan aku. Aku akan kembali dalam beberapa hari." Angele membelai rambut Freia. "Aku tidak ingin meninggalkanmu sendiri, tapi ini benar-benar penting."     

"Aku tidak sendirian. Ada Orphie di sini." Sepertinya, Freia sama sekali tidak kecewa.     

'Kasihan sekali…' Angele menghela nafas. Sayangnya, Freia tidak punya bakat untuk menjadi penyihir. Sepertinya, manusia di dunia ini tidak bisa memperpanjang harapan hidupnya. Apa pun yang mereka lakukan, mereka akan mati dalam kurun waktu 100 tahun.     

"Pergilah sekarang, Green." Freia tertawa. "Aku akan pergi menyiram bunga-bungaku di taman."     

"Bunga matahari, ya…" Angele menggumam. Raut wajahnya tetap tenang. Sampai sekarang, Freia mempercayai kebohongannya. Gadis itu masih berharap akan boleh berpetualang sendiri suatu hari nanti.     

Sayangnya, sebelum bunga-bunga itu mekar, Freia pasti akan mati.     

Setelah Freia pergi, Angele berbalik. Tubuhnya perlahan-lahan berubah menjadi api dan menghilang.     

**     

Di ruang baca dunia penyihir…     

Hari masih siang, namun awan-awan hitam membuat langit menjadi gelap. Guntur menggelegar, sehingga menerangi langit dengan cercah-cercah cahaya putih.     

Duar!     

Lagi-lagi, petir menyambar tepat setelah guntur menggelegar.     

Angele, yang mengenakan jubah hitam, perlahan-lahan muncul di ruang baca dan melepaskan tudungnya, memperlihatkan wajahnya yang biasa saja. Sudah jelas, ia baru saja kembali dari Dunia Mimpi Buruk.     

'Mungkin ada orang yang bisa berjalan melalui dunia-dunia sepertiku, namun mereka tidak punya koordinat dunia yang tepat. Akan terus kurahasiakan koordinat yang kumiliki.' Angele membersihkan jubah panjangnya dan membuka pintu.     

Seorang pelayan wanita berjalan menuruni tangga sambil membawa sebuah tempat lilin di tangannya. Mendengar suara pintu, wanita itu segera menoleh.     

"Master! Akhirnya Master kembali. Master Lyn mencari-cari Anda sedari tadi. Ada pesan penting."     

"Lyn?" Angele mengangguk. "Baiklah, aku akan bicara dengannya."     

"Baiklah, Master." Pelayan itu berjalan turun tangga dan segera pergi.     

Angele berdiri di lorong lantai dua dan mengangkat tangannya, memperlihatkan rune merah bercahaya di kukunya.     

Ia menyentuh rune merah itu, dan suara Lyn bergema dalam telinganya.     

'Master, negosiasi telah selesai, dan sebuah persetujuan telah dibuat. Persetujuan membutuhkan tanda tangan masing-masing representasi. Jika semua berjalan lancar, Master Vivian akan kembali dalam waktu sepuluh tahun.'     

Senyum tersungging pada wajah Angele. 'Berita baik. Aku bisa menggunakan waktu ini untuk mempelajari buku suci yang kubutuhkan. Jika semua berjalan lancar, mungkin wujud asliku akan memiliki kekuatan setara penyihir tingkat 4, jadi aku bisa menggunakan lingkaran sihir warisan-ku,' pikir Angele. Ia melihat ada beberapa pesan-pesan lain.     

Setelah tinggal di Dunia Mimpi Buruk terlalu lama, ia sadar bahwa banyak pesan yang menumpuk saat ia kembali.     

Angele menyentuh kuku-kuku lainnya.     

Berbagai pesan bergema dalam telinganya satu per satu; itu semua adalah pesan dari Count, teman-temannya, Hikari, dan Reyline. Salah satu pesan dari Departemen Sumber Daya Penyihir Kota Syair Duyung menarik perhatiannya.     

Pesan itu dikirim oleh seorang penyihir tingkat 2 bawahannya.     

"Master, mohon segera membalas pesan kami. Departemen membutuhkan bantuan Anda."     

"Master Green, kami menemukan kuburan bawah tanah di bawah kota. Salah satu profesor memutuskan untuk menjelajahi kuburan itu bersama murid-muridnya. Namun, sesuatu yang buruk terjadi."     

"Penyihir kami, si profesor, beserta murid-muridnya hilang tanpa jejak. Negosiasi baru saja selesai, tapi sekarang kami dirundung masalah lain. Dalam waktu dekat, pasti ada yang bertanya-tanya. Kumohon, tolonglah kami."     

Angele memeriksa pesan itu. Sepertinya, pesan itu dikirim sekitar dua hari yang lalu.     

"Jika orang yang bertanya-tanya itu adalah kiriman organisasi pusat, ia akan sampai dalam lima hari. Aku masih punya waktu," gumamnya. Ia tidak ingin mengecewakan organisasi itu. Walaupun ia adalah anak Vivian, ia tidak ingin membawa terlalu banyak masalah pada ibunya.     

"Pelayan!" Angele bertepuk tangan.     

"Baik, Master." Dua orang pelayan wanita berlari ke lantai dua.     

"Suruh para pekerja menyiapkan elang. Aku harus pergi ke Kota Syair Duyung." Angele membersihkan debu dari jubahnya dan berjalan turun."     

"Baik, Master."     

Kedua pelayan berlari turun dan berjalan ke lapangan parkir di mana elang raksasa biasa mendarat.     

Dalam waktu beberapa menit, sebuah titik merah terbang di udara dan melesat cepat di atas Sungai Ness.     

Seorang pria berjubah hitam menunggang elang itu dan terbang dengan kecepatan tinggi.     

Guntur menggelegar, dan kilat putih membelah awan kelabu yang bergerak-gerak dan bergulung seperti air mendidih.     

Angele menurunkan tubuhnya dan melihat ke depan. Ia merasa seperti awan-awan hitam itu menutupi kepalanya. Jika ia tidak berhati-hati, mungkin ia akan tersambar petir.     

Awan hitam terlihat seolah akan runtuh dan menghancurkan semua yang ada di bawahnya.     

Angin dingin bertiup, membuat rambutnya yang basah semakan berantakan.     

Kilat putih kebiruan menyambar tepat di atas kepala Angele. Salah beberapa senti saja, kilat itu akan mengenai kepalanya.     

"Is-a-lan!" Tanpa ragu, Angele berteriak dan mengulurkan tangannya.     

Api meledak dari tangannya dan berubah menjadi bola api raksasa yang menangkis kilat tersebut.     

Bola api itu memiliki diameter sekitar sepuluh meter dan bersinar terang.     

Duar!     

Bola api itu meledak dan berubah menjadi piringan cahaya putih yang bersinar terang di atas kepalanya.     

Angele mengaitkan kakinya pada elang tunggangannya, sehingga elang itu terbang semakin cepat. Dalam beberapa detik saja, mereka telah melewati piringan tersebut.     

Duar!     

Terdengar suara deru guntur dari belakang.     

Setelah menghindari petir, wajahnya menjadi pucat. Akhirnya, ia memutuskan untuk terbang lebih rendah.     

Setelah dua jam, sebuah kota besar dengan titik-titik cahaya putih di sekitarnya muncul di antara hutan-hutan yang gelap.     

Dari jauh, kota itu terlihat seperti mesin, dengan orang-orang dan kereta-kereta kuda yang lewat sebagai roda gigi.     

Lagi-lagi, Angele menurunkan elangnya dan bergerak cepat menuju kota itu.     

Angin dingin masih bertiup, namun kota itu sudah semakin dekat. Seketika, kota itu berubah dari seukuran titik menjadi seukuran roda, dan lapangan mendarat menjadi semakin dekat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.