Dunia Penyihir

Pertemuan (Bagian 2)



Pertemuan (Bagian 2)

0Di daerah Sungai Tarry, di atas sisi gunung, terdapat sebuah gua yang luas dan gelap. Di depan mulut gua tersebut, terdapat sebuah danau kecil, yang memantulkan langit biru dan awan-awan di permukaannya.     

Lebih dari 10 orang sedang menunggu di dekat danau itu; semuanya mengenakan jubah hitam. Walaupun mereka sedang berkumpul, mereka saling menjaga jarak. Mereka menatap seorang pria berjubah merah yang duduk di depan mulut gua.     

"Kita sudah menunggu dua hari. Jika aku tidak kembali dalam jangka waktu tiga hari, mereka akan curiga," kata seorang wanita yang berdiri di dekat danau. "Di mana Master Mata Ungu?"     

"Tunggu saja. Dia akan sampai sebentar lagi," jawab seorang pria. "Sepertinya, Turin sudah bertemu dengannya."     

Wanita itu tidak menjawab. Ia hanya menepi dan mulai bermeditasi dengan mata tertutup.     

Hari sudah siang. Waktu berjalan sangat lambat. Suara deru angin terdengar semakin keras, seperti teriakan banshee.     

Suara deru angin itu membangunkan beberapa penyihir yang sedang bermeditasi.     

"Dia sudah datang," kata salah satu penyihir.     

Penyihir-penyihir di sekitar melihat ke arah hutan.     

Dua orang berjalan keluar dari dalam hutan menuju gua tempat mereka berkumpul.     

Semuanya berhenti berbincang-bincang, dan penyihir yang tadinya duduk segera berdiri. Semua mata terfokus pada dua orang yang baru saja datang.     

Sosok yang berjalan di depan mengenakan jubah hitam panjang, namun tidak cukup panjang untuk menutupi rambut merahnya. Pria itu menatap para penyihir di sana dengan wajah tanpa ekspresi. Ia hanya menunjukkan cincin ungu berbentuk mata yang tersemat pada jari tengah tangan kirinya.     

"Itu pasti Mata Ungu," kata seorang penyihir dengan wajah serius.     

Angele berjalan di depan Turin sambil menatap para penyihir yang berkumpul dengan hati-hati.     

Dengan bantuan chip-nya, ia mencocokkan informasi yang tersimpan dan mengetahui identitas mereka.     

Setelah memastikan identitas orang-orang yang berkumpul di sana, ia berjalan masuk dan melihat sekelilingnya.     

"Aku senang semuanya sudah datang. Pihak organisasi telah memilihku untuk menjadi ketua, walaupun aku bukan penyihir terkuat di sini…" Angele terdiam sesaat. "Kuharap kalian bisa bekerja sama. Semua yang kita lakukan adalah demi mendapatkan masa depan yang lebih baik."     

Tidak ada yang bereaksi atau berbicara. Sepertinya mereka sedang menunggu sesuatu.     

Di dalam gua itu, hanya ada kegelapan dan angin dingin menusuk tulang yang terus berhembus. Angin dingin itu membuat daerah sekitar gua menjadi terasa dingin pula.     

Melihat reaksi itu, Angele memeriksa seluruh penyihir. "Ada pertanyaan? Jika tidak, aku akan segera memberi perintah sesuai dengan aturan organisasi."     

"Tunggu." Seseorang berjalan maju selangkah.     

Sosok tersebut adalah seorang pria berpakaian serba merah, dengan sepasang mata ungu dan kulit bening yang memperlihatkan tulang-belulang putih di dalamnya. Jubah panjang yang dikenakan pria itu membuatnya terlihat seperti anak kecil yang mengenakan pakaian orang dewasa.     

"Aku ada pertanyaan." Pria itu menatap Angele.     

"Kau Victoria, kan? Silakan," jawab Angele tanpa merasa takut sama sekali.     

Victoria tertawa. "Aku hanya ingin tahu, apa yang akan terjadi jika kita tidak menurut?"     

Angele melihat sekelilingnya. Senyuman penuh percaya diri tersungging di wajahnya. "Aku tidak akan memberi perintah yang merugikan, tidak perlu, atau tidak bisa diselesaikan. Ditambah lagi, karena kalian sudah di sini, kupikir kalian sudah tahu apa yang akan terjadi. Dunia ini tengah berubah, dan kita kemari untuk melihat perubahan itu. Selama kalian masih menuruti perintahku, aku akan melindungi kalian dari bencana yang akan datang dalam waktu dekat ini."     

"Jika kalian berani mengkhianatiku, aku akan menghukum kalian sesuai aturan yang telah ditentukan oleh organisasi." Angele mengangkat tangannya, menunjukkan cincin ungu pada jari tangan kirinya. "Cincin ini adalah bukti identitasku sebagai atasan kalian dan bukti bahwa aku berhak untuk mengusir kalian dari organisasi. Jika kalian tidak menuruti perintahku, kalian tahu apa yang akan terjadi."     

Angele terus mengancam mereka. "Kalian semua tahu rahasianya. Kalian juga tahu seserius apa konsekuensi pengusiran dari organisasi. Jika kalian tidak tahu, konsekuensinya sangat serius."     

"Iya, iya. Kita sudah tahu. Kita akan dikejar, dibunuh, dan dijadikan boneka yang menuruti semua perintah organisasi." Seorang penyihir wanita paruh baya menjawab. "Tapi, aku ingin tahu, apa yang kau anggap sebagai 'kesalahan besar' itu?"     

Angele menatap Victoria, penyihir yang sedang berdiri di depannya. "Kendalikan diri kalian, dan jangan melakukan apa pun yang bisa menghalangi seluruh rencana kita."     

Angele terdiam sesaat. "Tadi, Turin membunuh sekelompok penjahat, bersama dengan korban mereka. Aku sendiri tidak peduli, namun menurutku, itu tidak perlu. Dengan membunuh mereka, kau akan menarik banyak perhatian."     

"Ha? Tidak perlu? Lalu aku harus bagaimana?" Turin berjalan maju dan bertanya.     

Angele memicingkan matanya. "Kau bisa membunuh para penjahat dan membiarkan para korban mengira bahwa kau hanya pahlawan kesiangan, jadi kau tidak akan menarik banyak perhatian. Membunuh mereka semua akan menjadi masalah, karena kau telah melewati batas antara baik dan buruk. Orang-orang akan semakin memperhatikan kita. Caramu tidak bagus."     

"Baiklah, itu salahku." Turin menyeringai dan membungkuk. "Lain kali, aku akan hati-hati."     

"Bagus." Angele berbalik dan menoleh ke arah Victoria.     

Victoria, si penyihir berpakaian serba merah, menatap Angele dengan wajah tidak peduli.     

"Victoria, kau-lah pembuat masalah terbesar di kelompok ini." Angele memandang pembunuh pemakan darah itu. "Sebagai penyihir, seharusnya kau menghabiskan waktumu untuk meningkatkan kekuatan. Pembunuhan tanpa alasan akan menjebakmu dalam pusaran kebencian dan pembalasan dendam."     

"Aku punya caraku sendiri," jawab Victoria dengan ketus.     

"Membunuh tanpa alasan hanya akan membuat rencana kita bocor."     

"Kau sudah berani sok berkuasa? Aku akan menghormatimu, tapi bukan berarti aku akan menuruti perintahmu." Victoria memicingkan matanya. "Kau pikir aku tidak akan mencoba membunuhmu?" Cairan merah mengucur dari tubuhnya, bersama dengan gumpalan-gumpalan asap merah. Matanya bercahaya ungu. Ia melepaskan gelombang mental mengerikan ke seluruh penjuru.     

Wush!     

Victoria menciptakan sebuah pusaran yang menghasilkan gaya tekanan. Perlahan-lahan, pusaran itu semakin melebar.     

"Aku tidak sedang memberi perintah. Aku hanya mengingatkanmu tentang arti penyihir yang sebenarnya," kata Angele dengan tenang.     

Shing!     

Victoria mengangkat tangan kanannya.     

Secercah cahaya merah bersinar, dan berubah menjadi pedang crossguard berwarna merah darah.     

Ujung pedang itu menyentuh hidung Angele, dan meninggalkan luka-luka gores kecil di atas kulitnya.     

"Apa kau serius? Kau mau mengatakan bahwa aku tidak tahu apa yang harus dilakukan seorang penyihir sejati?" Suara Victoria berubah dingin. Keinginan membunuhnya terasa semakin pekat.     

Namun, ekspresi wajah Angele tidak berubah. "Aku hanya mengatakan pendapatku. Kau punya dua pilihan, bunuh aku atau turuti aku."     

Pandangan Victoria bergerak perlahan menuju cincin ungu pada tangan kanan Angele.     

Shing!     

Pedang darah itu menghilang, berubah menjadi bola cairan darah, dan masuk kembali ke dalam jubahnya. Victoria segera menyunggingkan senyuman tulus.     

"Untuk apa aku membunuhmu? Organisasi telah menunjukmu sebagai ketua, dan kau punya hak untuk mengusir kami jika kau mau. Tidak akan ada yang… berani macam-macam denganmu. Jangan khawatir."     

"Baguslah jika kau berkata jujur." Angele menjawab. Sepertinya ia tidak peduli dengan luka-luka pada hidungnya. Ia tersenyum. "Jika kau membunuhku, organisasi akan memberi kalian hukuman, dan jika aku mengusir kalian, aku bisa mendapat orang lain dari organisasi. Kalian tidak ada yang mau mati sebagai pengkhianat, kan?"     

"Tentu saja." Victoria berjalan ke sebelah kanan Angele, sementara Turin berdiri di sebelah kirinya. Mereka berdua membungkuk hormat, menunjukkan kepatuhan mereka.     

"Kau sedang apa?" Ekspresi Angele berubah dingin. Ia menatap Victoria.     

"Kau!" Ekspresi Victoria berubah kecut. Ia menatap mata Angele. Keadaan sekitar menjadi tegang dan dingin, seakan-akan pertarungan akan dimulai sebentar lagi.     

Angele mengangkat tangan kirinya. "Sepertinya, aku harus benar-benar mengusirmu."     

"Maafkan aku, Ketua." Lagi-lagi, Victoria tersenyum. Saat ia mengangkat tangan kanannya, secercah cahaya merah bersinar.     

Tangan kanan itu terjatuh ke tanah, memperlihatkan darah yang mendidih. Walau tangan itu terpotong, darah sama sekali tidak menetes dari lukanya.     

Victoria masih tersenyum.     

"Aku benar-benar menghormati perkataan Anda. Maafkan aku."     

Ekspresi Angele tidak lagi kaku. "Buat apa kau memotong tanganmu, Victoria? Memotong tanganmu hanya akan mengurangi energi kehidupanmu. Aku hanya mencoba membereskan kesalahpahaman di sini."     

"Iya… Aku mengerti sekarang. Aku butuh waktu untuk memahaminya." Victoria mengambil tangan kanannya dan berjalan mendekati Angele.     

Para penyihir lain yang berkumpul di sana tidak ada yang gila seperti Victoria. Mereka sudah memahami situasi dan menghormati Angele. Di antara mereka, hanya Victoria dan Turin yang tidak suka dikendalikan oleh orang yang lebih lemah, sementara anggota lain tidak punya masalah yang sama.     

Lagipula, di antara kelompok tersebut, hanya Turin dan Victoria yang lebih kuat dari Angele.     

"Jika Master Victoria mengikuti perintah Anda, kami tidak akan menentang."     

"Kau adalah sang Mata Ungu. Organisasi mengatakan bahwa kami harus menuruti perintah Anda."     

"Akan selalu ada satu atau dua orang yang berusaha menguji Anda. Mereka tidak tahu sama sekali tentang kekuatan Anda yang dahsyat."     

Para penyihir segera memunculkan kebiasaan menjilat. Namun, tiba-tiba, ada yang tidak setuju.     

Kerumunan itu menjadi sepi. Seorang penyihir berjubah hitam berjalan maju perlahan-lahan.     

Sosok tersebut melepaskan tudungnya, menunjukkan wajah wanita cantik dengan mata yang bersih dan indah.     

"Jika aku ada di posisimu, aku tidak akan sesabar itu. Menurutku, tendang saja Victoria keluar. Dia hanya akan membawa masalah." Wanita itu sepertinya benar-benar benci dengan Victoria.     

"Lela!" Victoria mengenal wanita itu, namun reaksinya aneh dan tidak biasa. Victoria melihat sekelilingnya, seperti sedang mencari sesuatu.     

"Di mana teman-teman imutmu? Apa kau bawa kemari?"     

Lela tertawa. "Mereka ada di sini, tapi tidak akan kutunjukkan padamu."     

Angele melihat Turin, Lela, kemudian Victoria secara beruntun.     

Ia melihat betapa ketakutannya para penyihir di sana terhadap wanita bernama Lela ini. Ini menunjukkan bahwa wanita itu mungkin memiliki latar belakang dan kemampuan yang kuat. Organisasi hanya memberinya informasi dasar dari pusat informasi.     

"Baiklah, karena semua sudah ada di sini, akan kujelaskan rencanaku." Angele bertepuk tangan untuk menarik perhatian semua penyihir di sana. "Kalian datang kemari, artinya kalian sudah mau bergabung denganku. Turin, Leia, dan Victoria akan menjadi kapten setiap kelompok. Kalian semua punya latar belakang kuat dalam teritori masing-masing, kan? Kalian juga punya spesialisasi berbeda, namun kalian semua harus melaporkan semua informasi kepada Lela. Dia akan mengirimkan informasi tersebut padaku setelah melakukan pengecekan. Victoria, Turin, pastikan bahwa kita punya prajurit kuat yang dapat digunakan saat diperlukan. Hanya anggota elit yang bisa menjadi prajurit. Aku tidak butuh orang lemah. Kuharap kalian bisa berkontribusi. Aku akan memberi kalian poin misi yang sesuai dengan jumlah kontribusi kalian."     

Angele telah berencana untuk meminta para penyihir membangun sebuah prajurit kuat di bawah kendali mereka agar mereka memiliki kekuatan yang dapat digunakan kapan pun. Menggunakan poin misi sebagai hadiah adalah hal yang biasa.     

Setelah mendengar perkataan Angele, para penyihir mulai berpikir.     

Walaupun mereka memutuskan untuk bergabung dalam organisasi demi menyelamatkan diri dalam bencana yang akan datang, pihak organisasi akan membuang mereka saat mereka tidak bisa berkontribusi sesuai kuota minimal. Mereka harus memikirkan seberapa besar kontribusi yang harus mereka berikan demi memenuhi kuota tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.