Dunia Penyihir

Pemandu (Bagian 2)



Pemandu (Bagian 2)

0Sama seperti Turin, Victoria adalah penyihir jenius aneh yang direkrut langsung oleh Menara Penyihir Kegelapan.     

Melalui sistem informasi organisasi, Angele telah memeriksa informasi mengenai pria itu.     

Victoria adalah sosok yang telah membuang tubuh fisiknya dan menciptakan tubuh baru dengan esensi darah yang ia kumpulkan dari sepuluh ribu mayat di medan pertarungan. Dengan bantuan Aura Darahnya, ia mampu memanen darah dari makhluk-makhluk hidup jenis apa pun yang lebih lemah darinya.     

Selain itu, Aura Darahnya adalah sebuah Mantra Pasif. Dengan kata lain, kemampuan itu tidak dapat dikendalikan.     

kemampuan itu seperti gerak reflek ikan dalam berenang dan gerak reflek pernafasan manusia.     

Oleh karena itu, orang-orang harus menjauh dari Victoria, karena penyihir itu seperti wabah yang menyerang sekitarnya walau ia tak melakukan apa-apa.     

Turin menjilat bibirnya dan menatap para perompak itu.     

Beberapa anggota terbelalak karena takut.     

"Turin! Turin ada di sini…!" Setelah menyadari siapa Turin sebenarnya melalui cerita-cerita dan kabar burung, seorang calon penyihir segera kabur.     

Wajah ketua perompak berubah serius. Ia meletakkan tangan kanannya di atas kantong yang terikat pada sabuknya untuk mengaktifkan sebuah benda sihir. Walaupun ia tidak tahu siapa Turin sebenarnya, ia mengerti situasi saat ini hanya dengan melihat wajah calon penyihir tadi.     

"Matilah kau!" Ketua perompak mengangkat tangannya dan memunculkan bola api hijau yang melesat cepat ke arah Turin.     

Shing!     

Turin melepaskan lingkaran cahaya merah.     

Cahaya merah itu bersinar dan menyebar hanya dalam hitungan detik.     

"Bunuh… dia…" Ketua perompak itu berteriak, dan seluruh pergerakannya melambat. Dalam hitungan detik, pria itu terdengar semakin menua. Kulitnya mengering, dan wajahnya penuh kerutan.     

Blar!     

Api hijau meledak di udara dan mengeluarkan suara seperti gelembung air yang pecah.     

Para perompak mengangkat senjata mereka dan berlari menerjang kedua penyihir, namun mereka hanya sempat berjalan beberapa langkah, sebelum akhirnya berubah menjadi mayat hidup dan mengering.     

Trak! Trak! Trak!     

Mayat-mayat itu terjatuh ke tanah. Mereka sekarat, sebelum akhirnya mati karena energi kehidupan mereka habis. Bahkan, ada yang mati tertimpa senjata dan peralatan perang mereka sendiri.     

Seketika, semua penjahat itu mati. Pemandangan menakutkan itu membuat wanita dan anak-anak di tengah blokade kereta menjadi ketakutan.     

Turin berdiri di samping Angele dan melihat wajahnya. Ia ingin mencari ekspresi yang ia inginkan.     

Angele tak peduli. Ia hanya memicingkan mata dan kembali mengenakan tudungnya.     

"Mari kita pergi sekarang. Ada yang sedang menunggu kita."     

"Baik, Master." Turin tertawa sambil menatap orang-orang yang sedang bersembunyi dalam formasi segitiga kereta. Beberapa mengira bahwa Turin adalah penyelamat mereka, namun seketika, penyihir itu mengangkat tangannya dan mengepalkannya di udara.     

Duar!     

Bola api merah meledak di tengah kereta itu.     

Wanita, anak-anak, dan pengawal yang tersisa berteriak, mengerang, dan menangis kesakitan.     

Seperti hewan buas yang kelaparan, api itu melalap semua yang berani menghalangi jalannya. Kereta-kereta, pepohonan, dan semak belukar pun terbakar.     

Bahkan, tanaman yang tidak terlalu jauh dari hutan itu pun ikut meledak.     

Angele sama sekali tidak melihat ke belakang. Ia terus berjalan kembali ke keretanya. Orang-orang yang diserang, bersama dengan para perompak, sama sekali tidak berarti baginya. Bagi para penyihir, manusia tidak lebih dari sekedar semut. Kematian mereka tidaklah berarti. Semua orang pasti pernah menginjak semut dalam hidup mereka, namun tidak akan ada yang peduli.     

Turin melakukan hal yang benar. Ia hanya ingin membunuh para saksi. Ia berbalik dan mengejar Angele tanpa menoleh ke belakang.     

Saat ia kembali ke kereta dan membuka pintu, terdengar suara kereta lain yang berjalan mendekat.     

Ia terdiam dan menoleh ke samping, ke arah asal suara itu.     

Sebuah kereta hitam dengan ujung-ujung ukiran perak mendekat, dilindungi oleh sekelompok prajurit bayaran yang mengenakan zirah kulit berwarna hijau.     

"Hai! Teman, ada apa di sana? Apa yang terbakar itu? Ketua para prajurit bertanya saat melihat Angele.     

"Ada konflik antara kelompok pedagang dan perompak." Turin menjawab dari belakang Angele.     

"Begitu, ya?" Ketua itu tidak lagi tertarik. Ia hanya meminta para anggotanya untuk memeriksa situasi dan memadamkan api yang berkobar.     

"Situasi sekarang semakin buruk. Para perompak ada di mana-mana. Sepanjang perjalanan, kita bertemu lima kelompok, namun kita beruntung karena mereka lemah." Ketua prajurit itu menghela nafas.     

Kedua kereta mulai bergerak. Angele tidak mengatakan apa-apa. Ia memahami bahwa kelompok prajurit bayaran itu mengira bahwa tidak akan ada perompak yang berani menyerang jika mereka berjalan bersama-sama.     

Angele dan Turin segera masuk tanpa peduli kereta itu mengikuti mereka. Mereka hanya ingin cepat sampai. Selama kelompok prajurit itu tidak mengganggu, mereka tidak akan mengusir kelompok itu.     

Dengan kudanya, ketua para prajurit berlari mendekati Ham dan mencoba memulai pembicaraan.     

Ham menghela nafas.     

"Kau benar, aku telah bertarung dalam Perang Rusa. Pengkhianat yang kabur dari medan perang pun lebih baik dari perompak itu."     

"Kau bertarung dalam Perang Rusa? Kita sama. Kau dari unit berapa?" tanya ketua itu.     

"Aku dari Unit 13, bagaimana denganmu?" Ham menjadi tertarik.     

"Aku dari Unit 12. Aku tidak menyangka akan bertemu seorang teman pejuang di sini," jawab ketua prajurit itu. Mereka berbincang-bincang tentang apa yang terjadi dalam medan perang.     

Dalam beberapa menit, mereka kembali ke topik awal.     

"Kau tahu tidak, anggota kelompok prajurit bayaran berhasil menghentikan perang yang terus berlanjut di daerah Sungai Tarry." Ketua kelompok prajurit itu mulai menceritakan cerita lain.     

"Ketua mereka, Elang Pedang Putih, berhasil menghancurkan prajurit Raksasa Badai hanya dengan dua ribu prajurit. Bahkan, tetua pertama Tangan Elemental memberinya gelar honorer untuk mengingat jasa-jasanya itu. Elang Pedang Putih adalah legenda yang terkenal di antara para prajurit bayaran…" Ketua kelompok itu bercerita dengan antusias.     

"Jadi, menurutmu Elang Pedang Putih telah berkontribusi pada kedamaian dunia?"     

"Benar." Ketua itu mengangguk. "Master Augustin, sang Elang pedang Putih, masih bertarung bersama saudara-saudara seperjuangannya di negeri tengah. Kelompoknya memiliki potensi untuk menjadi salah satu dari lima kelompok prajurit bayaran di dunia ini."     

Angele duduk di kereta sambil mendengarkan pembicaraan mereka tanpa mengatakan apa pun.     

Turin duduk di seberangnya dan tersenyum.     

Angele sadar bahwa dengan membunuh para perompak dan para pedagang, Turin sedang berusaha memamerkan kekuatannya.     

Mereka terus duduk berseberangan, tanpa mengatakan apa-apa.     

Setelah melakukan analisa, Angele melihat bahwa Turin memiliki kekuatan yang sama dengan penyihir tingkat 4 di atas rata-rata, jauh lebih kuat dari Penyihir Shozo, namun sama kuat dengan Vivian jika Vivian tidak punya lingkaran sihir warisan.     

Tanpa bantuan Wujud Asli, Angele akan sangat kesulitan melawan Turin. Sepertinya, ia mengetahui situasi Angele, sehingga ia memperlakukan Angele dengan penuh kebencian.     

Walaupun Angele memiliki latar belakang yang lebih kuat, ia tidak akan menuruti perintahnya jika situasi memungkinkan. Turin hanya bergabung dengan kelompok Angele demi menjaga kehormatan, sehingga kemungkinan besar ia tidak akan menuruti perintah.     

Beberapa orang lain juga memiliki sentimen yang sama, seperti Victoria dan salah satu tetua Tangan Elemental.     

Setelah berpikir selama beberapa saat, akhirnya Angele memahami situasinya saat ini.     

Ia melihat Turin. Penyihir itu sedang menatap keluar dengan ekspresi bosan.     

'Walaupun Turin lebih kuat dariku, dengan bantuan kontrak Menara Penyihir Kegelapan, ia tidak akan bisa melakukan apa-apa,' pikirnya.     

"Master, pernahkah Anda mendengar kelompok yang menjuluki diri mereka 'Pencari Jalan'?" Tiba-tiba, Turin bertanya.     

"Pencari Jalan?" tanya Angele. Ekspresinya tetap tenang. "Tidak, siapa mereka?"     

Turin sangat tidak suka dikendalikan orang yang lebih lemah darinya, namun Angele memiliki lingkaran sihir warisan dari organisasi, sehingga ia datang hanya sebagai formalitas.     

"Pencari Jalan adalah kelompok berjubah kelabu. Tidak ada yang tahu apa yang sedang mereka rencanakan."     

"Ha?" Angele membuka jendela kereta. "Itukah 'Pencari Jalan' yang kau bicarakan?" Ia menatap tebing tinggi di dalam hutan.     

Turin hanya tersenyum. Ia tidak ingin menjawab.     

Pencari Jalan adalah para penjaga dunia, sosok-sosok misterius yang hanya akan muncul di depan mereka yang akan memiliki pengaruh besar pada jalannya dunia suatu hari nanti.     

**     

Di dalam hutan, seorang pria berjubah kelabu duduk di atas tebing sambil menatap kereta hitam yang berjalan perlahan menyusuri jalan berkelok dan sempit.     

Jendela kereta itu terbuka, dan pria di dalamnya menatap pria itu.     

Sosok berjubah kelabu itu memegang tongkat panjang.     

Perlahan-lahan, kereta itu menghilang jauh.     

Sosok tersebut mengambil sebuah gulungan hitam. Dengan hati-hati, ia menuliskan sesuatu menggunakan jarinya.     

Setelah selesai, ia menggulung kertas hitam itu dan menghentakkan tongkatnya di atas tanah.     

Tak!     

Pria itu berubah menjadi seekor elang raksasa berwarna kelabu, bersama tongkat dan jubahnya.     

Elang itu mengepakkan sayapnya dan terbang pergi. Ia berubah menjadi titik hitam dan menghilang di langit luas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.