Dunia Penyihir

Teleportasi (Bagian 2)



Teleportasi (Bagian 2)

0Dalam sepuluh detik, bibit itu tumbuh menjadi tanaman hijau berukuran sebesar telapak tangan. Pada bagian atas tanaman itu, terdapat sebuah kuncup sebesar kepalan tangan.     

Krak!     

Kuncup itu retak dan mengucurkan cairan bening dan lengket yang mengotori karpet.     

Bau aneh dan menusuk hidung memenuhi udara.     

Saat mencium bau tersebut, Angele melompat turun dari tempat tidur. Ia menatap tanaman tersebut dengan raut wajah sebal. Melihat Angele sudah bangun, burung emas itu segera terbang pergi.     

Uhuk! Uhuk!     

Terdengar suara seorang manusia terbatuk-batuk dari kuncup tersebut. Saat terbatuk-batuk, kuncup bunga itu menunduk, seolah muntah saat mencium bau tanaman tersebut.     

"Maaf mengganggu mimpi indah kalian." Terdengar suara seorang wanita tua dari kuncup tersebut. "Apakah kalian sadar bahwa saat kalian berada dalam jantung pohon ini, kalian sembuh dengan cepat?"     

Angele menghindari cairan bening di lantai dan berdiri di depan kuncup itu seraya mengernyitkan alisnya.     

"Siapa kau?" bisiknya pada tanaman itu. "Apakah ini alat komunikasi kalian."     

"Aku bertugas sebagai pemandu kalian. Mungkin kalian punya pertanyaan yang sama. Sayangnya, ini hanya pesan satu arah, dan aku tidak bisa mendengar kalian. Makan siang akan segera diantar, jadi segeralah makan. Setelah makan, kalian akan melihat betapa suramnya tempat… Newbass, dasar sialan! Kau hanya tahu makan saja! Sini kau! Sini…"     

Csk! Csk!     

Suara-suara aneh terdengar dari bunga itu, dan pesan tersebut langsung berhenti.     

Angele menatap cairan bening di karpetnya. Ia tidak tahu harus berkata apa. Kamarnya berbau seperti cairan desinfektan.     

Saat mencium bau itu, ia memijat dahinya beberapa kali.     

"Makan siang, ya… Baiklah kalau begitu… Pesan tadi benar-benar tidak membuat situasi ini menjadi jelas, tapi terserah mereka saja." Ia melambaikan tangannya. Angele mengubah cairan lengket pada karpet itu menjadi bola transparan dan melambaikan tangannya. Cairan itu pun terbang keluar dari jendela.     

Angele memutuskan untuk beristirahat. Ia berjalan kembali ke tempat tidurnya. Ruangan itu benar-benar membantunya sembuh baik secara fisik maupun secara mental. Seperti kata wanita tua itu, 'jantung pohon' ini bisa membantunya sembuh.     

Terdengar suara-suara aneh dari jendela, seperti suara anak-anak kecil yang sibuk membersihkan rumah.     

"Jalan! Cepatlah! Jalan!" Teriakan-teriakan seperti anak kecil itu terdengar semakin dekat.     

Mendengar suara itu, Angele segera duduk dan melihat ke luar.     

Di samping tanaman, tepat di ujung meja jendela yang terbuat dari kayu…     

Sekelompok biskuit hitam, dengan krim di tengahnya, berbaris dan memanjat jendela dengan kaki-kaki pendek mereka.     

Masing-masing biskuit membawa tombak-tombak hitam yang terbuat dari tepung.     

"Demi keadilan!" Ketua kelompok biskuit itu mengangkat tombaknya seraya berteriak dengan suara yang imut seperti anak kecil.     

"Demi keadilan!"     

"Gourmandisme akan jatuh!"     

Biskuit-biskuit lain berwarna kuning ikut berteriak. Berbeda dari biskuit hitam sebelumnya, mereka berwarna kuning.     

Ketua biskuit itu segera meneriakkan perintah-perintah. "Sekarang! Biskuit dari Keluarga Helios, segeralah berbaris! Biskuit dari Keluarga Julie, berbarislah juga! Sisanya, ikut aku!"     

Mendengar perintah itu, para biskuit berbaris dan membentuk tiga kelompok.     

Ketua biskuit berbalik dan melihat Angele berdiri di sana.     

"Sialan! Saudara-saudara, serang dia!" Ketua biskuit itu menunjuk Angele dengan tombak hitamnya. "Kau, sang penjahat, demi kehidupan bangsa biskuit yang damai, kau akan mati!"     

"Serang!"     

"Kalahkan dia!"     

Angele berjalan mendekati jendela. Ia tidak tahu harus berkata apa. Saat berlari menyerangnya, biskuit-biskuit kecil itu terlihat sangat lucu, hingga ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.     

Tanaman itu mengatakan bahwa makan siang akan segera diantar. Akhirnya, ia mengerti maksud perkataan itu.     

"Jadi, inilah metode pengantaran makanan mereka… Dan, biskuit-biskuit ini makanan siangku?"     

Angele menjentikkan jarinya, memunculkan bola api yang melayang-layang di atas biskuit tersebut.     

"Tidak! Dia membakarku!"     

"Ah, jantungku! Jantungku!"     

Biskuit-biskuit itu jatuh ke tanah, dan krimnya langsung meleleh. Bau manis seperti susu memenuhi ruangan itu.     

"Ya, maaf kalau begitu." Angele menghela nafas. Ia mengambil salah satu biskuit yang tidak bergerak, dan memakannya.     

Biskuit itu terasa renyah, dengan krim gurih dan manis, sehingga rasanya sangat enak. Tidak terlalu manis, tapi juga tidak terlalu tawar.     

"Oh! Ya ampun! Lihatlah! Kau telah membantai mereka semua, dasar kau pembunuh! Mereka sudah dibantai!" Sebuah roti gulung besar memanjat ke atas jendela.     

Melihat 'mayat-mayat' biskuit, roti gulung itu menangis dan meneteskan air mata berupa gula bubuk berwarna putih.     

"Keluarga-keluarga biskuit krim telah hancur dan punah dari dunia ini hanya dalam satu hari? Tidak, tidak mungkin…! Ini hanya mimpi, kan…"     

Tanpa peduli, Angele menangkap roti gulung itu dan memasukkannya ke dalam mulutnya.     

Kres!     

Ia menggigit roti gulung itu, dan roti tersebut segera berhenti berbicara.     

"Rasanya enak." Roti gulung panggang itu dipanggang dengan api besar, sehingga rasanya renyah di luar dan lembut di dalam. Rasa manis hasil kombinasi gula putih halus dan tepung gandum bersatu menjadi manis yang lezat.     

Setelah memakan semua makanan itu, Angele merasa puas.     

Walaupun makanan itu tidak terlalu banyak, ia tetap merasa kenyang.     

Setelah makan, ia beristirahat sebentar. Akhirnya, di seberang jendela, sebuah pintu persegi muncul pada dinding emas ruangan.     

Kriet…     

Pintu itu segera terbuka, memperlihatkan lorong di dalamnya.     

Lorong itu terbuat dari kayu. Terkadang, terlihat orang-orang melewati lorong tersebut.     

Dari lorong tersebut, Angele melihat kamarnya di dinding lorong besar yang berbentuk seperti bola.     

Dinding-dinding kayu itu bercat hitam dan dipenuhi oleh pintu-pintu kecil. Sebuah tangga panjang mengulir pada sisi lorong, menghubungkan lantai atas dan bawah.     

Angele segera berjalan keluar. Lorong itu sangatlah ramai.     

Setelah menuruni tangga, terlihat sebuah tempat kosong, dengan kursi-kursi tinggi yang ditutupi selimut merah.     

Kursi-kursi itu berjajar rapi. Beberapa orang sudah duduk di kursi mereka masing-masing.     

Terlihat lalu-lalang orang yang berjalan keluar ruangan, menuruni tangga, dan duduk di salah satu kursi. Sepertinya, mereka sedang menunggu sesuatu.     

Kebanyakan dari mereka sibuk berbincang-bincang dengan kenalan masing-masing.     

Namun, ada juga yang tidak mengenal siapa pun. Mereka terus memeriksa keadaan sekitar dengan teliti. Angele melihat beberapa sosok yang tidak asing. Mereka adalah orang-orang yang berasal dari divisi yang sama dengannya.     

Angele berdiri di pintu tanpa mengatakan apa-apa. Dalam hitungan detik, seorang pelayan wanita berseragam putih berjalan mendekat dan membungkuk hormat.     

"Selamat datang di jantung pohon ini. Pengumuman pemenang kompetisi akan segera diumumkan. Bawalah inti-inti milik Anda dan duduklah di salah satu kursi." Suara pelayan itu terdengar seperti suara anak kecil.     

Namun, wajah wanita itu berkerut, dan kulitnya kering seperti kulit pohon. Pelayan itu adalah seorang wanita tua, dengan wajah seperti orang yang sekarat.     

Ia mengangguk perlahan dengan tenang. "Aku mengerti."     

"Ruangan ini akan menjadi kamar Anda saat Anda berkunjung ke Menara Penyihir Kegelapan. Mohon selalu ingatlah tempatnya." Wanita tua itu mengingatkan.     

"Baiklah."     

"Kalau begitu, mari kita turun sekarang." Wanita itu segera berjalan ke sisi kiri ruangan.     

Angele berjalan bersama wanita itu sambil melihat orang-orang yang berjalan keluar dari ruangan masing-masing dengan diantarkan oleh pelayan-pelayan berbaju putih. Setelah mendengarkan penjelasan pelayan, mereka segera berjalan turun ke ruangan di bawah.     

Tidak lama kemudian, Angele masuk dalam kerumunan dan sampai ke lantai paling bawah. Setelah memastikan bahwa tidak ada aturan tempat duduk, ia memutuskan untuk duduk di kursi baris depan, di ujung paling kiri.     

"Komandan Lion sudah datang!" Suara keras bergema di ruangan itu.     

Di belakang ruangan, tiga sosok muncul tepat di depan gerbang hitam yang tertutup.     

Di depan, terdapat seorang pria bertubuh tinggi dengan jenggot panjang, diikuti oleh seorang pria dan wanita berambut pirang yang sangat menawan.     

Pria bertubuh tinggi itu melihat sekelilingnya, sebelum akhirnya duduk bersama teman-temannya dengan ekspresi kosong.     

"Komandan Kaelyn sudah datang!"     

Seorang pria pendek yang mengenakan jas hitam yang mahal muncul di depan gerbang hitam tersebut. Setelah menyunggingkan senyum lembut, ia segera duduk di kursi.     

Kerumunan itu segera menjadi hening dan fokus pada podium kecil yang berdiri di depan ruangan.     

Dalam hitungan detik, tiga pilar cahaya mendarat pada podium kecil tersebut.     

Cahaya-cahaya itu tidak menyilaukan sama sekali. Bahkan, cahaya tersebut membuat ruangan menjadi terasa lebih hangat.     

"Acara ini diawasi oleh Count Hosla, dan diadakan oleh salah satu Kepala Departemen Perubahan, Master Sando!" Suara itu kembali bergema di seluruh ruangan.     

Dua orang wanita dan satu orang pria, berdiri di dalam pilar cahaya tersebut. Semuanya mengenakan pakaian putih dengan bordir emas.     

Di depan, terdapat seorang wanita cantik dengan rambut hijau panjang dan mata biru terang. Wanita itu terlihat sangat cantik, walaupun ujung-ujung matanya berkerut sedikit.     

Saat mendengar suara itu mengatakan nama Master Sando, wanita itu mengangguk perlahan dan tersenyum.     

Count Hosla berdiri di sebelah kanan Sando dan menatap para penonton. Hosla adalah sosok pria tua dengan rambut yang sudah berubah menjadi putih.     

Sementara itu, di sebelah kiri Sando, terdapat seorang gadis kecil dengan wajah yang datar. Jika dilihat dari bagaimana tidak ada yang mengatakan nama gadis itu, sepertinya gadis itu hanyalah asisten atau pelayan Sando.     

Ketiga sosok di atas podium itu langsung menarik perhatian semua penonton yang ada di sana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.