Dunia Penyihir

Seleksi (Bagian 1)



Seleksi (Bagian 1)

0Hanya ada lima pelayan yang bertugas sebagai pembantu; masing-masing mengenakan pakaian seperti seorang pelayan restoran.     

Saat mendekati mereka, Angele menyadari bahwa mereka bukanlah makhluk hidup.     

Mulut-mulut pelayan itu terlihat seperti mulut boneka yang berengsel. Mata mereka terlihat seperti kristal yang kosong tanpa ekspresi maupun cahaya sedikit pun seperti mata makhluk hidup pada umumnya.     

'Tunggu… Mereka bukan terlihat seperti boneka, mereka memang boneka.' Angele melihat para pelayan itu dengan teliti. Kulit mereka bertekstur keras dan bergurat-gurat seperti kayu, namun masih dengan warna seperti daging dan kulit manusia biasa.     

Saat menyadari bahwa Angele mendekat, pelayan paling depan menoleh dan menggerakkan matanya dengan kaku, berusaha meniru cara seorang manusia melihat orang lain.     

"Selamat datang di Kota Langit. Saya, '241', siap melayani Anda. Mohon ikut saya." Pelayan itu mengenakan gaun panjang berwarna putih bersih. Suaranya terdengar datar.     

Angele hendak membalas sapaan itu, namun boneka tersebut telah berjalan menuju sebuah bangunan kecil. Pintu bangunan itu terbuka lebar, namun dalamnya sangat gelap.     

Hanya satu boneka yang berinteraksi dengannya, sementara pelayan lainnya berdiri di tempat masing-masing untuk menunggu kedatangan tamu masing-masing. Sebuah boneka berjalan keluar dari gedung lain, menggantikan pelayan yang sedang mengantar Angele.     

Angele menoleh dan melirik ke arah Bismarck. Pria itu melambaikan tangannya dan tersenyum, seraya menandatangani kontrak-nya sendiri.     

Angele memutuskan untuk tidak peduli. Ia berjalan mengikuti boneka itu melalui pintu sebelah kiri.     

Bagian dalam gedung itu sangat gelap dan sunyi. Cahaya matahari yang masuk melalui jendela tidak cukup untuk menerangi tempat itu.     

"Apakah ini gerbang teleportasi baru? Bisakah kau memberiku informasi tentang tempat ini?" tanyanya kepada pelayan yang berjalan di depan.     

Namun, seolah tidak mendengar perkataan Angele, pelayan itu terus berjalan.     

"Hari ini, Kota Langit mengumpulkan kalian dalam rangka mencari yang terbaik dari yang terbaik, anggota elit di atas anggota elit lainnya. Sebagai pihak administrasi, kami diizinkan untuk menggunakan sumber daya apa pun yang kami miliki. Kami dapat memanggil anggota organisasi mana pun jika diperlukan," jawab pelayan itu.     

"Ha?" Angele menjadi tertarik. "Bagaimana bisa kau memanggil anggota elit kemari sembarangan? Setahuku, sistem organisasi tempat ini sangat sederhana."     

"Ini bukan masalah organisasi. Ini masalah pembayaran. Kalian harus membayar untuk semua bahan-bahan yang kami berikan. Jika tidak, kalian akan diusir, dan ingatan kalian akan dihapus." Boneka itu menjelaskan.     

"Kalian? Menghapus ingatanku? Ha." Angele tertawa menghina, namun tidak mengatakan apa-apa.     

Kedua sosok berjalan melalui bangunan kayu gelap itu. Tidak terlihat apapun di sana. Rasanya seperti berjalan melalui lubang hitam tanpa ujung.     

Tiba-tiba, boneka itu angkat bicara, bahkan sebelum Angele sempat bertanya.     

"Kompetisi ini akan menguji kemampuan lima divisi utama demi satu tujuan – mencari yang terbaik di antara yang terbaik. Jika kau mau, kau bisa membunuh musuhmu."     

"Aku bisa membunuh musuhku?" Angele memicingkan matanya. "Apa maksudmu? Jadi kau kira organisasi dapat memberi anggota elit sebuah hadiah yang cukup menggiurkan hingga mereka rela mati demi mendapatkan hadiah itu?"     

"Pemenang kompetisi akan menjadi salah satu jenderal divisi, dan tiga partisipan dengan peringkat teratas akan mendapatkan lingkaran sihir warisan. Ingat, kematian di tempat ini bukan berarti kematian yang sesungguhnya. Peserta hanya akan terluka fisik jika kalah, namun pemenang pertama akan mendapatkan hak untuk mengetahui informasi dalam pertemuan-pertemuan rahasia organisasi. Jika Anda menang, hadiah yang akan Anda dapatkan tidak akan mengecewakan."     

Mendengar hal itu, Angele menjadi sedikit terkejut.     

Lingkaran sihir warisan saja sudah cukup menggiurkan. Walaupun Vivian bisa memberikan lingkaran sihirnya, ia tidak akan memberikan lingkaran tersebut kecuali ia benar-benar akan mati.     

Lingkaran sihir warisan dapat mengubah seorang penyihir yang lemah menjadi penyihir berperingkat tinggi. Memenangkan pertarungan melawan pemilik lingkaran sihir warisan adalah sesuatu yang nyaris tidak mungkin.     

Walaupun ia hanya bisa memiliki satu lingkaran sihir warisan, satu saja sudah cukup untuk membantunya di saat-saat genting.     

Setelah mendengar penjelasan itu, Angele tidak bertanya lagi. Hadiah yang ditawarkan oleh Menara Penyihir Kegelapan saja sudah bisa membuat para penyihir tanpa lingkaran sihir warisan saling membunuh.     

"Lingkaran sihir ini dibangun sendiri oleh Menara Penyihir Kegelapan dengan dua versi. Versi pertama menggunakan teknik infusi, namun versi kedua menggunakan teknik penurunan semu. Teknik penurunan semu berfungsi untuk menggabungkan dua lingkaran sihir warisan. Jika pemenang memiliki lingkaran sihir warisan sendiri, kedua lingkaran itu akan menjadi satu set."     

"Satu set lingkaran sihir pewaris, ya…" Angele menjadi semakin tertarik. Set lingkaran pewaris adalah teknik melewati batas atas, yang dirancang agar seorang penyihir mampu mengaktifkan lebih dari satu lingkaran sihir warisan. Membuat set lingkaran pewaris akan memakan banyak sumber daya yang mahal. Namun, kemampuan untuk mengaktifkan dua lingkaran sihir berbeda adalah aset yang sangat berharga.     

Set lingkaran sihir membutuhkan terlalu banyak bahan, sehingga atasan organisasi berukuran sedang pun tidak bisa membangunnya sembarangan. Namun, jika sudah dibuat, set lingkaran sihir dapat membantu seorang penyihir mengaktifkan dua lingkaran, dan memastikan bahwa mereka tetap dapat menerima lebih banyak lingkaran sihir warisan. Itulah mengapa Angele menjadi sangat tertarik.     

Ia terus berjalan bersama pelayan itu, namun tidak menanyakan apa-apa lagi.     

Perlahan-lahan, kegelapan di sekitar mereka menghilang.      

Bangunan kecil dari kayu tempatnya masuk sudah menghilang dan digantikan oleh langit biru cerah, awan-awan putih, dan padang rumput hijau. Perlahan-lahan, awan bergerak mengarungi langit biru.     

Tiba-tiba, ia tersadar bahwa pelayan yang berjalan bersamanya telah menghilang. Ia berdiri sendiri di padang rumput di dekat air terjun.     

Tanah lapang itu dikelilingi oleh pegunungan, dengan danau hijau di depannya.     

Dari salah satu gunung, terdapat sebuah air terjun kembar yang dipisahkan oleh bebatuan di tengah. Air terjun itu terlihat seperti pita-pita putih yang melayang turun.     

Suara deru air terjun bergema di seluruh lembah.     

Angele berdiri di tepi sungai sambil menatap area di seberangnya. Dua orang penyihir berdiri bersebelahan. Tampaknya mereka saling mengenal.     

Penyihir di sebelah kiri mengenakan jubah putih yang menutupi seluruh tubuhnya.     

Penyihir di sebelah kanan, sepertinya seorang pria, mengenakan zirah emas dengan ukiran-ukiran dan desain yang sangat indah. Rambutnya pendek dan berwarna biru, dan separuh wajahnya bersisik biru seperti seekor ikan. Di punggungnya, tersemat sebilah pedang perak berkualitas tinggi.     

Saat Angele melihat mereka, kedua penyihir itu langsung balas menoleh. Melihat sikap Angele, mereka menjadi waspada.     

Tanpa peduli, ia mengambil sebuah botol kecil berwarna hijau dan membukanya. Gumpalan asap hijau keluar dari botol tersebut.     

Asap itu berubah menjadi bayangan seperti manusia yang tampak buram. Namun, asap itu menghilang sebelum sempat mengeras dan berubah menjadi partikel-partikel energi kehijauan yang terserap dalam tubuhnya.     

Saat merasa bahwa tubuhnya menjadi ringan, ia segera melompat dan terbang ke udara.     

Ia terbang semakin tinggi dan melihat daerah di sekitar lembah tersebut.     

Di luar lembah, terdapat pegunungan dan sungai-sungai lainnya; semuanya tertutup rerumputan dan pepohonan hijau. Tempat itu benar-benar penuh kehidupan.     

Ia terbang semakin tinggi lagi. Tampaknya ia ingin melihat sekelilingnya,     

Namun, tiba-tiba, terdengar gema suara berat dan serak seorang pria.     

"Di sekitar Kota Langit, terdapat lima inti untuk lima divisi. Untuk meninggalkan Retakan Dunia ini, kau harus mendapatkan kepingan yang cukup untuk membuat inti yang lengkap. Semakin baik prestasimu, semakin banyak juga yang bisa kau dapatkan. Waktumu di Retakan Dunia ini tinggal tiga hari."     

'Retakan dunia?!'     

Ekspresi Angele berubah kecut. Ia tidak menyangka bahwa ia berada di Retakan Dunia, bagian dunia yang akan hancur dan menghilang dalam kegelapan.     

Penyihir kuat sekalipun tidak akan pernah bisa meninggalkan Retakan Dunia jika mereka tidak mengetahui koordinat teleportasi yang diperlukan.     

Seketika, Angele menatap kedua penyihir di bawah. Mereka terlihat kaget. Sepertinya mereka juga mendengar pengumuman itu.     

Suara serak itu kembali berbicara. "Hati-hatilah. Waspadalah dengan inti-inti itu."     

Terdengar suara getaran di udara, seakan-akan langit dan bumi telah beradu dan akan runtuh.     

Perlahan-lahan, Angele mendongak.     

Lima bintang hitam melesat cepat melalui langit biru yang cerah dan bergerak turun.     

Seketika, penyihir-penyihir kuat, dengan wujud berbeda-beda, muncul di dekat pegunungan. Seperti dirinya, para penyihir itu sudah menanti turunnya bintang-bintang hitam tersebut.     

Kelima bintang hitam yang membara dengan api hitam akan segera menabrak tanah.     

Angele memutuskan untuk tidak berlari ke arah bintang tersebut. Ia memilih untuk mengambil bebatuan kecil dari kantongnya dan menganalisa keadaan sekeliling dengan bantuan Zero. Tanpa membuang waktu, ia menghancurkan bebatuan berwarna-warni itu dan melepaskannya ke udara.     

Bubuk itu menghilang karena tertiup angin. Ekspresinya menjadi panik saat melihat pergerakan bubuk tersebut.     

'Mereka tidak bohong. Ini benar-benar Retakan Dunia. Aku tidak menyangka bahwa Menara Penyihir Kegelapan bisa menemukan tempat seperti ini… Tidak, tidak hanya satu, mereka bisa menemukan lima Retakan Dunia… Sialan.' Angele menarik nafas dalam-dalam.     

'Aku harus segera mengejar inti itu, jika tidak, aku tidak akan bisa meninggalkan tempat ini.' Ia kembali menatap kedua penyihir di dekat sungai, sementara mereka balas menatapnya. Sepertinya, mereka bertiga memiliki pemikiran yang sama.     

Angele berbalik dan menggunakan kekuatan angin untuk terbang menuju bintang terdekat.     

Kelima bintang itu semakin mendekat.     

Duar!     

Seketika, bumi bergoncang selama beberapa detik.     

Bintang terdekat telah mendarat dan masuk ke dalam sungai panjang yang tidak jauh darinya. Dari tempat pendaratan tersebut, terlihat lumpur yang terciprat akibat bintang itu.     

Angele terus melayang, menatap para penyihir keluar dari pegunungan, dan berlari ke arah bintang tersebut secepat mungkin.     

Dari jauh, mereka terlihat seperti semut berwarna-warni yang sedang berlari menuju sebuah lubang hitam besar. Sementara itu, beberapa penyihir memilih untuk terbang seperti Angele.     

Tanpa membuang-buang waktu, ia segera terbang ke arah bintang itu. Tiba-tiba, cahaya hitam bersinar dalam lubang.     

Shing! Shing! Shing!     

Cahaya hitam itu meledak, dan bola tersebut pun hancur menjadi kepingan-kepingan yang terbang ke seluruh penjuru seperti tetesan air hujan.     

Semua inti berubah menjadi kepingan-kepingan yang melesat cepat entah kemana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.