Dunia Penyihir

Ketakutan (Bagian 2)



Ketakutan (Bagian 2)

0Beberapa tahun terakhir, Angele telah menyelesaikan beberapa misi dari Menara Penyihir Kegelapan, sehingga ia memiliki sangat banyak poin. Namun, ia hanya menghabiskan poin-poinnya untuk membeli bahan-bahan penting, seperti benda yang sangat langka.     

Vivian tidak akan bisa mendapatkan benda-benda itu, namun para anggota Menara Penyihir Kegelapan yang berpetualang dalam reruntuhan berbahaya mampu mendapatkan dan menjual bebas benda-benda tersebut.     

Sebelum meninggalkan Dunia Mimpi Buruk, Angele mengingatkan Orphie dan Freia untuk berhati-hati dengan Eye Devil. Walaupun Freia sedikit tidak percaya, gadis itu mengangguk dan menurut. Ia tidak menyaksikan pertarungan Angele melawan Eye Devil.     

Setelah semuanya beres, Angele mengambil kristal darah dari Eye Devil ke dunia nyata dan menyerap kekuatannya setiap hari. Kristal itu berisi kekuatan darah murni yang dapat membantu Angele mengubah tubuhnya.     

Sebelum ia sempat menyerap kekuatan dari kristal darah miliknya, Menara Penyihir Kegelapan mengirim pesan.     

Angele menenangkan dirinya. Ia berdiri di depan bunga itu dan mengangkat tangan kirinya. Terlihat cincin kecubung berbentuk mata pada jari tengahnya. "Ada berapa orang di sini?"     

Cahaya biru bersinar pada permukaan cincin.     

Wajah pada bunga itu memicingkan matanya.     

"Kau pikir aku bodoh? Aku percaya padamu. Tidak perlu menunjukkan cincin itu… Ada dua puluh orang di sini; semuanya adalah anggota elit. Baiklah, masuklah sekarang."     

Angele tersenyum. "Bagaimana lagi, bukankah itu aturannya?" Ia menurunkan tangannya. "Kalau begitu, aku akan pergi sekarang. Sampai jumpa nanti."     

"Baiklah." Wajah manusia pada bunga itu menjawab.     

Angele berjalan melewati pohon, berdiri di ujung tebing, dan melompat turun.     

Di bawah tebing itu, hanya ada kegelapan dan sesuatu yang mirip seperti kabut hitam.     

Ini bukanlah kali pertamanya pergi ke markas organisasi, namun ia masih merasa bahwa metode ini tidak nyaman dan tidak perlu.     

Ia jatuh dengan kecepatan tinggi. Angin meniup celana, lengan baju, dan kerah bajunya. Rasa panas pada permukaan kulitnya telah hilang, digantikan oleh dinginnya angin itu.     

Wush!     

Hanya terdengar suara angin, sementara kulitnya mulai basah terkena angin dingin tersebut.     

Setelah jatuh selama beberapa saat, kabut di sekelilingnya terasa semakin tebal, hingga ia tidak bisa melihat apa-apa.     

Perlahan-lahan, ia mulai berhenti melayang. Akhirnya, ia mendarat di atas awan hitam setelah beberapa menit. Tekstur lembut awan itu sangat terasa di atas kakinya, namun awan itu juga kuat.     

Angele mengangkat tangan kirinya dan melepaskan cahaya biru dari cincin kecubung yang tersemat di jari tengahnya.     

Cahaya biru itu bersinar, seperti tongkat biru dengan titik-titik partikel berbentuk mirip dengan kelopak-kelopak bunga yang berguguran.     

Setelah 30 detik, kabut hitam di sekitarnya perlahan-lahan menghilang.     

Suasana di sekitarnya berubah. Awan putih tebal bergerak perlahan di atas langit yang cerah, sementara awan tempatnya berdiri berubah menjadi tebing berbentuk tabung yang diapit oleh dua tebing hitam pada kedua sisinya.     

Di bawah kakinya, terdapat sebuah plat biru transparan, seperti ubin melayang yang menjaga agar ia tidak jatuh.     

Di depan, terlihat sebuah tangga panjang memutar yang terbuat dari ubin biru, sama seperti tempatnya berpijak. Dari kejauhan, tangga itu terlihat seperti benang biru, yang menunjukkan bahwa itulah jalan menuju kota berwarna hitam di langit.     

Empat air terjun, yang turun dari empat menara tinggi menjulang di langit, berderu kencang di sekitar kota, hingga mengeluarkan kabut putih tipis. Suara keempat air terjun itu benar-benar memekakkan telinga.     

Ia melihat ke bawah dan menatap sungai bawah tanah di bawah tangga biru tersebut. Air terjun itu turun memasuki sungai itu, sebelum masuk ke dalam lubang-lubang kecil di dalam tanah.     

Ia mendongak dan melihat ada orang-orang yang sampai lebih cepat dan sudah menaiki tangga.     

Angele mencoba menapakkan kakinya ke ubin kedua untuk memastikan bahwa ubin cahaya itu mampu menahan beratnya.     

Setelah naik, ia menggeleng dan segera berjalan menaiki tangga.     

Shing! Shing!     

Terdengar suara-suara aneh, sehingga ia menoleh ke belakang. Segumpal asap hitam muncul di udara dan menghilang, kemudian berubah menjadi sesosok pria.     

Pria itu mengenakan jubah putih panjang, dengan bordir kerah bulu berwarna coklat yang sangat tebal. Wajah pria itu sangat tampan, dan seluruh bagian tubuhnya terlihat sempurna tanpa cela. Bahkan, kulitnya terlihat lebih halus dari wanita umumnya, dan rambut merah pendeknya bergerak-gerak mengikuti arah angin.     

Tanda berbentuk 'Ω' di antara alisnya terlihat sangat mencolok. Tanda itu bercahaya merah, dan mengeluarkan kilat-kilat berwarna kemerahan pula.     

Mata pria itu menatap Angele, sementara Angele pun sedang menatapnya.     

"Hai, namaku Bismarck dari Istana Penguasa Langit. Sepertinya, ini adalah takdir. Kita suka merah." Pria itu tersenyum lembut, mengangkat tangannya, dan menatap Angele. Entah mengapa, rambut merah pria itu membuatnya terlihat semakin tampan.     

Angele tidak ingin menanggapi perkataan pria itu. Ia langsung berjalan naik. Rambut merah panjang dan jubah hitamnya menari-nari mengikuti arah angin. Bau busuk darah yang sangat kental tercium dari pria bernama Bismarck itu.     

Bismarck terdiam sesaat, sebelum menurunkan tangannya. Sepertinya, dia tidak marah.     

Bau darah pria itu nyaris membuat Angele muntah, terutama saat pria itu mendekatiya.     

Kemampuan darah itu berasal dari darah kuno. Setelah tubuhnya menyerap darah kuno-nya dan mulai memiliki wujud asli, kemampuannya untuk merasakan keberadaan darah menjadi jauh lebih kuat. Darah tidak hanya memiliki gen seseorang, namun juga penanda khusus jiwa.     

'Istana Penguasa Langit... Salah satu dari tiga Penyihir Agung…' Angele tidak ingin berteman atau pun memiliki hubungan dengan orang-orang dari pihak para Penyihir Agung. Ia sudah membuat Penguasa Kegelapan geram, sehingga ia tidak ingin mencari masalah dengan Penguasa Langit juga.     

Ketiga Penyihir Agung saling membenci, namun mereka bisa membunuh penyihir rendahan seperti Angele dengan mudah.     

'Aku tidak menyangka akan bertemu seseorang dari Istana Penguasa Langit di sini. Aku jadi ingin tahu, sekuat apa anggota elit Menara Penyihir Kegelapan?' Angele mendongak. Ia menatap kota hitam di depannya.     

Semua penyihir yang bisa masuk ke tempat ini sudah menandatangani kontrak, sehingga Bismarck bisa dengan bebas berjalan mendekati Angele dan mengatakan siapa atasannya.     

Inilah markas Menara Penyihir Kegelapan, dan para penyihir tidak dapat meninggalkan tempat ini kecuali mereka memiliki izin dari organisasi. Selain itu, mereka tidak dapat mengirim pesan kepada orang-orang di luar markas.     

Angele menenangkan dirinya dan terus berjalan, sementara Bismarck mengikuti dari belakang. Sepertinya, Bismarck sedang menikmati amarah Angele.     

Setelah Bismarck, dua orang penyihir muncul. Satunya adalah wanita botak, dengan zirah kulit berbentuk seperti bikini putih. Sementara itu, sosok kedua adalah penyihir berjubah kelabu dengan kepala elang dan tubuh manusia.     

Wanita dan pria berkepala elang itu tidak mengatakan apa-apa. Mereka hanya fokus menaiki tangga.     

Setelah setengah jam, akhirnya Angele sampai di atas. Sekarang, ia berdiri di depan pintu masuk sebuah kota hitam.     

Kota itu terlihat seperti meja persembahan raksasa, dengan tangga-tangga batu di bagian depan dan belakang. Kedua tangga itu mengarah ke puncak meja, dengan bangunan-bangunan hitam pada kedua sisinya.     

Di antara bangunan-bangunan hitam, terdapat jalan-jalan, di mana beberapa orang sibuk berbincang-bincang. Kebanyakan mengenakan pelindung kristal hitam pada bahu mereka, namun selain itu, baju mereka terlihat sangat berbeda.     

Sebagian besar menutupi wajah mereka dengan topeng, melihat penyihir-penyihir lainnya dengan waspada.     

Pintu masuk kota berdiri di atas tanah lapang kosong yang dijaga oleh sekelompok pengawal berbaju zirah hitam dari kristal. Semua pengawal itu memiliki tubuh kekar, dengan helm yang menutupi seluruh wajah mereka. Jika dilihat dari dekat, terdapat ukiran-ukiran rune sihir rumit di atas zirah tersebut.     

"Jika kau mengenakan satu zirah kristal, pergilah ke lantai 1, dan pergilah ke lantai 2 jika kau mengenakan dua." Ketua pengawal itu angkat bicara. Zirah kristal yang dimaksud adalah pelindung yang diberikan oleh para anggota elit.     

Di pintu masuk, terdapat 8 orang penyihir, termasuk Angele. Bismarck berdiri di sampingnya, sepertinya pria tampan itu tertarik pada Angele.     

Ketua pengawal itu memegang sebuah gulungan hitam, dengan sedikit tulisan-tulisan pada permukaannya. Namun, di tengah gulungan itu, terdapat sebuah mulut raksasa penuh gigi tajam.     

Seorang penyihir berjalan maju, mengambil gulungan itu, dan membaca tulisan di atasnya dengan hati-hati sebelum menggumamkan mantra. Jarinya menunjuk ke arah mulut itu. Seketika, setitik cahaya putih muncul dari jarinya dan masuk ke mulut raksasa itu.     

"Selanjutnya." Pengawal itu mengambil gulungan hitam lain, menatap penyihir kedua yang baru saja tiba. "Ah, Sophia? Sudah lama tidak bertemu." Suara pengawal itu terdengar lembut.     

"Ah, kau benar, sudah lama tidak bertemu." Wanita itu berjalan seraya melakukan hal yang sama dengan penyihir pertama. Ia mengeluarkan titik putih yang masuk ke dalam mulut gulungan itu. "Kita sudah tidak bertemu bertahun-tahun. Setelah aku selesai, kita bisa berbicara, oke?"     

"Tentu saja." Pengawal itu mengangguk. Suaranya terdengar netral. Angele tidak yakin apakah sosok itu adalah seorang pria atau wanita.     

Satu per satu, para penyihir menandatangani kontrak. Akhirnya, giliran Angele pun tiba.     

Ia mengambil gulungan hitam kulit itu dan memeriksa isinya. Tidak ada pola rahasia ataupun jebakan; hanya ada penjelasan aturan. Sepertinya, para kepala Menara Penyihir Kegelapan tidak sedang berusaha menipu mereka.     

Seperti penyihir lainnya, Angele melepaskan setitik cahaya putih.     

Ia segera menutup gulungan itu seraya berjalan ke ruangan lantai 1. Seharusnya, akan ada orang yang menunggunya di sana.     

"Jadi, namamu Green. Aku melihat nama pada kontrakmu," kata Bismarck dari belakangnya.     

Ekspresi Angele berubah dingin. Ia berbalik dan menatap Bismarck.     

Bismarck mengangkat telunjuk tangan kanannya, memunculkan seekor kupu-kupu merah bercahaya. "Maaf, aku tidak sengaja."     

"Mengapa kau mengintip kontrak-ku?" tsnya Angele dengan dingin.     

Bismarck hanya tersenyum. Ia menatap mata Angele dengan tenang dan mengedipkan sebelah matanya.     

'Uh…' Angele gemetar, bulu kuduknya berdiri.     

'Apa orang ini berusaha memikatku?'     

Lagi-lagi, ia ingin muntah.     

Kedipan mata Bismarck itu membuat Angele merasa tidak nyaman.     

'Dasar idiot…' Kelakuan pria itu membuat bulu kuduknya berdiri. Saat ini, Bismarck jauh lebih mengerikan ketimbang makhluk-makhluk mistis yang ada di pesta Eye Devil.     

Angele mengetatkan kerahnya. Hawa dingin muncul entah dari mana. Tanpa membuang waktu, ia berjalan mendekati pelayan yang sudah menunggunya di depan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.