Dunia Penyihir

Memurnikan (Bagian 1)



Memurnikan (Bagian 1)

0Angele melaju melalui lorong tersebut sekencang mungkin. Di sekitarnya, awan bergulung dan bergerak-gerak, seperti bunga kapas yang tertiup angin.     

Duar!     

Terdengar suara ledakan dari belakang.     

Angele berhenti dan berbalik.     

Serangga-serangga hitam terbang membelah kabut hijau itu dan terbang ke arahnya seperti makhluk kelaparan.     

"Sialan!" Ekspresinya berubah kecut. Tanpa membuang waktu, ia segera berbalik dan mengaktifkan wujud aslinya, sehingga ia berubah menjadi raksasa setinggi lebih dari 9 meter.     

Ekor kalajengking yang tajam dan panjang bergerak-gerak mengibaskan ujung lorong awan tersebut.     

Angele menunjuk ke arah kerumunan serangga di belakangnya, dan tercipta hantu bertopeng putih yang terbang ke arah mereka. Ia mempercepat pergerakannya dengan bantuan ekor itu dan memutuskan untuk segera kembali.     

Shing! Shing! Shing!     

Asap hitam dari ekornya memenuhi seluruh lorong.     

Suara-suara serangga itu terdengar semakin keras hingga kepala Angele terasa pusing.     

'Apa aku berhasil membunuh mereka?' Angele menoleh dan menatap kumpulan awan di belakangnya. Lorong hitam itu telah tertutup, yang menunjukkan bahwa gerbang dimensi tersebut telah hancur.     

'Bagus, sepertinya pilihanku tidak salah. Jika aku tidak menghancurkan lorong itu, aku pasti tidak akan bisa bertahan hidup…'     

Ia tidak yakin apakah pilihannya sudah benar. Serangga-serangga hasil riset darah kuno itu benar-benar aneh dan tidak stabil.     

Ia menghela nafas dan menenangkan dirinya.     

"Mereka akan mati dalam sebulan. Seharusnya aku akan baik-baik saja," gumam Angele seraya meningkatkan kecepatannya.     

Kumpulan awan itu menipis dan mulai menghilang. Akhirnya, langit Dunia Mimpi Buruk kembali terlihat.     

Shing!     

Kilat-kilat merah muncul pada permukaan lorong, dan awan-awan merah yang tersisa mulai bergetar.     

'Sudah tidak stabil? Cepat sekali.' Angele mengernyitkan alisnya. Ia segera terbang menjauhi inti pusaran merah tersebut dengan secepat kilat, hingga meninggalkan garis hitam di udara, sebelum akhirnya mendarat.     

Kaak!     

Seekor burung merah raksasa berkepala dua muncul di sampingnya. Sepertinya, burung itu sudah menunggu.     

Burung merah itu tidak berbulu, namun memiliki garis-garis retakan hitam yang penuh dengan cairan lengket sejenis minyak. Kepalanya yang sebelah kiri lebih panjang dari kepala sebelah kanan. Keduanya memekik secara bersamaan dengan suara-suara aneh.     

Angele berbalik dan mendarat pada punggung burung tersebut.     

Burung yang memiliki panjang lebih dari 10 meter itu nyaris terjatuh saat Angele mendarat di atas punggungnya.     

Ia berdiri di atas burung aneh itu dan menatap pusaran di langit.     

Di tengah pusaran itu, lorong gelap yang dilewatinya semakin mengecil dan nyaris menghilang karena terkena kilat-kilat tersebut.     

Tiba-tiba, kepalanya terasa sakit.     

"Ayah… Ayah…" Suara anak kecil masuk ke dalam otaknya. Rasanya seperti ada banyak anak-anak yang berteriak-teriak secara bersamaan.     

"Jadilah bagian dari kami… Kami akan menjadi satu… Kami akan bersama selamanya…"     

"Kami… akan… menjadi satu…"     

Penglihatannya menjadi buram. Ia menggelengkan kepala beberapa kali untuk mengusir suara-suara itu.     

"Sial!" Bulu kuduk Angele berdiri.     

Duar!     

Bola asap hitam muncul di tengah pusaran itu. Sepertinya, walaupun lorong itu sudah hancur, masih ada yang berusaha memaksa masuk ke Dunia Mimpi Buruk.     

Akhirnya, kilat-kilat merah dari gumpalan awan yang tersisa menghentikan bola asap itu.     

Saat bola itu muncul, jantungnya berdegup kencang. Ia benar-benar merasa cemas dan takut.     

Perlahan-lahan, ia mendarat bersama burung itu.     

Shing!     

Ekornya menusuk dada burung tersebut dan menarik sebuah bayangan burung berwarna merah jambu. Dengan ekornya, ia menyerap jiwa burung tersebut.     

Mayat burung itu tersungkur di atas tanah dan tidak bergerak lagi.     

"Bertahun-tahun telah kuhabiskan demi penelitian… Kuharap semuanya berjalan lancar…" gumam Angele seraya menarik tengkorak hijau dari dalam cermin-nya. Api hijau membara pada tengkorak itu, namun tidak terdengar adanya suara sama sekali.     

"Ini Phoenix. Bone, mintalah Vapor beserta prajurit-prajuritnya untuk segera menutup gerbang dimensi dan meninggalkan dunia itu. Tinggalkan satu saluran kecil agar jiwa-jiwa bisa lewat. Sepertinya, Dunia Pohon ada di tempat yang sama dengan Dunia Kegelapan."     

Csk!     

Terdengar suara desisan, namun tidak ada yang menjawab.     

Angele mengembalikan tengkorak itu ke dalam cermin-nya. Pusaran merah di langit yang tadi dilewatinya telah menghilang.     

Shing!     

Ia menekan bagian tengah dadanya, dan penglihatannya menjadi buram selama beberapa saat. Reruntuhan gunung berapi terlihat sesaat, sebelum akhirnya pemandangan berubah menjadi padang merah.     

Eye Devil masih tersegel oleh empat rantai, sehingga ia tidak bisa bergerak sedikit pun.     

Di puncak piramida hitam, sebuah bola berwarna senada berputar-putar dan menyerap jiwa-jiwa berwarna biru. Setiap detiknya, jumlah jiwa-jiwa itu semakin banyak, sehingga terlihat seperti ada hujan lebat.     

Angele terdiam dan menatap semua jiwa-jiwa itu, kemudian terbang ke atas piramida.     

Akhirnya, ia sampai di puncak.     

Wanita bergaun hitam yang dibebaskannya sedang memegang buku merah dengan lingkaran sihir Ritual Kematian Hitam. Rune-rune dalam lingkaran sihir itu berputar-putar seperti roda gigi asli.     

Tiga dari lima tempat kosong pada rune itu telah terisi, namun dua sisanya masih belum penuh. Lubang di bagian tengahnya benar-benar kosong, sementara lubang kedua telah nyaris penuh.     

Wanita itu menatap lingkaran rune tersebut. Ia berusaha mencari tahu fungsi dan cara kerjanya.     

Menyadari keberadaan Angele, wanita itu menoleh dan menatapnya.     

"Bagaimana mungkin? Lingkaran rune ini bisa memadatkan zat-zat tertentu… Master Phoenix, Anda benar-benar memiliki pengetahuan yang luas," kata wanita itu dengan hormat.     

"Harapan hidup kami sangat panjang. Suatu hari nanti, kau juga akan mampu mencapai tingkat yang sama." Angele tersenyum dan menatap buku catatan itu. "Bagaimana perkembangannya?"     

Wanita itu mengangguk. "Semuanya berjalan lancar. Entah mengapa, tiba-tiba ada banyak jiwa yang muncul. Untungnya, dengan kemunculan semua jiwa-jiwa ini, satu manik akan tercipta."     

Angele duduk bersila di puncak piramida. Sepertinya, Eye Devil sudah puas dengan jumlah jiwa tersebut, sehingga ia memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan menyerap energi negatif.     

Ia kehilangan salah satu topeng, sehingga ia ingin segera menciptakan topeng pengganti.     

Dengan ke-12 topengnya, ia dapat menangkis 12 serangan mematikan. Semua topeng itu adalah simbol-simbol perasaan negatif dan hasil penelitiannya selama bertahun-tahun. Namun, membuat satu topeng saja akan membutuhkan waktu berbulan-bulan.     

Para tetua bawahan Eye Devil beterbangan di sekitar pinggang wanita itu untuk melindunginya secara bergiliran.     

Para ksatria bola mata pun sibuk berpatroli sembari menunggangi burung-burung hantu berwarna merah. Para ksatria bola mata yang sedang beristirahat sibuk makan dan minum di sekitar api unggun.     

Hari mulai malam, dan langit pun mulai gelap. Namun, tidak ada bintang atau pun bulan di langit.     

Lumpur di padang itu bercahaya merah, menerangi malam gelap.     

Keempat rantai biru di sekitar tubuh Eye Devil berputar-putar dan mengeluarkan suara keras. Satu-satunya sumber suara keras di padang itu adalah keempat rantai tersebut.     

Setelah bermeditasi, tiba-tiba Angele membuka matanya.     

"Berikan buku itu padaku." Ia menatap wanita bergaun hitam di sampingnya.     

Wanita itu terdiam, namun akhirnya ia memberikan buku itu.     

"Aku sudah hidup di dunia lama sekali, namun inilah kali pertama aku tidak memahami sesuatu… Jika aku menjadi muridmu dan belajar hal-hal baru darimu… Aku akan mampu melihat dunia yang baru…"     

"Yah, aku tidak perlu menyembunyikan apa-apa." Angele tersenyum. "Aku akan mengajarimu. Kau bertalenta, dan aku yakin bahwa kau akan menjadi kuat jika kau terus belajar. Namun, saat ini, sebaiknya kita fokus pada hal-hal yang penting dulu."     

Angele berdiri dan melemparkan buku itu.     

Buku itu melayang-layang tepat di atas kepalanya. Dengan bantuan ekornya, ia segera menusuk bagian tengah buku tersebut.     

Shing!     

Halaman buku itu terus berbalik, hingga akhirnya berhenti di halaman yang berisi lingkaran Ritual Kematian Hitam.     

"Ketakutan dan keputusasaan akan ada dalam kekejaman. Dengan begini, manik-manik ketakutan dan keputusasaan akan tercipta." Angele menjelaskan.     

"Lihatlah, prosesnya sudah dimulai…" Walaupun wajah Angele tertutup topeng hitam, senyumannya masih terlihat jelas.     

Keempat manik-manik meninggalkan buku itu dan berubah menjadi pusaran kecil.     

Shing!     

Jiwa berwarna biru terbang lewat.     

Shing! Shing! Shing!     

Semakin banyak jiwa yang masuk ke dalam pusaran tersebut.     

Angele merentangkan tangannya, membiarkan keempat manik-manik berputar di atas kepalanya.     

Shing!     

Asap putih membumbung dari bagian tengah pusaran tersebut.     

Asap itu terbagi menjadi tujuh, yang kemudian masuk ke dalam lubang-lubang di wajah Angele satu per satu.     

Cahaya putih bersinar dari mata, mulut, hidung, dan telinganya.      

Perlahan-lahan, makhluk raksasa buram muncul di belakangnya.     

Makhluk itu memiliki tinggi lebih dari seribu meter, dengan bentuk seekor kalajengking hitam yang memiliki lebih dari sepuluh kaki. Makhluk itu sangatlah besar dan mengerikan.     

Wajah-wajah dengan ekspresi berbeda terukir pada permukaan cangkang kalajengking tersebut.     

Ada wajah gila, wajah keji, wajah ketakutan, dan bahkan wajah keputusasaan.     

"Apa… apa ini?" Melihat kejadian itu, Eye Devil menatap bayangan raksasa di belakang Angele.     

"Aku tidak pernah melihat wujud asli seperti itu…" Gumam Eye Devil, seraya mencari isi ingatannya.     

Dua pria berjubah putih berdiri dan ikut menatap bayangan kalajengking tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.