Dunia Penyihir

Teleportasi (Bagian 3)



Teleportasi (Bagian 3)

0Langit berwarna oranye.     

Cahaya matahari terbenam menerangi awan, sehingga menciptakan ilusi seperti darah yang mendidih.     

Di atas kota perak yang indah di bawah sana, terlihat sebuah lubang berbentuk pusaran, dengan titik-titik hitam yang masuk dan keluar seperti kelompok serangga.     

Titik-titik hitam itu berkumpul dan berubah menjadi lorong hitam yang menghubungkan tanah dan langit. Lorong tersebut berputar perlahan seperti roda.     

Di atas balkon sebuah istana yang megah, seorang wanita bergaun putih dengan mahkota platina menatap ke arah tabung tersebut. Wanita itu mengenakan sarung tangan panjang berwarna putih.     

"Sang peramal tidak berbohong… Sebentar lagi, bencana akan datang…" Wanita itu tidak membuka mulutnya, namun suaranya bergema ke seluruh penjuru.     

Seorang ksatria berzirah perak muncul di belakang wanita itu. Ia bersujud dan segera angkat bicara. "Baginda Putri! Para ksatria sudah siap. Mari kita segera pergi ke tempat berlindung!"     

"Tidak apa-apa. Aku ingin melihat bagaimana bencana ini akan menghancurkan rumah kita. Akan kuingat semua yang kulihat!" Wanita itu menjawab dengan lantang. "Ayah dan ibuku menghabiskan waktu mereka untuk bergumul dalam perang politik. Tidak ada yang menyangka bahwa bencana besar akan dimulai di negaraku, Kerajaan Salib Selatan…"     

Duar!     

Langit bergetar, dan pusaran awan di langit bergerak semakin cepat.     

Shing!     

Sebuah bintang hijau membelah pusaran awan itu dan terbang ke kota.     

Shing! Shing! Shing!     

Dua bintang ungu dan satu bintang hitam menusuk awan dan terjatuh ke kota.     

Oek!     

Terdengar suara seperti tangisan bayi.     

Raksasa-raksasa berkepala seperti bayi berjalan perlahan dari tabung tersebut. Mereka berteriak-teriak dan menangis dengan ributnya. Mata mereka penuh dengan keserakahan. Mereka bahagia melihat keadaan Dunia Sungai Jiwa yang jauh lebih baik ketimbang Dunia Mimpi Buruk.     

Beberapa raksasa merunduk, mengambil setangkup lumpur, dan menciumnya.     

"Sebuah dunia yang indah, dengan lingkungan bersih! Bermainlah, anak-anakku!" Sebuah suara bergema, entah suara seorang pria atau seorang wanita.     

"Tuan Putri, kita harus pergi sekarang!" Ksatria itu terdengar sangat ketakutan.     

Sang putri menatap langit merah itu dan terdiam, sebelum akhirnya berbalik dan keluar dari balkon.     

Sebelum keluar, sang putri terdiam dan berhenti melangkah. "Di mana ayah dan adikku?"     

"Baginda Raja dan Putra Mahkota sedang bersiap-siap untuk perang," jawab ksatria itu.     

Sang putri terdiam.     

"Akan kubalaskan dendam mereka!" Ia segera berlari pergi meninggalkan balkon. Air mata menetes dan membasahi pipinya.     

**     

Makhluk-makhluk aneh penunggang kelelawar raksasa sibuk menghancurkan bangunan-bangunan perak di kota tersebut. Saat mereka menghancurkan dinding, titik-titik debu perak bertebaran ke seluruh penjuru.     

Semua bangunan-bangunan perak di kota itu hancur berantakan. Para penduduk kota berlarian di bawah, berusaha menghindari reruntuhan bangunan dan serangan para kelelawar.     

Namun, kelelawar-kelelawar hanya berputar-putar di langit dan menggigit semua penduduk hingga mereka hancur berkeping-keping.     

Hanya ada dua bagian kota yang masih berusaha melawan, sementara sisanya telah hancur dan penduduknya dibantai seperti kumpulan babi.     

Angele, dalam bintang merah kandangnya, menatap kota indah itu dihancurkan serangan para monster.     

Tanpa takut mati, para ksatria berzirah kristal menerjang maju melewati ledakan-ledakan demi menghentikan para ksatria penunggang naga, kelelawar, dan juga para raksasa. Namun, tidak ada yang sanggup menahan serangan para raksasa tersebut.     

Seperti mainan anak kecil, para raksasa menginjak ksatria-ksatria tersebut, hingga mengubah mereka menjadi tumpukan daging yang berlumuran darah.     

Di kota itu, ada banyak bangunan tinggi seperti menara. Namun, dalam satu kali serangan saja, semua menara itu hancur berantakan.     

Kota itu memiliki diameter lebih dari 3000 kilometer, sehingga terlihat seperti kue panekuk perak raksasa. Namun, seperti kerumunan semut, semua naga hitam, kelelawar hitam, dan para prajurit penjajah menghabiskan panekuk tersebut.     

Angele memegang jeruji kandangnya dan berganti arah.     

Ia merasakan tekanan aneh di dunia ini. Saat ini, kekuatannya telah berkurang menjadi seperti penyihir tingkat 2.     

Ia semakin dekat, dan kota tersebut terlihat semakin dekat pula.     

'Jangan-jangan, tekanan ini adalah efek dua dunia berbeda… Struktur tubuhku tidak terbiasa dengan aturan alam di dunia ini. Sepertinya, inilah cara setiap dunia melindungi ekosistem di dalamnya.' Angele berpikir seraya menurunkan kandangnya. Api merah membara masih menari-nari di sekitar kandang tersebut.     

Semakin berkurangnya ketinggian kandang membuat api di sekitarnya semakin berkobar.     

Semua gelombang energi di dunia ini memiliki suhu di atas seribu derajat, bahkan sebagian ketua kelompok melepaskan gelombang kuat yang mencapai lima ribu derajat. Angele mengatakan bahwa ia sedang dalam wujud tersegel. Jika mereka melihatnya terluka, mereka akan menyadari dan mengetahui kebohongannya.     

Bahkan, mungkin Eye Devil akan menangkap dan memakannya dalam sebuah pesta perjamuan.     

Bone memperlakukannya dengan baik. Namun, jika mengetahui ini, Bone akan membunuh dan mengambil tulang-tulangnya.     

Menyadari tidak ada gunanya mendekati tempat pertarungan utama, Angele memutuskan untuk pergi ke tepi kota.     

Di tepi kota itu, ada tebing-tebing yang penuh dengan rerumputan hijau. Di puncak tebing, terlihat sebuah bangunan yang berdiri sendirian.     

Melalui api yang menari-nari di sekitar kandangnya, Angele mampu melihat betapa takutnya pria-pria dalam menara tersebut. Bahkan, salah satu pria kekar berteriak dan menangis saat melihat bintang merah tersebut. Di belakang pria tersebut, terdapat dua orang anak kecil.     

"Lari!" Pria itu berteriak pada dua anak kecil tersebut.     

Karena tidak sempat untuk mengubah arah, Angele pun mendarat di dekat gedung tersebut.     

Duar!     

Bagian kiri bangunan itu hancur. Pendaratannya meninggalkan sebuah lubang besar berdiameter sekitar 30 meter. Sepertinya, pendaratan itu nyaris membunuh pria tersebut.     

Lubang itu penuh dengan api dan lahar, seperti kolam lava kecil.     

Tap!     

Angele berdiri dari kolam lava itu. Jubahnya telah hancur tak bersisa, sehingga ia benar-benar telanjang tanpa memakai sehelai pakaian pun kecuali kantong yang ia kenakan.     

Telanjang dan terendam dalam kolam lahar, ia berdiri dengan ekspresi kebingungan.      

"Di mana aku?" tanyanya dengan bahasa persatuan Dunia Sungai Jiwa. Sebelum memasuki portal, ia mempelajari bahasa dunia yang dimasukinya. Bone dan Eye Devil pun mempelajari bahasa dunia-dunia yang mereka jajah sebelumnya agar bisa berkomunikasi dengan penduduk setempat.     

Ia mengangkat tangannya dan menciptakan zirah lengkap berwarna merah gelap dari lahar.     

Setelah berpakaian, ia berjalan keluar. Lahar panas menetes dari rambut merahnya dan menciptakan lubang-lubang berasap di tanah.     

Angele menatap pria itu, pria biasa yang tinggal di Dunia Sungai Jiwa. Kulitnya terbakar di bawah terpaan panas, dan darah mengucur dari kedua telinganya. Walaupun pria itu tidak lagi bisa mendengar, ia masih berdiri dan memegang pedangnya erat-erat.     

Wush!     

Tiba-tiba, terdengar suara getaran dari langit.     

Angele mendongak. Di sana, ia melihat titik-titik cahaya hijau di sekitar gumpalan asap hitam.     

Titik-titik hijau, langit merah darah, asap yang membumbung tinggi… Tempat itu sudah sangat berantakan dan berdarah.     

"Kita, kita adalah pengikut sang dewa. Dengan kekuatannya, kita tidak akan pernah menyerah! Kita akan bertarung sampai titik darah penghabisan! Harapan memenuhi jiwa kami. Suatu hari nanti, kami akan membelah langit dengan kunci takdir, walau bumi retak, matahari berhenti bersinar…" Pria itu menggumamkan sesuatu dengan suaranya yang gontal.     

Salah satu anak lelaki di belakang pria itu memegang sebuah buku tebal erat-erat. Sepertinya, mereka hanya berani mendekati Angele karena bantuan dewa itu.     

Ukiran bertuliskan 'Kitab' terukir pada sampul buku. Angele tidak tahu harus berkata apa.     

Sesuatu yang aneh tengah terjadi. Walaupun ini adalah pertemuan pertama mereka, Angele merasakan sensasi seakan mereka bertiga mengirimkan gelombang energi pada tubuhnya. Sepertinya, ada sejenis partikel energi tidak terlihat yang menghubungkan mereka bertiga.     

Gelombang energi itu terus mengalir masuk dan menghilang dalam beberapa detik. Dalam tubuhnya, darah sang wanita kalajengking bergejolak dan menjadi semakin kuat.     

Ia mengingat saat pertama kali bertemu Eye Devil. Melihat Angele mencoba mengaktifkan signet darah wanita itu, ia menjadi ketakutan. Sepertinya, darah wanita kalajengking itu memiliki kekuatan misterius.     

Dengan energi ketiga orang asing, kekuatan darah wanita kalajengking dalam tubuhnya menjadi semakin kuat.     

Namun, saat mereka memutuskan untuk membaca kitab, gelombang-gelombang energi tersebut segera melemah.     

'Zero, analisa pergerakan mereka.'     

Angele memberi perintah.     

Titik-titik cahaya biru bersinar di dalam matanya.     

'Analisa selesai. Tubuh Anda menjadi kuat saat menyerap gelombang mental dengan rasa takut.'     

Terkejut, Angele segera memeriksa kondisi tubuhnya. Ternyata, kekuatannya benar-benar bertambah. Saat ini, tinggi wujud aslinya telah mencapai 7 meter, dan kekuatannya bertambah drastis. Untuk mendapatkan kekuatan sebanyak itu, ia hanya perlu sepuluh detik, sementara ia akan membutuhkan 1 tahun untuk mendapat peningkatan yang sama jika menggunakan metode biasanya.     

'Tunggu. Mungkin darah wanita kalajengking itu…' Angele mengingat sesuatu. 'Jangan-jangan mereka adalah anggota ras energi sihir yang dapat meningkatkan kekuatan mereka dengan perasaan…'     

'Ras energi sihir adalah ras-ras dengan kemampuan menambah kekuatan berdasarkan perasaan. Dengan menyerap perasaan intensif dan kuat, mereka mampu memperkuat diri dengan cepat. Namun, entah mengapa, ras energi sihir punah tanpa menjadi salah satu dari darah terkuat di antara seluruh dunia.     

Tang!     

Mendengar bahunya terkena pedang, pemikirannya segera terhenti.     

Pria itu terlempar setelah menyerang pundaknya, hingga menabrak dinding dan tidak bisa berdiri lagi.     

"Ayah!" Dengan ketakutan, kedua anak berlari mengejar pria itu.     

Moo!     

Terdengar suara banteng dan kepakan sayap para naga.     

"Cermin Sungai! Ha! Ada Cermin Sungai di sini!" teriak seorang ksatria dengan bahasa kuno.     

Tanpa melihat ketiga orang itu, Angele berbalik dan berlari ke arah suara tersebut.     

Setelah beberapa saat, ia berhenti di dekat dua orang ksatria bola mata yang sibuk menyerang sebuah kereta emas.     

Di sekitar kereta, terdapat dua ksatria berzirah hitam lengkap. Kedua ksatria memiliki tinggi sekitar 3 meter; masing-masing membawa perisai dan kapak raksasa.     

Saat mereka bertukar serangan dengan kedua ksatria bola mata, terdengar suara yang amat keras. Mereka mundur dengan zirah yang rusak. Darah mengucur dari lubang-lubang baju zirah mereka.     

Perlahan-lahan, Angele terbang mendekat. Baju zirah merahnya telah menjadi hitam karena lahar yang mendingin. Jika dilihat dari naga merah dan zirah merah yang dikenakan salah satu ksatria, sepertinya ksatria itu adalah seorang prajurit elit.     

Orang-orang yang bertarung segera menyadari keberadaan Angele.     

"… Pengawas!" Ksatria berzirah merah itu memanggil dengan hormat dan membungkuk.     

"Pergilah ke istana. Tidak ada harta yang berharga di tempat ini…"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.