Dunia Penyihir

Langkah Maju (Bagian 1)



Langkah Maju (Bagian 1)

0"Kau tidak bisa bergerak! Kau bisa apa, hah?" teriak Iblis Malam. Ia berusaha menenangkan dirinya.     

Wanita itu mengangkat tangan kanannya dan melepaskan cahaya merah dari lingkaran sihir yang diukir di atas tanah itu. Cahaya-cahaya merah tersebut mengepung Angele di tengah.     

Angele hanya bisa berdiri diam. Ia tidak bisa bergerak karena pengaruh lingkaran sihir gravitasi yang mengikatnya ke tanah tempatnya berdiri. Cahaya-cahaya merah itu terus menaiki tubuhnya, seperti minyak berlumpur yang hidup.     

Matanya terkena silaunya cahaya merah tersebut, sehingga ia tidak bisa melihat apa-apa. Rasanya seperti sedang dimasak dalam kubangan minyak panas.     

Cahaya biru bersinar di matanya, namun menghilang setelah beberapa detik. Ia tampak kecewa.     

"Lumayan, aku tidak menyangka bahwa kau bisa membuat jebakan seperti ini. Hebat sekali." Angele menjawab sambil senyum. "Dengan jebakan ini, kau bisa mengikat…"     

Brak!     

Sebuah tangan raksasa meninjunya dari belakang, bahkan sebelum ia sempat menyelesaikan perkataannya.     

Tangan berwarna hitam kecoklatan itu berukuran sebesar roda kereta kuda. Tangan tersebut terbuat dari campuran bebatuan dan lumpur yang dikeraskan.     

Setelah serangan tersebut, ia merasakan serangan lain, seperti ada sesuatu yang menerjangnya dengan keras. Dengan wajah cemberut, ia berbalik dan mencoba melihat arah serangan tersebut. Namun, batu itu lebih cepat dari pergerakannya.     

Brak!     

Serangan itu mendarat pada tubuhnya. Tanpa perlu berbalik, ia sudah menyadari bahwa tangan itu sudah memukulnya,     

Krak!     

Tangan batu itu hancur dan berubah kembali menjadi kepingan batu dan lumpur yang berceceran di tanah.     

Shing!     

Sebilah benang perak melesat cepat hingga tampak seperti garis putih di udara, hingga akhirnya menghilang masuk ke dalam cahaya merah tersebut.     

Setelah serangan tersebut, terdengar suara seperti suara hewan buas, diikuti oleh suara sesuatu yang berat mendarat di atas tanah.     

"Raksasa tanah?" Walaupun penglihatannya masih buram, ia dapat mendengar raungan itu, yang sama seperti raungan yang sering didengarnya dalam proses eksperimen.     

"Itu adalah raksasa tanah berkualitas tinggi. Mengapa kau membuangnya di sini?"     

Angele hanya diam, tidak menengok ke belakang.     

Ctak!     

Ia menjentikkan jarinya, menarik batu-batu berukuran besar dan membuat bebatuan tersebut melayang di udara.     

Semua bebatuan tersebut berubah menjadi kepingan tajam yang mampu menyerang dari segala penjuru.     

Cahaya putih keperakan bersinar pada ketiga luka perak di wajahnya.     

Shing! Shing! Shing!     

Seperti air hujan, kepingan-kepingan batu itu melesat cepat ke seluruh penjuru, sehingga menghasilkan gelombang kuat yang menyerang cahaya merah pengikat di kakinya.     

Ia berkonsentrasi mendengarkan setiap suara yang ada di sekitarnya.     

Di depannya, terdengar suara seperti batu yang menancap ke permukaan gunung, sementara batu di sebelah kiri dan kanannya luput dari sasaran. Saat batu itu masuk dan menyerang sungai, terdengar suara erangan kesakitan dari wanita tersebut.     

Angele tetap berdiri di tempatnya. Jarum-jarum perak muncul di sekitarnya.     

"Serang!"     

Csk! Csk! Csk!     

Terdengar suara logam yang menancap ke dalam sesuatu.     

"Sialan!" umpat Iblis Malam. Dari arah suara itu, sudah jelas bahwa ia sedang berada di belakang Angele.     

Tubuh Angele perlahan-lahan kembali menjadi ringan, cahaya merah dari lingkaran sihir di kakinya telah meredup.     

"Waktunya sudah habis, ya? Hebat, kau bisa menjebakku dalam lingkaran ini selama itu. Sepertinya, jika tubuhku tidak terlalu kuat, lingkaran ini akan bekerja lebih lama…" Angele berkomentar dengan acuh.     

Ia meregangkan tubuhnya dan berbalik.     

Cahaya merah dari lingkaran tersebut akhirnya menghilang. Tampak seorang gadis yang sedang berdiri di permukaan sungai. Tangan kanannya terluka, dengan dua lubang berdarah karena serangan jarum-jarum perak, sementara pedang di tangannya telah hancur.     

Iblis Malam menatap Angele dengan penuh kebencian. Sebuah figurin berbentuk manusia berwarna hitam berada di genggamannya, namun Angele tidak tahu apa fungsi figurin tersebut.     

"Baiklah, kau menang." Night Devil menarik nafas untuk menenangkan dirinya. "Akan kuberi kau sebuah inti lengkap, bagaimana? Atau, apa kau ingin bertarung denganku sampai mati?"     

Sambil tersenyum lembut, Angele menginjak tanah dengan kaki kanannya.     

Duar!     

Retakan-retakan berbentuk seperti sarang laba-laba muncul di atas tanah, sementara Angele sudah menghilang.     

Duar!     

Iblis Malam terlempar jauh, melayang di udara, dan mendarat di lereng gunung dengan kerasnya. Seketika, sosok Angele muncul di depannya.     

Ia terus menghajar wanita itu hingga masuk ke dalam gunung. Bebatuan-bebatuan di tebing sekitar pun hancur. Namun, semua serangan itu tertangkis pelindung Angele.     

"Ha?" Ia menatap Iblis Malam. Ia tampak kebingungan. "Pelindung yang kuat." Walau terkena serangan yang kuat, wanita itu tidak terluka sama sekali.     

Iblis Malam hanya tertawa seraya melambaikan tangan kanannya.     

Duar!     

Api hijau muncul di udara dan meledak, sehingga mencipratkan bara hijau dan melemparkan Angele ke belakang. Akhirnya, Angele mundur sepuluh langkah agar tidak terjatuh.     

Ia menggeleng dan menatap wanita di depannya. Kepalanya terasa sedikit pusing. Sampai sekarang, wanita itu masih tidak terluka.     

"Alat sihir khusus bertahan, ya? Mengapa kau tidak mengaktifkannya dari tadi?" tanya Angele.     

"Aku ingin melihat kekuatanku. Sudah kubilang, kau tidak akan bisa menyakitiku sekarang. Sesuai janji, akan kuberikan satu inti untukmu, sebagai tanda bahwa aku telah kalah. Kau tidak akan bisa menghentikanku," kata Night Devil dengan dingin.     

Angele tersenyum lembut.     

"Percaya atau tidak, jika aku ingin menggunakan kekuatan asliku, pelindung-mu tidak akan bisa menghentikanku."     

Iblis Malam memicingkan matanya. Ia merasakan adanya gelombang energi aneh di sekitar tubuh Angele.     

"Inilah inti yang kujanjikan." Wanita itu melemparkan sebuah manik-manik kristal kecil ke udara. Matanya terfokus pada Angele. Kemudian, ia menghilang dalam kegelapan. Wanita itu tidak ingin melawannya. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi jika pertarungan tersebut terus berlanjut.     

Angele maju selangkah dan menangkap manik-manik itu. Kecepatan refleks-nya sangat tinggi, karena kekuatannya juga tinggi. Walaupun Iblis Malam memiliki kekuatan serangan yang lemah ketimbang Burung Petir, lingkaran sihir jebakan itu tetap membuatnya kagum.     

Jika penyihir biasa terjebak dalam lingkaran itu, mereka pasti tidak akan bisa bergerak, dan Iblis Malam akan menang saat penyihir yang terjebak itu kehabisan energi untuk menjaga medan pelindung mereka. Namun, wanita itu tidak bisa melukai Angele.     

Figurin hitam itu adalah senjata pamungkasnya, namun wanita itu memutuskan untuk tidak mengaktifkan kekuatan penuh benda tersebut. Ia tidak ingin penyihir lain ikut menyerangnya bertubi-tubi. Untuk menyelamatkan diri, wanita itu memberikan satu inti dan segera kabur.     

Sekarang, Angele memiliki dua inti utuh, dan satu inti yang terbentuk dari kepingan-kepingan yang ada.     

Saat ia mengangkat tangannya, tiga manik-manik kristal hitam berukuran bola mata melayang dan berputar-putar.     

"Tiga inti lengkap… Tapi, mereka tidak bilang bahwa aku bisa pergi hanya dengan mengumpulkan inti-inti ini…" Angele menatap langit.     

Gumpalan awan putih bergerak perlahan di atas langit biru, persis seperti langit di dunia sana. Jika saja pengumuman itu tidak menuliskan apa-apa, mungkin ia tidak akan percaya bahwa tempat ini adalah Retakan Dunia.     

Ia mengangkat tangan kirinya dan menatap cincin kecubung pada jari tengahnya itu.     

Di tengah pola mata, terdapat sebuah pusaran hitam yang berputar perlahan.     

Angele menatap bagian tengah pusaran itu. Terlihat pergerakan ketiga inti kecil di tangannya itu. Daerah di sekitar ketiga inti terlihat sedikit buram, berbeda dengan keadaan tempat lainnya.     

Daerah buram itu menutupi tubuh Angele, namun tidak cukup untuk menutupi lebih dari satu orang.     

'Jadi, inilah guna inti-inti tersebut… Saat Retakan Dunia ini hancur, medan gaya di sekitar ketiga inti akan mengantarku pada koordinat teleportasi, sehingga aku akan aman,' tebaknya. 'Sekarang, aku hanya perlu mencari tempat yang aman dan menunggu kehancuran itu…'     

Ia melihat sekelilingnya, kemudian berjalan mendekati bukit dan memanjat naik.     

Dalam beberapa menit, ia sampai ke puncak bukit dan melambaikan tangan kanannya untuk membuat tanah kosong di sana. Kemudian, ia duduk bersila dan menunggu waktu selesainya kompetisi tersebut.     

Di sekitar tebing, terdapat sekitar 20 gelombang energi berbeda; semuanya berasal dari penonton pertarungan antara dirinya dan Iblis Malam. Mereka mencoba menyerang petarung yang kalah, namun mereka berdua tidak terluka parah.     

Hasil pertarungan antar penyihir biasanya tergantung pada sihir instan, mantra pasif, benda sihir, atau alat sihir. Pertarungan seperti itu akan berakhir dalam hitungan menit.     

Perbedaan kekuatan antara Angele dan Iblis Malam sudah sangat jelas. Walaupun Angele berjalan masuk dan terkena jebakan, Iblis Malam gagal melukai seorang penyihir yang tidak bisa bergerak. Itulah alasan mengapa Iblis Malam menerima kekalahan tanpa mengaktifkan alat sihirnya secara penuh.     

Ia duduk di atas tebing. Waktu berlalu tanpa terasa.     

Hari mulai malam, sehingga tempat itu menjadi semakin gelap. Jarak pandang tempat itu menjadi sangat minim.     

Dalam langit malam, terlihat jelas retakan-retakan berwarna hitam, seperti retakan pada kanvas yang indah. Retakan gelap itu jauh lebih gelap ketimbang langit malam, seperti gerbang menuju sebuah kegelapan abadi.     

Udara mulai naik dan menghilang dari Retakan Dunia yang semakin dekat dengan ambang kehancuran.     

Angele duduk di atas tanah, dilindungi oleh medan pelindung ketiga inti. Ketiga inti tersebut mengirimkan udara segar, sehingga ia masih bisa bernafas.     

Tiba-tiba, ia membuka mata. Pergerakan udara sepertinya berubah. Ia menatap retakan-retakan gelap pada langit malam itu.     

Duar!     

Terdengar suara ledakan dari tebing seberang. Seketika, muncul seekor ular raksasa transparan, ditemani oleh kabut putih yang menutupi langit. Ular itu mendongak, menatap langit, dan meraung-raung.     

Ular sepanjang 10 meter itu perlahan-lahan melilit tebing-tebing di sekitarnya.     

Di samping ular tersebut, terlihat seorang pria berjubah putih-emas beterbangan dan melepaskan asap hitam dari tangannya. Asap-asap hitam itu berubah menjadi bayangan seperti manusia, kemudian melukai ular tersebut.     

Setiap kali bayangan itu mengenai tubuh si ular, ular tersebut akan bergerak-gerak dan meraung kesakitan, sementara pria tersebut menghindari serangan balik ular itu dengan mudah.     

Dalam beberapa menit, ular itu terjatuh ke tanah, sehingga mencipratkan air sungai dan lumpur ke mana-mana.     

Angele menunduk dan berhenti menatap pertarungan itu. Walaupun pertarungan itu terlihat sulit, serangan mereka lebih lemah dari 100 derajat. Jika ia melawan mereka, pertarungan itu akan sangat mudah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.