Dunia Penyihir

Peri (Bagian 2)



Peri (Bagian 2)

0Saat melihat naga itu, ekspresi wanita yang sedari tadi mencoba menggapai Angele berubah kecewa. Ia terdiam sebentar, sebelum akhirnya memutuskan untuk melompat ke punggung naga itu.     

Naga ungu, banshee yang mengerikan, dan sebuah teras yang penuh dengan mawar hitam – ketiganya membuat tempat itu terasa misterius.     

Saat naga itu mengepakkan sayapnya, kelopak mawar-mawar hitam di teras berhamburan ke mana-mana. Kedua sosok itu semakin jauh dan menghilang dalam langit kelabu hingga terlihat seperti titik hitam.     

"Bagus, sepertinya dia harus pergi," kata Henn. Suaranya terdengar lega. "Hanya penyihir di atas tingkat 4 yang bisa menjinakkan naga. Jika gerbang ini stabil, kau pasti sudah mati karena terkena nafas api naga itu sesaat setelah memasuki teras."     

"Tapi, seharusnya pelindung dunia ini memisahkan dirimu dengan wanita itu, sehingga ia tidak akan mendeteksi keberadaanmu. Jika kau punya darah kuno makhluk yang berkekuatan ilusi, ceritanya akan berbeda… Tunggu, jangan-jangan kau…" Henn mulai curiga.     

"Yah, apa ada sesuatu yang berharga di sini? Ini adalah portal menuju dunia peri, kan?" Angele memutuskan untuk segera mengubah topik pembicaraan mereka. Ia berdiri dan menatap dinding yang retak di belakangnya.     

"Aku yakin bahwa kau pasti akan menemukan sesuatu yang berharga di sini, tapi selain itu… sekarang kau berlatih menggunakan Lautan Pusat Api?" tanya Henn. Ia sedikit terkejut. "Jadi, Topeng Sayap Hitam benar-benar tidak sesuai dengan gaya berlatihmu…"     

"Gaya berlatih? Jangan katakan bahwa kau tahu dari awal ini akan terjadi." Angele memicingkan matanya.     

"Topeng Sayap Hitam sangatlah kuat, tapi setiap tahapnya sangat sulit untuk dikuasai. Jika kau bisa menyelesaikan tingkat-tingkat awal, aku akan memberimu bagian selanjutnya agar kau bisa menjadi Penguasa Bayangan kedua dalam sejarah. Sayangnya, kau tidak cukup berbakat." Henn menghela nafas. "Yah, sekarang kita harus segera pergi. Kau harus menguasai dan mengukir lingkaran sihir agar kau bisa naik ke tahap selanjutnya. Dengan bantuan sumber api yang kuat, kau akan mampu berkembang dengan cepat. Sepertinya, tahap ketiga tergolong mudah, tapi tahap keempat dan kelima tidak bisa dipercepat. Kau tidak perlu banyak potensi sihir untuk berlatih menggunakan Lautan Pusat Api, tapi kau harus berdedikasi dan terus bekerja keras."     

"Sumber api yang kuat, ya?" Angele menatap naga itu menghilang dari langit, sebelum memegang tangan Lyn. Bersama-sama, mereka segera kembali ke teras yang penuh bunga-bunga mawar hitam itu.     

"Itu bukan bunga mawar hitam biasa. Kau hanya bisa menemukan bunga-bunga itu di dalam gerbang menuju dunia lain. Coba sulut bunga itu." Henn menjelaskan.     

Angele mengangguk dan menyentuh sekelompok mawar hitam dengan ujung pedangnya yang membara.     

Seketika, bunga-bunga tersebut tersulut api. Suhunya sangat tinggi hingga Angele harus mundur beberapa langkah. Walaupun tidak ada angin di tempat ini, api pada bunga itu terus bergerak ke arahnya.     

"Akan kuajarkan teknik untuk membawa banyak bunga-bunga itu kembali. Kau bisa menggabungkan teknik ini dengan Sihir Logam-mu." Setelah Henn selesai berbicara, ia memberikan informasi ke dalam otak Angele.     

'Informasi tak diketahui terdeteksi. Terima?' Suara Zero bergema dalam telinganya.     

'Iya,' jawab Angele.     

Tidak lama kemudian, Angele mendapatkan informasi tentang teknik tersebut.     

Setelah membaca informasi tersebut, ia menutup mata. Pedang di tangannya meleleh dan berubah menjadi bola logam cair.     

Saat Angele mengangkat tangannya, bola itu meledak dan mencipratkan logam cair pada seluruh teras tersebut.     

Dalam beberapa detik, semua bunga hitam dalam teras tersebut dipenuhi oleh cairan perak.     

"Kemarilah." Angele mengayunkan tangan kanannya.     

Wush!     

Angin sejuk bertiup ke arah tangannya, hingga semua mawar itu mulai bergerak ke arah telapak tangannya.     

Lautan kelopak mawar hitam itu terserap ke dalam tangan Angele, tepat ke arah medan gaya yang berbentuk aneh, dan menyatu menjadi bola logam yang melayang di atas telapak tangannya.     

Dalam beberapa menit, semua kelopak di sana telah terserap, sehingga bola logam perak itu berubah menjadi hitam.     

"Baiklah, mari kita pergi sekarang. Jika kau berlama-lama di sini, medan pelindung dunia ini akan membuatmu terluka permanen." Henn mengingatkan.     

"Iya, iya. Aku masih harus datang ke pesta perjamuan itu." Angele menatap bola logam itu selama beberapa saat, sebelum memasukkan bola itu ke dalam kantongnya.     

"Tapi, aku masih belum puas. Aku berharap akan mendapatkan berkat dari peri-peri elemen." Angele menggeleng dan menghela nafas."     

"Bawa ketiga remaja itu bersamamu. Mereka bertahan hidup di Taman Spiral, dan mereka bisa jadi kelinci percobaan." Henn menyarankan.     

Semua kejadian itu membuatnya melupakan pewaris ketiga keluarga. Ia berjalan mendekati air mancur di tengah dan melihat ketiga remaja itu masih tertidur di dalam air pelangi.     

Saat Angele mendekat, air pelangi itu berubah menjadi gelombang energi transparan.     

Air itu menghilang. Tidak lama kemudian, air mancur itu kembali ke wujud aslinya.     

Angele menunjuk ketiga remaja itu.     

Shing!     

Ia mengikat ketiga remaja itu dengan benang logam dan mengangkat mereka dengan bantuan medan gaya.     

"Tunggu!" Henn berteriak saat Angele nyaris meninggalkan teras itu.     

"Periksa puncak air mancur itu dengan tanganmu."     

"Puncak?"     

Angele berjalan ke arah air mancur itu dan menciptakan tangga menggunakan sihir logam-nya.     

Setelah memanjat tangga, ia menyentuh puncak air mancur dengan tangannya.     

Puncak air mancur itu terasa dingin dan keras. Setelah ia meraba-raba, ia menemukan sesuatu bertekstur hangat dan halus.     

Tap!     

Dengan hati-hati, ia mengambil benda itu.     

Benda itu adalah kubus yang terbuat dari batu giok berwarna putih.     

Ia membuka kotak itu, namun tidak ada apa-apa di dalamnya. Ia hanya mampu melihat lubang gelap yang tak berujung.     

Angele memicingkan matanya seraya melepaskan seutas benang logam tipis melalui jari telunjuknya.     

Shing!     

Benang itu terus bertambah panjang.     

Kotak itu sangat kecil, namun benangnya tidak dapat mencapai ujung lubang hitam itu, seakan-akan kotak kecil itu adalah pintu masuk menuju dunia lain.     

"Jangan dicoba, ini adalah kotak dunia bawah, yang menyegel konsep keabadian. Sepanjang apa pun benangmu, kau tidak akan menemukan akhir kotak itu." Henn menjelaskan.     

"Konsep?"     

"Lupakan saja. Konsep adalah pengetahuan yang bisa kau dapatkan di Dunia Chaos. Ingatlah, kau akan membutuhkan pengetahuan itu suatu hari nanti. Mari kita pergi sekarang."     

Angele mengangguk dan mengembalikan benang perak itu ke dalam jari telunjuknya.     

Setelah menutup kotak, ia kembali ke pintu masuk membawa keempat sosok yang tertidur itu.     

**     

Cahaya putih bersinar terang hingga menghalangi pandangan semua orang di sana.     

Angele, bersama dengan keempat sosok yang di bawahnya, muncul kembali di puncak gunung.     

Beberapa orang sedang duduk di sekitar api unggun.     

Liv sedang memeriksa keadaan sekitarnya dari balik semak-semak.     

Hakeem sedang berbincang-bincang dengan kepala Keluarga Philip. Pria itu sesekali melihat dada wanita itu, namun tampak jelas bahwa kepala Keluarga Philip tidak tertarik padanya.     

Anggota kedua keluarga lainnya menunggu dengan tenang pada perkemahan masing-masing,     

"Mereka sudah keluar!"     

"Iya! Cepat sekali!" Saat Angele keluar, orang-orang mulai berteriak.     

Hakeem, Liv, dan para Penjaga segera berlari mendekat.     

"Ini bukanlah taman rahasia para peri elemen, tapi Taman Spiral. Jika kalian mau masuk, gunakan saja gerbang itu. Aku tidak tahu bagaimana anak-anak ini bisa menipu kita dengan menggunakan wujud Foreseer atau apalah itu," kata Angele dengan raut wajah kecewa.     

"Taman Spiral?" Saat mendengar nama itu, ekspresi Liv berubah serius. "Aku harus melapor pada Master Vivian sekarang."     

"Pergilah, aku harus mendatangi pesta perjamuan di dekat sini." Angele tahu apa yang terjadi jika gerbang itu menjadi stabil. "Jangan khawatir, gerbang itu tidak akan stabil sampai kira-kira seratus atau dua ratus tahun lagi."     

"Baiklah, akan kulihat." Liv mengangguk dan berjalan mendekati gerbang itu.     

"Silakan, aura hipnotis tempat itu sudah menghilang."     

"Kami juga mau melihat taman itu."     

Beberapa anggota ketiga keluarga masuk ke gerbang bersama Liv. Sepertinya, mereka tidak tahu apa pun tentang Taman Spiral.     

Angele mengembalikan ketiga remaja yang tertidur itu kepada orangtua mereka masing-masing.     

Perlahan-lahan, Lyn terbangun. Ia mengusap dahinya. Terlihat jelas bahwa ia masih kesulitan bangun.     

"Maafkan aku, aku telah mengecewakan Anda…" Lyn menggigit bibirnya dan berkata dengan lirih.     

"Tidak apa-apa. Situasinya sangat rumit." Angele mengangguk perlahan. "Mari kita langsung pergi ke Kota Rofo."     

Tiba-tiba, suara Henn bergema dalam telinganya.     

"Setelah pesta, kembalilah ke rumah. Kau akan kuajari cara menggabungkan kotak berisi konsep keabadian dengan kotak sang ratu yang kau dapatkan beberapa waktu lalu. Kedua kotak itu akan membantumu membangun lingkaran sihir yang dapat diaktifkan dengan partikel energi. Lingkaran ini sangat cocok dengan Lautan Pusat Api. Masukkan bahan-bahan sebagai bahan bakar, dan lingkaran dari kedua kotak itu akan mengubah bahan bakar tersebut menjadi kekuatan mental. Kelopak bunga-bunga hitam itu adalah salah satu bahan terbaik untuk proses ini. Dengan bantuan lingkaran ini, kau bisa menyelesaikan tahap ketiga dengan mudah."     

Henn terdiam sejenak, kemudian ia kembali menjelaskan. "Sebenarnya, semua benda yang tidak berasal dari dunia ini bisa digunakan sebagai bahan bakar. Api dari bahan spesial, terutama darah kuno, akan sangat membantumu. Tidak akan ada risiko atau ketidakmurnian dalam proses ini. Jika kau bisa, carilah makhluk-makhluk berdarah kuno dan ekstrak darah mereka."     

"Ha?" Angele terdiam sesaat. "Membakar darah kuno dapat membantuku menyelesaikan tahap-tahap Lautan Pusat Api?"     

"Iya, mari kujelaskan dengan cara lain. Kau berlatih dengan teknik ini karena kau ingin menjadi makhluk terkuat di dunia ini, kan? Darah-darah kuno yang kuat akan membantumu menjadi yang terkuat."     

Angele mengangguk sesaat, namun ia tidak mengatakan apa-apa.     

Ia berjalan menuruni gunung dan mengaktifkan patung kalajengking-nya.     

Angele mengambil sebuah tabung kaca berisi cairan ungu dan membakarnya dengan menjentikkan jarinya. Cairan di dalam tabung itu terbakar, dan apinya terserap ke dalam tubuhnya melalui punggung tangannya.     

Rasanya sangat nyaman dan menyegarkan.     

Angele berbalik, dan melihat kelompoknya sudah mengejar. Ia segera mematikan api itu dan memasukkan tabung kaca kembali ke kantongnya.     

'Esensi kehidupan tak dikenal telah terserap. Kekuatan mental meningkat…' lapor Zero.     

'Ternyata benar…' Angele sangat puas dengan hasil tersebut.     

Ada banyak kumbang hitam di Dunia Mimpi Buruk. Semua proses ini akan menjadi praktis jika ia bisa menggunakan makhluk itu sebagai bahan bakar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.