Dunia Penyihir

Dunia Baru (Bagian 1)



Dunia Baru (Bagian 1)

Dua jam kemudian…     

Sebuah bola api berwarna merah keluar dari dalam badai pasir di depan karavan. Angele kembali membentuk tubuhnya di samping seekor kerbau.      

Tepat saat Angele kembali ke karavan, pintu kereta terbuka dan memperlihatkan wajah Fir.     

"Master Green, bagaimana keadaannya?"     

Angele tersenyum dan mengangguk. "Aku sudah menemukan pintu masuk yang kucari. Katakan pada semua orang bahwa lorong itu jarang muncul dan tidak akan bertahan lama, sehingga kita harus berjalan melewatinya sesegera mungkin."     

"Baiklah, akan kuberitahu para tetua. Mereka duduk di kereta yang berbeda dengan kereta saudara-saudara mereka, sehingga kita hanya perlu memberitahu mereka tentang situasinya." Fir bernafas lega.     

Angele melompat masuk ke dalam kereta dan menutup pintu. Pintu kereta itu dilindungi dengan sihir penghalang angin, sehingga mereka tidak perlu khawatir dengan badai pasir yang terus bergulung-gulung di luar sana. Bagian dalam kereta sangatlah hening. Ia masih bisa melihat badai di luar sana melalui jendela.     

Ia duduk di samping jendela dan mengambil segelas wine buah dari atas meja. Wine yang terasa sedikit pedas itu menghangatkan tubuhnya dengan cepat.     

Fir menurunkan tangan kirinya dan mengangguk. Sepertinya, ia sudah selesai mengirimkan pesan.     

"Kalau begitu, mari kita melanjutkan perjalanan." Angele mengetuk meja dengan jarinya.     

Moo!     

Perlahan-lahan, kerbau itu mulai menarik kereta itu.     

Karavan mereka berjalan dengan kecepatan penuh selama beberapa jam dan masuk melewati lorong yang dibuka Angele.     

Tiba-tiba, setelah karavan mereka masuk ke dalam lorong, tempat itu menjadi hening. Tidak lagi terdengar suara deru angin ataupun badai pasir di luar.     

Semua kereta yang dihubungkan dengan sebuah rantai berwarna hijau berjalan melewati lorong dengan kecepatan penuh.     

"Jadi, inikah jalan rahasia yang kau bicarakan?" Fir melihat keluar jendela dengan ekspresi terkejut.     

"Benar… Aku tidak sengaja menemukan jalan ini." Angele menjawab dengan tenang.     

Angele mengintip keluar melalui jendela tertutup. Ia melihat bahwa kereta itu dikelilingi oleh awan-awan berwarna kelabu.     

Semakin dalam mereka pergi, awan itu menjadi semakin gelap. Karavan itu seolah berjalan melintasi lorong yang terbuat dari awan.     

Awan-awan gelap itu bergulung-gulung di sekitar karavan, namun tidak ada yang masuk ke dalam lorong sama sekali.     

Mereka berjalan selama sekitar sepuluh jam.     

Tiba-tiba, Angele mengambil sebuah cangkir kayu dari meja dan melemparkannya ke luar jendela.     

Shing!     

Cangkir itu menyentuh awan gelap itu dan menghilang di dalamnya, namun tidak ada yang terjadi.     

"Informasikan kereta-kereta lainnya bahwa kita sudah berada di dalam tornado. Ingatkan mereka untuk tidak menyentuh awan-awan di luar, jika tidak, mereka akan menghilang dalam angin tersebut." Angele berkata dengan suara berat.     

Penyihir berjubah putih, Fir, mengangguk. Sebagai penyihir yang sudah menguasai teknik komunikasi, ia masih bisa menghubungi penyihir-penyihir lain walaupun pergerakan gelombang energi komunikasi terhalang oleh energi dari pusaran angin di luar. Bahkan, penguasaannya akan teknik komunikasi jauh lebih baik ketimbang Angele. Dalam situasi seperti ini, kemampuan itu sangatlah membantu, sehingga tidak ada yang perlu meninggalkan kereta untuk berkomunikasi.     

Wanita itu mengetuk meja dengan jari-jemarinya dan melepaskan beberapa gelombang energi berwarna putih. Dalam beberapa menit, proses komunikasi telah selesai.     

"Terus maju dan tingkatkan kecepatan!" perintah Angele.     

Perlahan-lahan, kecepatan karavan semakin meningkat. Suara perputaran roda dari kereta-kereta itu terdengar semakin keras.     

**     

Vivian duduk di dekat jendela sambil memandang awan-awan gelap yang bergulung-gulung di luar.     

"Aku bisa merasakan kekuatan besar di sekitar kita. Jika gelombang-gelombang energi itu meledak, seluruh karavan ini bisa hancur dengan mudahnya," kata Vivian dengan ekspresi serius. "Aku ingin tahu bagaimana Green menemukan jalan rahasia ini."     

"Aku tidak tahu, tapi aku percaya padanya." Tetua Pertama memegang sebuah pin berbentuk wajik di tangannya.     

"Tanpa lorong ini, kita nyaris tidak mungkin bisa bertahan dalam badai pasir di luar. Gelombang-gelombang energi dari tornado ini memiliki kekuatan yang sama dengan sihir penyerang yang dikeluarkan seorang penyihir tingkat 2. Selombang itu berdatangan dari segala arah. Mungkin aku bisa bertahan di luar selama satu jam pasir. Bahkan, tiga penyihir agung tidak menemukan jalan rahasia seperti ini, sehingga mereka gagal mengetahui apa yang ada di dalam tornado ini." Tetua Pertama berkata dengan lirih.     

"Kau benar." Vivian mengangguk. "Aku ingin tahu sepanjang apa lorong ini sebenarnya. Pastikan bahwa tidak ada yang keluar dari kereta. Kereta-kereta di sini dilindungi oleh sihir-sihir pertahanan, sehingga akan tetap kokoh walaupun terjadi peristiwa yang tak diinginkan. Selain itu, perhatikan rantai-rantai di luar. Akan sangat berbahaya jika rantai itu putus."     

Seorang penyihir berjubah putih di samping Vivian mengangguk seraya mengirimkan pesan pada kereta-kereta lainnya. Gelombang-gelombang energi penyihir itu tampak identik dengan gelombang energi Fir.     

"Tetua Kedua berkata bahwa rantai penghubung setiap kereta telah diperkuat. Kita tidak perlu khawatir."     

"Bagus kalau begitu." Vivian mengangguk. "Tetaplah waspada. Walaupun Green berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja, kita tetap harus berhati-hati."     

Sosok berjubah putih itu mengangguk.     

**     

Kereta-kereta yang terhubung dengan rantai hijau itu berjalan melewati lorong dengan kecepatan penuh. Jalan di depan sangatlah gelap. Satu-satunya sumber cahaya di sana adalah cahaya hijau dari sekitar kereta.     

Waktu terus berjalan. Tidak ada yang tahu berapa lama mereka telah berjalan. Akhirnya, warna awan berubah dari hitam menjadi abu-abu muda.     

Suara angin tidak terdengar sekeras sebelumnya.     

Di kereta pertama…     

Fir tampak terkejut. "Apa kita sudah sampai di seberang?"     

"Masih belum." Angele menggeleng. "Sekarang, kita akan memasuki ujung lorong. Area di depan sana adalah area tornado berbadai pasir, tapi kita sudah keluar dari bagian yang berbahaya. Angin itu tidak terlalu menakutkan."     

"Baguslah kalau begitu." Fir segera mengirimkan pesan pada kereta-kereta di belakang mereka.     

Setelah pesan terkirim, Angele mendengar suara sorak-sorai dari penumpang kereta-kereta lainnya.     

"Kuharap semuanya berjalan sesuai rencana." Fir bernafas lega.     

"Jangan khawatir, semuanya akan berjalan sesuai rencana," potong Angele. "Jalan rahasia ini membantuku bertahan hidup selama perang berlangsung. Tanpa jalan ini, aku pasti sudah mati sekarang."     

"Kalau itu benar, kau sangat beruntung," gurau Fir.     

"Aku selalu beruntung."     

Kecepatan kereta-kereta tersebut semakin tinggi saat mereka keluar dari lorong, dan akhirnya masuk ke dalam badai pasir tak berujung.     

Pasir-pasir dan deru angin kuat menghantam kereta-kereta mereka dengan kerasnya.     

Saat meninggalkan lorong, Angele merasakan keberadaan gelombang-gelombang energi yang jahat di belakang mereka.     

Gelombang energi tersebut memiliki kekuatan yang setara dengan penyihir tingkat 6, namun semua itu sulit terdeteksi. Makhluk yang melepaskan energi tersebut bersembunyi dalam kegelapan. Sepertinya, ia bersiap-siap untuk mencari waktu yang tepat untuk menyerang karavan.     

Ekspresi Angele berubah dingin, dan cahaya merah bersinar di sekitar matanya. Ia melepaskan asap hitam dari telinga kanannya. Asap itu bergerak keluar melewati jendela dan melesat cepat menuju sumber gelombang energi jahat itu.     

Grr!     

Medan gaya asap itu sangatlah kuat, hingga monster yang bersembunyi dalam badai pasir itu kesulitan bertahan melawan tekanannya.     

Monster itu tampak seperti seekor anjing setinggi lebih dari 10 meter dan memiliki tiga mata. Seekor kalajengking yang terbentuk dari gumpalan asap meraung-raung di atas kepala monster itu.     

"Jika kau berani mendekat, akan kumakan kau!" Kalajengking itu melepaskan gelombang-gelombang energi yang mengerikan, hingga makhluk itu nyaris tidak bisa bergerak di bawah tekanannya.     

Monster itu gemetar dan perlahan-lahan pergi. Ketiga matanya tertutup dan mengucurkan darah. Akhirnya, makhluk itu meninggalkan jarak efektif gelombang energi Angele, berbalik, dan menghilang ke dalam badai pasir.     

Kalajengking asap itu ikut menghilang dan kembali ke dalam telinga Angele.     

"Para tetua mengatakan bahwa mereka mendengar sesuatu." Tiba-tiba, Fir angkat bicara.     

Angele tersenyum dan menjelaskan. "Jangan khawatir, itu adalah hal biasa di sini. Terakhir kali aku datang kemari, aku juga mendengar suara aneh."     

"Baiklah, aku akan mengirimkan pesan pada para tetua." Fir mengangguk.     

**     

Tiga hari kemudian.     

Saat ia merasakan badai pasir di luar semakin melemah, Angele menyunggingkan senyuman puas.     

Suara roda kereta-kereta mereka bercampur dengan suara angin, namun deru angin di luar tidak terdengar sekeras sebelumnya.     

Angele berdiri dan membuka jendela.     

Cahaya emas hangat muncul di depan kereta tersebut.     

"Cahaya matahari!" Fir terbangun dari meditasi-nya. Setelah melihat cahaya emas di luar, ia bernafas lega.     

"Akhirnya kita sampai!"     

"Kau benar, kita sudah bebas!" Angele mengangguk.     

Moo!     

Kerbau di luar melenguh. Sepertinya makhluk itu menyadari bahwa di depannya ada tempat yang hangat dan aman. Kerbau itu mulai berlari, dan kecepatannya perlahan-lahan meningkat.     

Drr!     

Kereta mereka terasa seperti melewati pelindung energi.     

Suara-suara yang mengganggu mereka selama berminggu-minggu akhirnya menghilang. Tidak lagi terdengar suara dari roda kereta ataupun deru angin. Angele mendengar suara kicau burung dari tempat yang damai itu.     

Cahaya emas di depan Angele semakin terang.     

Ia sedikit memicingkan matanya selama beberapa saat untuk membiasakan matanya pada cahaya tersebut.     

Di depan karavan, terdapat sebuah tanah kosong yang diselimuti dengan rerumputan hijau. Ada bukit-bukit kecil di tempat tersebut. Tempat itu terlihat seperti sebuah selimut lebar yang lembut.     

Padang rumput itu sangat luas, hingga tidak terlihat ujungnya. Bunga-bunga putih tumbuh di antara rerumputan tersebut. Aroma bunga-bunga dan rumput bercampur menjadi satu di udara.     

Perlahan-lahan, karavan mereka berhenti. Angele melompat turun dari kereta dan mengusap tanah tempat tersebut.     

Tekstur lumpur di sana terasa hangat dan basah. Saat ia menyentuh tanah, beberapa ekor semut bergerak naik memanjati tangannya. Selain itu, ia juga merasakan batu-batu kecil dalam lumpur tersebut.     

Saat Angele menyentuh lumpur itu, jari-jemarinya berubah menjadi coklat. Ia memasukkan jari-jari itu ke dalam mulutnya. Entah mengapa, lumpur itu terasa amis dan pahit.     

'Membandingkan tanah… Kandungan energi lebih rendah dari rata-rata… Kandungan energi pada tanah di benua tengah 24 kali lebih kuat.' Barisan-barisan informasi muncul di depan mata Angele.     

'Pria itu tidak berbohong. Tanah di sini buruk sekali…' Angele berdiri dan melihat sekelilingnya. Ia tampak terkejut setelah melihat sesuatu.     

Di sisi kanan padang tersebut, terlihat sebuah timbangan raksasa berwarna kelabu yang berdiri di atas tanah.     

Timbangan itu berukuran lebih dari 3000 meter, sehingga terlihat seperti gunung yang puncaknya tertutup awan. Beberapa ekor burung putih berputar-putar di sekitar timbangan tersebut.     

"Wow…"     

Ada semakin banyak orang yang turun dari kereta. Semuanya terkejut setelah melihat timbangan di kejauhan. Pemandangan itu sangatlah aneh, hingga tidak ada yang tahu harus berkata apa.     

"Siapa yang membangun timbangan sebesar ini tanpa alasan?" tanya Tetua Pertama. Tetua Kedua dan Vivian berdiri di sampingnya. Mereka juga terdiam setelah melihat timbangan tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.