Dunia Penyihir

Eksplorasi (2)



Eksplorasi (2)

0Dinding itu tampak tak berujung dan melepaskan cahaya tipis berwarna putih. Melalui cahaya itu, Angele dapat melihat tornado berwarna gelap yang terus berputar di balik dinding tersebut.     

Angele melihat sekelilingnya. Ia sedang berdiri di depan dinding tersebut, dan merasakan bahwa angin di dekat dinding itu lebih lemah dibandingkan angin di tempat lainnya. Oleh karena itu, Angele bisa melihat daerah di sekitarnya dengan lebih mudah.     

Dinding itu memiliki tinggi sekitar 5 meter, dan Angele tidak bisa melihat ujungnya. Ia hanya bisa mendengar suara aneh yang dihasilkan dari tornado tersebut. Suaranya terdengar seperti seperti batu yang berguling-guling.     

Setelah Angele memeriksa keadaan sekitar, satu-satunya benda yang menarik perhatiannya di sana adalah dinding itu.     

Dengan rencana yang tersimpan dalam pikirannya, ia mulai pergi ke sisi kiri dinding. Setelah berjalan selama beberapa menit, sebuah bangunan besar berwarna hitam yang dibangun di dalam dinding akhirnya tampak. Bangunan itu berbentuk seperti sebuah gerbang besar dengan jalan berubin di depannya.     

Angele berhenti di depan gerbang itu dan melihat dua patung elang yang berdiri pada kedua sisi gerbang. Setiap patung memiliki tinggi lebih dari 2 meter, dengan tubuh berwarna ungu dan penuh dengan lubang-lubang kecil.     

Ia menyentuh permukaan patung tersebut. Teksturnya terasa halus dan dingin. Patung tersebut terbuat dari sebuah bahan keras, yang mungkin sama dengan bahan yang digunakan untuk melapisi jalan tersebut.     

Angele berjalan maju dan memandang gerbang melengkung tersebut. Di puncak gerbang, ada tiga duri yang melepaskan cahaya putih. Cahaya dari duri tersebut jauh lebih terang ketimbang cahaya di tempat lainnya.     

Selain itu, terlihat empat jendela berbentuk simetris pada permukaan bangunan itu. Dari keempat jendela tersebut, terlihat cahaya yang berkedip-kedip di dalam bangunan itu.     

Ekspresi Angele berubah.     

'Tempat ini memiliki penjaga?'     

Ia memasuki gerbang dan tiba di depan sebuah lorong gelap.     

Ujung lorong itu tertutup. Di depan, Angele melihat sebuah pancuran dengan patung duyung yang memegang vas berwarna perak. Namun, pancuran tersebut kering dan tidak mengucurkan air.     

Pada kedua sisi lorong tersebut, terdapat sebuah gerbang berwarna hitam yang terbuat dari batu. Angele melihat ukiran berbentuk pola matahari dan bulan pada bagian permukaan kedua gerbang itu.     

Anehnya, ia mendengar suara nyanyian dan alunan harpa dari dalam gerbang tersebut.     

Suara nyanyian tersebut terdengar seperti suara seorang pria yang menyanyikan lagu dalam bahasa yang tak bisa dipahami Angele.     

Angele menatap kedua gerbang itu dan memutuskan untuk mengetuk gerbang dengan ukiran berbentuk bulan.     

Wush!     

Gerbang itu pun perlahan terbuka dan langsung menyemburkan cahaya oranye.     

Tubuh Angele gemetar, sehingga ia segera menyelimuti tubuhnya dengan asap hitam. Setelah beberapa detik, ia kembali berubah menjadi berwujud manusia dan berjalan memasuki gerbang tersebut.     

Dalam gerbang tersebut, terdapat sebuah aula berbentuk U dengan beberapa meja kayu. Di balik masing-masing meja, terdapat beberapa orang bertelinga panjang dan tajam. Sepertinya, mereka bekerja sebagai pelayan.     

Beberapa meja di tengah aula itu kosong, namun makhluk-makhluk yang sedang minum-minum di sana melepaskan gelombang energi yang kuat.     

Hanya ada dua makhluk yang tampak seperti manusia, sementara yang lainnya terlihat seperti monster. Ada beberapa ekor badak hitam berkepala dua, elang-elang perak berbaju zirah merah, dan makhluk-makhluk bertubuh manusia dengan kepala lobster. Manusia-manusia lobster itu memiliki enam pasang tangan pada tubuh mereka.     

Satu-satunya ciri yang sama pada mereka semua adalah tingkat kekuatan yang tinggi.     

Angele memasuki gerbang dan langsung menutupnya. Ia memandang sekelilingnya dan menemukan bahwa setidaknya, ada tiga makhluk yang lebih kuat ketimbang seorang penyihir tingkat 4.     

'Pencari Kekuatan?' Makhluk-makhluk itu mengingatkan Angele pada istilah tersebut.     

Ada banyak penyihir-penyihir kuat di benua tengah. Beberapa di antaranya sangatlah kuat. Sebagian besar dari makhluk-makhluk kuat memutuskan untuk berpetualang menjelajahi berbagai belahan dunia untuk mencari tahu kebenaran dalam dunia-dunia.     

Ini adalah kepercayaan para penyihir kuno. Walaupun mereka telah mati karena berani mencoba menjelajahi dunia-dunia lain, masih banyak penyihir modern yang masih mengikuti jalan para penyihir kuno. Mereka lebih memilih memperkuat diri ketimbang menikmati hidup.     

Makhluk-makhluk kuat itu tidak takut akan apa pun. Yang terpenting bagi mereka hanyalah peningkatan kekuatan. Mereka hanya bisa ditemukan di tempat-tempat ekstrim, dan kebanyakan dari mereka memiliki keinginan yang kuat.     

Aula itu diterangi oleh api dari lilin-lilin. Seorang pria yang memainkan musik harpa tersebut sedang duduk di samping pot bunga yang berbentuk seperti telur. Melihat Angele mendekat, ia tiba-tiba berhenti dan tersenyum.     

"Selamat datang di Penginapan Kiamat, anak muda." Pria itu memiliki rambut perak pendek, dengan wajah yang tampan. Kedua matanya tidak memiliki pupil, namun ada pusaran merah dan biru di dalam kedua matanya. Pria itu mengenakan baju zirah berwarna hitam yang berat, hingga ia terlihat seperti robot. Bagian-bagian tajam pada baju zirah tersebut berwarna merah gelap. Baju zirahnya dipenuhi dengan banyak retakan. Selain itu, ia berbicara dengan bahasa kuno — bahasa yang tidak asing bagi Angele.     

"Ha? Dua pendatang baru dalam sepuluh tahun? Hebat sekali," teriak seorang pria berjenggot merah di belakang meja kasir. "Orang asing, kau datang kemari untuk berburu atau berlatih?" Pria itu menggenggam cangkir kayu-nya dan meminum seteguk wine.     

Setelah mendengar pertanyaan itu, semua makhluk di sana pun beralih melihat Angele. Namun, sebagian besar dari mereka sepertinya tidak tertarik, sehingga mereka berbalik ke aktivitas masing-masing. Hanya pria pemain harpa dan pria berjenggot merah itu yang masih melihat Angele.     

"Aku?" Angele sedikit terkejut. "Aku datang kemari untuk mengambil sebuah benda yang kubutuhkan." Ia berjalan mendekati pria berjenggot itu dan menyunggingkan senyuman.     

"Untuk penelitianmu, mungkin?" Pria itu menggeleng. "Ini adalah gerbang neraka. Jika kau membutuhkan sesuatu, ada tempat-tempat yang lebih baik untuk mencarinya."     

"Apa maksudmu?" Angele melemparkan sebuah magic stone pada pria itu. "Berikan aku secangkir minuman itu. Terima kasih."     

Pria itu tertawa dan menangkap magic stone tersebut. Ia mengambil sebuah cangkir berisi wine untuk Angele.     

"Gerbang neraka adalah gerbang untuk menutupi neraka. Artinya, jika kau memasuki tornado ini melalui gerbang, kau akan bertemu banyak sekali makhluk kuat dari alam bawah. Tempat ini adalah reruntuhan peninggalan para penyihir kuno. Tanpa reruntuhan ini, makhluk-makhluk tersebut pasti sudah menguasai dunia." Pria itu menjelaskan dan meletakkan cangkir tersebut di atas meja.     

Beberapa tetes wine kuning yang harum itu terciprat ke atas meja.     

Angele mengambil cangkir tersebut dan menyesap wine. Wine itu terasa enak namun kuat.     

"Wine ini sangat kuat! Aku tidak pernah mendengar tentang tempat ini saat aku masih berada di benua tengah."     

Brak!     

Pria tampan yang tadinya memainkan harpa meninju meja dengan tangan kanannya. Hebatnya, meja itu sama sekali tidak rusak walau telah ditinju seorang pria berbaju zirah berat.     

"Benua tengah? Kau dari benua tengah?" Pria itu mengusap harpa perak di tangannya.     

"Kau tidak pernah mendengar tentang tempat ini, ya... Yah, orang-orang lemah takut akan nama kami. Aku sudah hidup di tempat ini selama lebih dari 200 tahun. Waktu benar-benar berlalu begitu cepat. Saat aku datang kemari, aku masih penyihir tingkat 3, namun sekarang aku penyihir tingkat 4."     

"Lingkungannya baik-baik saja saat para pria tua yang suka berubah wujud itu masih tinggal di sini. Waktu itu, tornado ini jauh lebih lemah. Tapi, sayangnya..." Pria berjenggot di belakang meja meneguk wine dan kembali menggeleng.     

"Aku sudah hidup selama lebih dari seribu tahun, dan aku sudah tidak peduli lagi. Femora, perubahan ini hanya bisa dihentikan jika Colin ada di sini..."     

Pria tampan itu ikut menggeleng. "Dia sudah pergi. Tidak ada gunanya membicarakan masa lalu. Keputusan guruku tidak akan pernah berubah."     

'Lebih dari 1000 tahun…' Angele memicingkan matanya. Ia menyadari bahwa tempat tersebut bukanlah reruntuhan biasa. Pria-pria tua yang mereka bicarakan mengingatkannya akan sesuatu.     

"Jenggot, pria-pria tua yang kau maksud adalah mereka yang bisa berubah menjadi berbagai macam hewan, kan? Mereka benar-benar melanggar privasi orang lain."     

"Apa kau mengenal mereka?" Pria itu sedikit terkejut setelah mendengarkan perkataan Angele. "Yah, jika kau berhasil menemukan tempat ini, kau pasti sangat kuat, sehingga kau pasti kenal mereka. Kau benar, mereka suka mengintip..." Sepertinya, perkataan Angele membuat pria itu teringat akan sesuatu.     

"Mereka juga merupakan penjaga dunia. Itu bukanlah rahasia."     

"Baiklah, mari kita bicarakan hal lain. Anak baru, kau masih sangat muda. Untuk apa kau datang kemari?" Femora menatap Angele. Sepertinya, ia tertarik pada Angele.     

Angele menyadari bahwa wajah pria itu dipenuhi oleh pola-pola aneh. Mungkin ia terlalu sering menyembuhkan dirinya dengan sihir penyembuh. Setelah menggunakan sihir penyembuh pada bagian luka yang sama, pola-pola tersebut akan muncul.     

Ditambah lagi, saat Femora menatapnya dengan mata merah dan biru itu, tubuhnya sedikit gemetar. Ia merasakan sesuatu yang berbahaya dari pria itu.     

Kekuatan wujud manusia Angele setara dengan penyihir tingkat 5, namun Femora masih membuatnya merasa ketakutan. Artinya, sosok bernama Femora itu memiliki kekuatan yang setara dengan wujud manusia-nya.     

"Aku? Aku hanya seorang pengembara yang ingin mempelajari tornado itu. Inilah alasan mengapa aku datang kemari." Angele memutuskan untuk menghindari pertanyaan tersebut dan menyesap wine-nya.     

Kriet...     

Femora mengusap harpa-nya perlahan. "Apa kau tahu tempat ini?" Ia menatap Angele dengan ekspresi aneh.     

"Kau tidak bisa masuk hanya dengan cara biasa. Satu-satunya jalan menuju lorong gelap itu adalah gerbang dimensi. Untuk mencari gerbang neraka, kau harus berjalan melewati lorong itu. Kau hanya bisa berjalan di sekitar sisi pusaran jika kau adalah penyihir tingkat 5."     

Akhirnya, Angele mengerti mengapa ia membutuhkan waktu lama untuk mendarat di atas tanah. Ia menatap kedua sosok itu dan bertanya. "Jangan katakan bahwa ini adalah dasar tornado..."     

"Kau benar!" Femora tertawa. "Sebenarnya, tempat ini sudah lama terlupakan. Mungkin kau adalah makhluk terkuat di sini, penjelajah dari dunia lain, atau bahkan penjahat buronan. Namun, di tempat ini, semua itu tidak masalah. Kau hanya bisa bergantung pada kekuatanmu sendiri!" Femora menjentikkan jarinya.     

Shing!     

Sinar gelombang energi tak kasat mata menghantam pundak Angele, namun gelombang itu ditangkis oleh sebuah pelindung berwarna merah gelap.     

"Ini salah satu tempat terkuat di dunia ini." Sosok berjenggot itu tertawa.     

"Femora, dia menangkis seranganmu dengan mudah. Kali terakhir ada yang datang, ia terbunuh dalam satu pukulan saja."     

Angele tersenyum. Ia tidak marah karena ia menyadari bahwa Femora hanya sedang memeriksa kekuatannya. Ia masih meminum wine dan mendengarkan penjelasan pria tersebut.     

"Makhluk-makhluk kuat dari berbagai belahan dunia boleh masuk ke sini. Jika kau bisa masuk melewati badai dan masuk ke dunia bawah tanah di dimensi melengkung, kau akan sampai ke dasar tornado dan menemukan Penginapan Kiamat ini. Tempat ini diberi nama 'Kiamat' karena sebuah alasan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.