Dunia Penyihir

Eksplorasi (Bagian 1)



Eksplorasi (Bagian 1)

0"Saudaraku!"     

"Ya ampun!"     

Semua anggota kelompok Kepala Besar itu berteriak seraya berlari mendekati mereka yang terlempar jauh.     

Salah satu korban memeriksa tubuhnya dan menenangkan teman-temannya. "Jangan khawatir, ini bukan apa-apa. Beberapa tulangku patah, tapi nanti akan pulih."     

Perlahan, Rosie menenangkan dirinya. Ia berdiri dan membungkuk hormat pada Tetua Kedua.     

"Terima kasih, Master."     

"Sama-sama, pastikan bahwa kau memberitahu kami jalan yang benar. Kami membutuhkan rute teraman menuju tornado. Kau bisa melakukan itu, kan?"     

"Tentu saja." Rosie mengangguk. "Sepertinya, salah satu dari kami saja sudah cukup untuk menunjukkan jalan. Bisakah Anda membiarkan teman-teman saya pergi? Mereka terluka, dan harus segera diobati."     

"Baiklah." Tetua Kedua mengangguk.     

Angele hanya diam dan mendengarkan pembicaraan mereka. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa si Kepala Besar bernama Rosie itu masih bisa berbicara dengan tenang pada Tetua Kedua setelah pertarungan tadi.     

"Suatu hari nanti, orang-orang seperti gadis itu akan menjadi pemimpin. Dia mampu mencari solusi terbaik untuk kelompoknya dan melindungi teman-temannya. Walaupun dia lemah, kelompoknya akan menjadi lebih kuat di bawah kepemimpinannya. Penyihir-penyihir membutuhkan pemimpin seperti dirinya," gumam Angele.     

Setelah mendengar perkataan tersebut, Vivian pun mengangguk. "Kau benar, seperti Suman dari Kota Seribu Air Terjun, bagian dari Aliansi Kota Putih. Dia rela mengorbankan dirinya sendiri demi teman-temannya. Selain itu, Penguasa Cermin yang sekarang memiliki kepribadian yang sama."     

Angele tersenyum. "Sayangnya, aku tidak seperti mereka."     

Kepala-kepala Besar lainnya mulai pergi. Mereka terpaksa meninggalkan Rosie bersama para penyihir. Perlahan-lahan, akhirnya mereka menghilang dari padang tersebut. Para Kepala Besar yang terluka dan para penyihir kembali melanjutkan perjalanan.     

Semua penyihir kembali ke dalam kereta masing-masing, sementara Angele kembali ke keretanya untuk memodifikasi ramuan yang telah ia buat.     

Dengan bantuan chip-nya, modifikasi itu berjalan lancar. Saat malam tiba, ia telah berhasil mengurangi efek samping yang tidak diinginkan. Ia memberikan ramuan-ramuan tersebut kepada para penyihir, dan karavan mereka kembali melanjutkan perjalanan. Rosie menunjukkan jalan dan menuntun para penyihir ke sisi kanan tornado itu.     

Rerumputan hijau dan kelabu yang memenuhi tanah di padang itu terlihat sedikit aneh. Namun, sekitar 10 hari kemudian, rerumputan berubah menjadi biru.     

Sepuluh hari lagi telah berlalu, dan rerumputan di sana berubah menjadi biru terang dan tampak sedikit transparan. Tornado di depan mereka terlihat semakin besar, hingga tampak tak berujung.     

Lima hari kemudian…     

Brak!     

Saat Angele sedang bermeditasi di dalam kereta-nya, tiba-tiba kereta berguncang dan berhenti.     

Ia membuka mata dan menoleh ke sebelah kiri. Perlahan, Fir juga membuka matanya. Wanita itu juga sedang duduk bersila, dan sepertinya dia juga terbangun karena keretanya berhenti berjalan.     

"Akan kulihat keadaan di luar." Angele berdiri dan membuka pintu. Angin dingin langsung bertiup memasuki kereta, dengan deru yang sangat kencang. Angele tidak mendengar suara selain deru angin tersebut.     

Ia merunduk dan melompat keluar. Setelah mendarat di luar, ia mendongak dan menatap langit.     

Langit terlihat sangat gelap. Tidak ada kumpulan awan, namun matahari dikelilingi aliran angin kencang. Sepertinya, angin itulah sumber dari angin dingin yang masuk ke kereta tadi. Selain itu, beberapa kepingan es dalam angin tersebut menabrak permukaan kereta, sehingga menghasilkan suara yang cukup keras.     

Selain rerumputan biru di tanah, ia hanya bisa melihat warna kelabu. Rasanya seperti terjebak dalam kabut yang sangat tebal.     

Shing!     

Untuk mempersiapkan diri melawan ancaman-ancaman yang mungkin bersembunyi di sana, Angele menciptakan sebuah pelindung merah dengan diameter 30 meter.     

Ia berjalan mendekati kerbau di depan kereta dan mulai memeriksa kondisi hewan tersebut.     

Kerbau itu menunduk. Sepertinya, sesuatu di depannya membuatnya takut, sehingga ia berhenti berjalan.     

Angele mengernyitkan alisnya dan menyentuh kepala kerbau tersebut.     

Moo!     

Seketika, otot-otot kerbau itu menjadi tegang. Sepertinya, kerbau itu semakin ketakutan.     

"Apa yang terjadi, Master Green?" Fir bertanya dari belakang. "Para tetua ingin tahu apa yang terjadi." Pintu terbuka. Fir ikut melompat turun dari kereta. Ia berjalan perlahan mendekati Angele. Gaun ungu dan rambut pirangnya bergerak-gerak karena tertiup angin.     

"Kerbau kita berhenti. Sepertinya, ada sesuatu di depan yang membuatnya takut," jawab Angele. "Aku masih mencari cara untuk mengatasinya."     

Fir ikut mengernyitkan alisnya. "Ada manusia-manusia di dalam karavan ini. Tanpa kereta-kereta kuda, kita tidak akan bisa berjalan jauh." Cahaya putih bersinar pada punggung kedua tangannya.     

"Para tetua mengatakan bahwa sebaiknya kita menggunakan metode yang kita diskusikan waktu itu."     

"Hanya inilah yang bisa kita lakukan sekarang." Angele mengangguk dan memandang kerbau itu.     

Ia menjentikkan jarinya.     

Shing!     

Secercah cahaya merah muncul dari ujung jarinya. Cahaya itu terbagi menjadi empat cahaya yang lebih kecil, dan memasuki kedua mata dan kedua telinga kerbau tersebut.     

Moo!     

Kerbau tersebut mengerang kesakitan dan mencoba menerjang maju dengan liarnya, namun Angele menghentikannya, sehingga kerbau tersebut hanya bisa berteriak kesakitan dengan kerasnya.     

Darah mengucur dari kedua mata dan mulut kerbau tersebut.     

"Kita sudah melukai mata dan telinga kerbau-kerbau kita. Mereka tidak akan merasa ketakutan jika mereka tidak bisa mendengar atau melihat tornado di depan." Angele mengirim pesan pada Fir melalui partikel energi. "Minta para tetua untuk melakukan hal yang sama."     

"Baiklah." Fir mengangguk dan mengirimkan pesan pada para tetua dengan menggunakan rune komunikasi.     

Dalam beberapa detik, Angele mendengar bahwa kerbau-kerbau lainnya juga mengerang kesakitan.     

Dengan kedua tangannya, Angele menghentikan pergerakan kerbau tersebut, kemudian ia memeriksa keadaan sekitarnya.     

Angin yang bertiup kencang itu membawa pasir bertebaran ke mana-mana, sehingga jarak pandang Angele berkurang menjadi sepuluh meter. Beberapa sosok berjubah hitam berjalan keluar dari kereta-kereta lain dan mendekati Angele.     

Rosie berjalan di depan kelompok berjubah hitam itu dan segera melepaskan tudungnya. "Master, kita sudah sampai di tepi tornado. Sebaiknya kita berhenti. Di depan, akan ada sebuah dinding, dan tornado itu berada tepat di belakang dinding tersebut."     

"Baiklah, apa para tetua mengatakan sesuatu?" tanya Angele tanpa menoleh ke arah Rosie. Ia sibuk mengamati tornado raksasa di depan dan mengernyitkan alisnya.     

"Para tetua mengatakan bahwa mereka akan mengikuti keputusan Anda, karena Anda-lah yang bertanggung jawab membuat rencana." Fir memotong pembicaraan.     

Angele berpikir selama beberapa saat. "Baiklah, sekarang kau boleh kembali ke kelompokmu, Rosie."     

Rosie membungkuk hormat pada Angele dan segera meninggalkan karavan. Gadis itu berlari ke sisi kanan kereta, sebelum akhirnya menghilang ke dalam badai pasir tersebut.     

Setelah Rosie pergi, Angele kembali angkat bicara. "Aku mendekati pusaran ini dari sisi yang berbeda dari terakhir kali aku datang ke sini, jadi aku harus pergi memeriksa situasi saat ini. Tolong tunggu saja di sini."     

Ia berkata pada Fir secara langsung, tanpa menggunakan partikel energi. Dengan menggunakan rune komunikasi, wanita itu bisa mengantarkan pesan pada para tetua dengan mudah.     

Fir tidak menjawab, ia hanya mengangguk kecil.     

"Aku akan membutuhkan satu atau dua hari, sebaiknya kalian terus waspada. Seharusnya, tidak ada makhluk berbahaya di dalam tornado ini, namun aku tidak yakin dengan bagian tepinya." Angele menyarankan.     

"Baiklah."     

Ia mengetatkan jubah hitamnya dan mulai berjalan maju. Setelah beberapa saat, karavan itu menghilang dari pandangannya.     

Semua benda yang ada di sana tertutup oleh pasir di dalam deru angin, sehingga satu-satunya yang terlihat adalah rerumputan biru yang dikelilingi oleh cahaya merah. Rerumputan itulah satu-satunya benda yang berwarna di tempat tersebut.     

'Aku sudah membuat rencana, namun sebenarnya inilah kali pertamaku memasuki tempat ini… Sebaiknya kuperiksa apakah jalan di tempat ini aman. Para penyihir agung legendaris memutuskan untuk tidak mendekati tempat ini. Aku ingin tahu alasannya.'     

Ia melambaikan tangannya dan melepaskan sebuah bola api berwarna merah. Bola api itu berubah menjadi seekor manusia singa.     

Aum!     

Manusia singa itu meraung dan melepaskan cahaya merah dari kedua sayapnya. Tanpa bergerak selangkah pun, manusia singa itu melepaskan gelombang-gelombang kekuatan mental. Tingkat kekuatan makhluk itu nyaris sama dengan kekuatan seorang penyihir tingkat 4.     

Cahaya merah juga mengelilingi kedua mata Angele. Gelombang mental yang dilepaskan Angele mengelilingi manusia singa itu dan mulai memodifikasi gelombang energi makhluk itu.     

Dalam hitungan detik, gelombang mental singa itu menjadi sama persis dengan gelombang mental Angele.     

Ctak!     

Angele menjentikkan jarinya. Wajah dan tubuh manusia singa itu mulai berubah menjadi sama persis dengan Angele.     

"Berjalan-jalanlah di sekitar tempat ini, dan jangan melakukan apa pun selain itu," perintahnya dengan santai.     

Aum!     

Manusia singa itu mengangguk.     

Setelah makhluk itu pergi, tubuh Angele pun mulai berubah, hingga ia menjadi monster raksasa berbentuk kalajengking dalam hitungan detik. Tubuh makhluk tersebut tertutup cangkang berwarna merah gelap, dan cahaya merah di sekitar tubuhnya semakin terang.     

Ia melompat ke udara.     

Shing!     

Seperti serangan anak panah, ia melesat dan langsung masuk ke dalam tornado tersebut.     

Di sana, ia tidak melihat benda lain selain pasir. Semakin jauh ia masuk, semakin kecil pula jarak pandangnya.     

Ia melesat dengan kecepatan penuh selama sekitar dua jam melawan deru angin tersebut. Perlahan-lahan, pasir yang beterbangan berubah dari kelabu menjadi hitam. Rerumputan biru di atas padang itu tidak lagi terlihat.     

Sebuah gaya berkekuatan tinggi berusaha menarik Angele ke arah kanan. Tanpa darah dari raksasa bermata satu dalam tubuhnya, arahnya pasti telah berubah. Dalam angin kencang seperti ini, sangat sulit untuk menemukan jalan yang benar.     

'Aku akan mendarat dulu dan kembali memastikan bahwa arahnya sudah benar.' Angele mulai mendarat.     

Anehnya, setelah terbang selama beberapa saat, ia tidak merasakan tanah di bawah kakinya. Walaupun ia telah melompat selama beberapa menit di udara, ia masih belum mencapai tanah.     

Yang bisa ia lihat hanyalah pasir hitam, hingga Angele berpikir bahwa telah pergi ke arah yang salah.     

Angele memandang area di depannya. Cahaya merah di sekitar matanya bersinar semakin terang. Akhirnya, setelah meminta bantuan Zero, ia bisa melihat tornado raksasa di depannya berputar-putar perlahan.     

'Kukira aku sudah semakin dekat dengan tornado itu…' Angele terus terbang ke bawah. Beberapa menit kemudian, akhirnya ia mendarat. Ia bernafas lega saat kakinya menyentuh tanah.     

'Angin ini sangat kuat, bahkan kekuatannya sama seperti sihir penyerang yang digunakan seorang calon penyihir tingkat 3. Ditambah lagi, angin itu tidak kunjung berhenti, dan aku masih ada di ujung pusaran walau sudah terbang lama…'     

Ia menghentakkan kakinya di tanah dan memastikan bahwa tanah itu bisa menahan berat tubuhnya. Angele merunduk dan mulai berlari.     

Sebuah dinding tinggi berwarna kelabu muncul di area depan. Dinding itu adalah satu-satunya penghalang antara dirinya dan tornado tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.