Dunia Penyihir

Kepergian (Bagian 2)



Kepergian (Bagian 2)

0"Salam kami, Master. Namaku Gastro, dan kami adalah Setan Pedang." Salah satu dari ketiga makhluk tersebut memperkenalkan diri dengan bahasa kuno. Sepertinya, makhluk tersebut masih berakal.     

"Setan Pedang?" Angele bertanya dengan raut wajahnya sedikit terkejut.     

"Benar, Vapor yang agung memberi kami kekuatan ini – makhluk-makhluk yang memiliki kekuatan seperti kekuatan kami dikenal dengan sebutan setan pedang." Pria itu segera menjelaskan. "Master, apakah Anda hanya menginginkan lukisan itu atau Anda menginginkan seluruh batu tersebut?"     

"Ambil batu itu beserta lukisannya. Aku ingin meletakkannya ke dalam cermin-ku." Angele mengangguk.     

"Senang melayani Anda." Setan-setan pedang itu segera berdiri dan berjalan mendekati lukisan. Mereka menghancurkan sebagian batu tersebut agar lebih mudah diangkat.     

sekitar sepuluh detik kemudian, ketiga setan pedang itu mulai mengangkat batu itu bersama-sama.     

Saat batu itu terangkat, lantai tempat itu berguncang sedikit.     

Angele mengambil cermin dari pinggangnya dan melemparkannya ke udara.     

Cermin hitam itu berputar-putar dan melayang-layang di dekat batu tersebut, kemudian cermin itu membesar dan berubah menjadi cermin setinggi lima meter.     

"Coba masukkan batu itu ke dalam cermin ini."     

"Baik, Master."     

Ketiga setan pedang itu memasukkan batu tersebut ke dalam cermin dengan hati-hati.     

Batu tersebut masuk dan tenggelam dalam cermin dengan mudahnya.     

"Akankah batu itu pecah jika kita melemparkannya sembarangan seperti itu?" tanya seorang setan pedang pria.     

"Tidak apa-apa. Tidak ada gaya gravitasi dalam cermin itu, sehingga semua barang di dalamnya hanya melayang-layang." Angele menjelaskan. "Terima kasih atas bantuannya. Ini adalah hadiah untuk kalian." Ia melepaskan tiga cercah cahaya merah.     

Ketiga cahaya itu terbang ke arah kepala masing-masing setan pedang dan terserap masuk ke dalam dahi mereka. Cahaya merah pada setan pedang yang berbicara pada Angele lebih terang ketimbang cahaya yang didapatkan kedua setan pedang lainnya.     

Seketika, saat cahaya merah tersebut memasuki tubuh mereka, otot ketiga setan pedang itu menjadi semakin besar. Kulit mereka mengeras, dan cangkang-cangkang merah melindungi tubuh mereka. Dalam hitungan detik, mereka telah menjadi jauh lebih kuat.     

Ketiga setan pedang itu berlutut hormat dan berteriak. "Terima kasih, Master!"     

Angele menggangguku, dan cermin itu seketika mengecil. Ia segera melompat ke udara dan terbang menuju lorong dimensi.     

'Lumayan juga, aku mendapat batu aneh dengan sebuah lukisan di atasnya. Aku jadi ingin tahu apakah ini adalah hasil dari dua kekuatan dunia yang menyatu, atau dari lorong dimensi yang mengarah ke dunia yang hanya ada dalam buku kuno itu… Yah, nanti aku harus mempelajari lukisan itu.' Dengan hati-hati, Angele mengikat cermin itu pada pinggangnya.     

Tanpa membuang waktu, ia terbang memasuki lorong dimensi tersebut dengan kecepatan penuh.     

**     

Tiga hari kemudian…     

Di sebuah padang rumput hijau yang berada di daerah timur laut benua tengah…     

Di bawah langit gelap.     

Padang itu terlihat seperti secarik kertas hijau besar yang terbuat dari kulit, dengan seutas benang abu-abu yang bergerak di atasnya.     

Benang abu-abu tersebut adalah sebuah karavan dengan kereta-kereta kuda hitam yang ditarik oleh kerbau-kerbau bertanduk tiga. Terdapat sekitar tujuh kereta dalam karavan tersebut. Masing-masing kereta dapat menampung lima orang penumpang. Namun, tidak ada kusir yang mengendalikan kereta-kereta itu.     

Di dalam kereta paling depan, seorang pria muda berjubah hitam. Pria itu duduk di dekat jendela dan menatap padang rumput di luar.     

Tak ada satu orang pun di daerah sekitar karavan itu.     

Pepohonan kering berdiri di padang tersebut, dengan sedikit daun-daun kering yang masih terlihat pada cabang-cabangnya.     

Di ujung cakrawala, terlihat sebuah angin topan yang berputar-putar perlahan. Angin topan itu sangat tinggi, hingga terlihat seperti menghubungkan langit dan tanah.     

Angin topan besar berbentuk tabung yang sangat luas, hingga memenuhi penglihatan Angele.     

"Inilah yang namanya Pusaran Neraka Nicholas." Terdengar suara jernih seorang wanita dari samping Angele.     

"Luar biasa…" puji Angele seraya mengangguk. "Berapa diameter tornado ini? Apakah sudah ada yang melakukan kalkulasi?"     

Seorang wanita bergaun ungu dengan celana ketat berwarna senada duduk di sebelah kiri Angele. Wajah wanita itu sangat cantik, hingga terlihat tidak nyata. Rambut panjangnya yang berwarna pirang tergerai di atas bahunya.     

Wanita itu duduk di dalam kereta dan menyunggingkan senyuman. Hanya ada sebuah meja kayu rendah yang berdiri di antara wanita itu dan Angele. Wanita itu bersandar di dinding dan juga melihat pusaran di luar melalui jendela.     

"Aku pernah membaca tentang diameter tornado itu dari beberapa buku. Ada yang mengatakan bahwa diameter tornado itu adalah 1,6 juta meter, ada yang mengatakan 1,98 juta meter. Namun, menurut informasi paling terkenal yang ditulis oleh Penguasa Cermin yang terakhir, ukuran tornado itu adalah 2,5 juta meter dan 6.500 meter."     

"2,5 juta dan 6.500 meter?" Angele mengulangi informasi tersebut. Skala ukuran meter di Dunia Penyihir sedikit berbeda. Setelah Angele melakukan kalkulasi, ukuran tornado itu adalah 764 kilometer dengan ukuran meter bumi.     

"Banyak penyihir yang pandai melakukan kalkulasi telah kebenaran jumlah ini dengan menggunakan teknik-teknik spesial. Kurasa informasi ini benar." Wanita itu mengangguk. "Kita harus melewati tornado itu. Kami semua bergantung padamu, Master Green."     

"Panggil saja aku Green, Fir." Angele tersenyum. "Kapan kita akan meninggalkan benua tengah?"     

"Aku baru saja memeriksanya." Fir mengambil sebuah lempengan merah dan melihat peta yang terukir di atasnya dengan seksama. "Kita baru saja memulai perjalanan. Dua bulan lagi, kita akan meninggalkan benua tengah. Ukuran tornado itu sangat besar, hingga kita bisa melihatnya dari sini. Sebentar lagi, kita akan sampai ke tepinya."     

"Kita hanya akan bisa melihat tornado itu saat sudah dekat." Angele mengangguk setuju.     

"Kau benar." Fir meluruskan punggungnya dan berdiri perlahan-lahan. "Aku akan memeriksa keadaan master-master lainnya. Aku harus melakukan persiapan. Angin di sekitar tornado itu sangat kuat, sehingga kita nyaris tidak bisa meningkatkan kecepatan. Satu-satunya cara adalah berjalan ke sisi kanan tornado dan menyeberanginya pelan-pelan. Aku percaya padamu, namun sebaiknya kita bersiap-siap untuk kemungkinan terburuk."     

"Silakan." Angele mengangguk.     

"Terima kasih." Fir membungkuk hormat pada Angele, kemudian ia melompat turun dari kereta, dan berjalan ke kereta-kereta lainnya.     

Setelah Fir pergi, Angele bernafas lega.     

'Aku jadi ingin tahu apa yang dipikirkan Vivian… Dia memberiku seorang tunangan, tapi kita diperbolehkan untuk pisah kereta…' Angele hanya menggeleng dan kembali memandang tornado di depan.     

Anggota-anggota Tangan Elemental yang memutuskan untuk pergi meninggalkan benua tengah dengannya lebih sedikit ketimbang jumlah yang Angele bayangkan.     

Sebagian besar penyihir tidak menyetujui ide Angele, dan mereka tidak mau meninggalkan benua tengah. Setelah menyadari bahwa para tetua sudah memutuskan untuk pergi, beberapa anggota bergabung dengan aliansi dan tinggal di dalam Taman Cermin Ajaib. Ada juga penyihir-penyihir yang memutuskan untuk pergi ke Aliansi Kota Putih, sehingga hanya ada 40 orang yang bersedia pergi bersama dewan tetua.     

Namun, perjalanan menuju pusaran itu sangatlah panjang dan berbahaya, sehingga para tetua meminta yang lemah untuk meninggalkan kelompoknya. Akhirnya, hanya ada 30 orang yang bergabung dengan karavan.     

Fir adalah cucu teman lama Vivian. Dalam perang yang baru saja terjadi, wanita itu kehilangan seluruh keluarga dan sanak saudaranya, sehingga ia memutuskan untuk pergi bersama dewan tetua setelah mendengar tentang situasi di luar. Ada banyak orang yang bernasib sama dengan wanita itu, dengan usia dan jenis kelamin yang berbeda-beda. Vivian memutuskan untuk membawa mereka semua pergi dengan kelompoknya.     

Fir adalah sosok yang sangat baik, sopan, dan cantik, sehingga Vivian memperlakukannya seperti tunangan Angele.     

Angele menunggang kereta pertama karena ia bertugas sebagai penunjuk jalan, sementara orang-orang lainnya berada di kereta-kereta lain. Sebegian besar orang yang ada dalam kereta-kereta tersebut adalah saudara para tetua.     

Ia mengintip keluar melalui jendela. Ia melihat padang rumput kosong tanpa satu pun makhluk hidup. Angin dingin bertiup masuk ke dalam kereta melalui jendela.     

Tiba-tiba, secercah cahaya putih bersinar di punggung tangannya. Ia mendengar sebuah suara tidak asing yang bergema dalam telinganya.     

"Green, apakah kau sudah meninggalkan Dataran Tengah? Di mana kau sekarang?"     

"Reyline, kau baru saja menjadi ketua teritori Paguyuban Penyihir, kan? Kukira kau tidak akan punya waktu untuk mengirim pesan padaku." Angele tertawa.     

"Yah, aku ingin berbicara padamu sebelum kau pergi terlalu jauh dari benua tengah." Reyline pun ikut tertawa. "Aku tidak menyangka bahwa kau akan benar-benar meninggalkan tempat ini, seperti Stigma – mungkin inilah pilihan yang bijak untukmu. Stigma juga meninggalkan tempat ini bertahun-tahun lalu, dan aku tidak tahu bagaimana kabarnya sekarang. Ah, satu lagi, terima kasih telah membantu teman-teman kita mendapatkan posisi di dalam taman."     

"Ayolah, jangan terlalu memikirkannya. Sebenarnya, sekarang benua tengah tidak terlalu berbahaya seperti yang kau bayangkan." Angele menjawab.     

"Kurasa tidak begitu. Walaupun Menara Penyihir Kegelapan sudah tidak ada, tidak ada satu orang pun yang percaya dengan apa yang terjadi di Dataran Tinggi Rayton. Orang-orang hanya mau bersembunyi dan merasa aman di dalam cermin." Reyline menyangkal.     

Angele memutuskan untuk mengubah topik pembicaraan, dan mereka mulai membicarakan hal-hal menarik yang terjadi dalam aliansi baru-baru ini.     

"Aku jadi ingin tahu, apakah kita akan bertemu lagi…" Tiba-tiba, Reyline merasa sedih, dan suasana menjadi aneh.     

"Kalau begitu, kau harus segera memperkuat diri. Aku tidak akan mati lebih cepat darimu, jadi…" gurau Angele.     

"Harusnya itulah kata-kataku. Apa kau masih ingat hari saat kita tiba di benua tengah? Kita naif sekali, dan tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Sekarang, kita sudah menjadi pemimpin dalam organisasi-organisasi besar. Memang, waktu berjalan begitu cepat."     

"Benar. Apa kau mengirimkan benda-benda yang kuberikan pada Hikari?"     

"Tentu saja. Aku tidak membukanya. Apa kalian berdua…" Reyline berbisik dan tertawa.     

"Tidak… Ayolah, jangan bercanda. Simpanlah rune komunikasi-ku di buku rune agar tidak hilang. Setelah aku kembali, kita bisa berbincang-bincang. Kalau kau kehilangan rune itu, akan kutampar kau."     

"Kau lebih kuat dariku sekarang, tapi tidak berarti bahwa kau akan lebih kuat dariku selamanya." Reyline menjawab.     

"Kau tidak tahu tentang kekuatanku, ha. Kau akan membutuhkan beberapa ratus tahun untuk sampai ke tingkatku—"     

Shing!     

Tiba-tiba, percakapan mereka berakhir, dan Angele berhenti tersenyum.     

Ia hanya bisa mendengar suara statis seperti televisi rusak dari dalam rune tersebut.     

'Tornado ini memotong pembicaraan kita… Gelombang-gelombang energi ini…' pikir Angele. Namun, ia menyadari bahwa ia tidak akan bisa bertemu Reyline lagi.     

Walaupun perpisahan seperti ini sudah terjadi berkali-kali, ia masih merasa sedikit sedih.     

Ia menurunkan kedua tangannya dan melihat keluar ke arah dataran itu. Angin sepoi-sepoi bertiup melewati wajahnya, sehingga membuatnya merasa lebih tenang dan nyaman.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.