Dunia Penyihir

Bahaya (Bagian 4)



Bahaya (Bagian 4)

0Vivian memutuskan untuk tidak memotong pembicaraan Valla dan Nina. Ia bertepuk tangan.dan melepaskan cahaya putih untuk membersihkan debu di tangannya dengan cepat.     

Ia mengambil sebuah telur gulung dan memakannya. Telur gulung itu sangat enak dan tidak berminyak. Aroma harum khas telur dan sayuran yang renyah membuatnya semakin sempurna.     

"Enak sekali!" Vivian menikmati telur-telur gulung yang berukuran sekali gigitan itu. Ia menghabiskan beberapa telur gulung dalam hitungan menit. "Kelihatannya seperti telur gulung biasa, tapi rasanya sangat enak. Aku sangat kagum, Nina."     

Vivian tersenyum.     

"Terima kasih, makanlah sebanyak yang kau mau. Ah, cobalah wine buah ungu kami. Aku menemukannya sekitar 200 tahun lalu." Nina menuangkan wine ungu ke dalam gelas wine Vivian.     

Cairan ungu bening itu tampak cantik dan menarik. Aroma buahnya memenuhi udara. Aroma wine itu tidak sama seperti aroma wine pada umumnya     

"Terima kasih…" Vivian mengangkat gelasnya dan mendekatkan gelas itu ke bibirnya, namun tiba-tiba ia berhenti.     

Ia menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Aroma buah itu tidak asing. Aroma itu tak terlalu menyengat, namun ia mengenalinya.     

"Wine ini…" Ekspresi Vivian berubah aneh. Seketika, angin kencang dari belakangnya membuatnya berhenti berbicara.     

Prak!     

Gelas wine itu terjatuh dan mencipratkan cairan ungu ke udara.     

Ekspresi Vivian berubah dingin. Ia segera berdiri dan menatap Nina serta Valla.     

"Mengapa? Mengapa kau mencoba meracuniku? Aku sudah berkata bahwa aku menerima tawaranku, dan kita akan menikah, kan?"     

"Sial… Pada akhirnya, aku tetap gagal. Vivian, kau adalah penyihir tingkat 4 yang sangat kuat, berbeda dengan penyihir tingkat 4 lain yang pernah kutemui," Valla bertepuk tangan. "Kukira kau tidak akan menyadari jebakanku. Aku sudah mencoba jebakan ini pada beberapa penyihir tingkat 4, dan mereka langsung meminum wine itu tanpa berpikir dua kali."     

"Sayangnya, sudah terlambat… Wangi ruangan ini berasal dari Bunga Mimpi…" kata Ninan dengan tenang.     

Valla menjentikkan jarinya.     

Tiba-tiba, Vivian merasa pusing.     

"Kau…!" Sebelum ia sempat menyelesaikan perkataannya, wanita itu terjatuh dan pingsan.     

"Sudah selesai! Ha!" Valla tertawa dan berjalan mendekati Vivian.     

**     

"Jadi, inikah roda batu yang kau ceritakan itu?" Angele menatap roda batu putih raksasa di depannya dengan ekspresi serius.     

Turin mengangguk. "Benar, roda batu ini adalah pintu masuk menuju Taman Cermin Ajaib. Setelah melewati pintu masuknya, aku harus mengganti koordinat. Taman ini adalah retakan dimensi seukuran Dataran Tinggi Rayton. Ketua, mari kita pergi ke pintu masuk dulu."     

Angele tidak menjawab. Ia memicingkan matanya dan menatap roda batu itu. Entah mengapa, ia memiliki firasat buruk.     

Insting darah-nya membuatnya merasa bahwa ada hal buruk yang akan terjadi.     

"Vivian… Kumohon… Jika ada yang terjadi padamu, akan kubunuh seisi aliansi ini…" Matanya bercahaya merah.     

Tiba-tiba, Angele mengangkat tangan dan mengarahkan telunjuknya ke depan.     

**     

Valla menyuruh Nina untuk pergi meninggalkan ruangan. Setelah gadis itu keluar, ia berjalan mendekati Vivian dan berjongkok.     

"Vivian… Vivian-ku tersayang… Apa kau tahu bahwa aku ingin kau menjadi milikku semenjak kita pertama kali bertemu…? Aku sudah bermain-main dengan ratusan wanita dari ras berbeda, tapi inilah kali pertama aku menginginkan penyihir tingkat 4 sampai seperti ini. Aku sudah punya terlalu banyak budak seks, dan aku sudah tidak peduli lagi akan jumlah atau pun variasi. Sekarang, aku hanya ingin budak yang berkualitas."     

Valla menatap dada Vivian.     

"Tubuhmu sangat proporsional, bahkan aku tidak pernah melihat wanita sepertimu. Sudah bertahun-tahun kau tidak bercumbu dengan pria, bahkan bermasturbasi pun tidak. Kenapa? Kau seharusnya menikmati hidupmu… Tidakkah kau berpikir bahwa hidupmu terlalu membosankan?"     

Perlahan-lahan, Valla mengulurkan tangannya dan hendak menyentuh dada wanita itu.     

Brak!     

Pintu kayu ruangan dibuka secara paksa, dan seorang pria bertubuh emas berjalan perlahan memasuki ruangan tersebut. Pria itu memiliki postur tinggi, dan tubuhnya bercahaya emas. Sorot matanya tajam, dan wajahnya dipenuhi oleh berbagai pola-pola emas yang rumit.     

"Valla, apa yang kau lakukan?!" Pria itu melihat Vivian. Ia menyadari bahwa Valla hendak menyentuh tubuh Vivian.     

"Ayah…" Ekspresi Valla berubah aneh. Perlahan-lahan, ia berdiri. "Maafkan aku. Dia cantik sekali…"      

"Bawa mereka keluar." Pria itu memberi perintah dengan santai.     

Dua orang wanita berbaju zirah berlari masuk ke ruangan. Wanita di sebelah kiri mengangkat Vivian, sementara wanita di sebelah kanan menarik Valla dan membawanya keluar.     

Pria itu berbalik, berjalan keluar dari pintu, dan pergi ke atas dek.     

"Pangeran, apa yang harus kami lakukan?" tanya salah satu wanita berbaju zirah lengkap itu.     

Pangeran Evil Dragon berjalan mendekati Valla. Ia tidak bisa berkata apa-apa lagi.     

"Valla… Valla… Sudah berapa kali kubilang, suatu hari nanti, mungkin kau akan mati dibunuh oleh seorang wanita. Kau tidak pernah mendengarkanku. Lihatlah apa yang kau lakukan sekarang…"     

"Ayah… maafkan aku…" Valla meminta maaf. Ia menyadari bahwa permintaan maaf yang tulus akan membantu meringankan situasi seburuk apa pun.     

"Tidak apa-apa, Valla. Tapi, aku harus melakukan sesuatu, dan kau harus menerimanya." Pangeran Evil Dragon membelai kepala anaknya dengan raut wajah sedih.     

"Potong tangan dan kakinya, congkel matanya, dan buang hidung serta lidahnya. Biarkan Angele memutuskan apa yang ingin lakukan pada Valla. Ah, selain itu, jangan lupa mengunci lautan kekuatan mentalnya."     

Valla berpura-pura menyesal atas apa yang telah ia perbuat, namun ia sangat terkejut saat mendengar perkataan ayahnya. Ia mendongak dan menatap pria bertubuh emas itu.     

"Ayah… Jangan bercanda…."     

Dua wanita berbaju zirah berjalan maju. Salah satunya membawa paku perak seukuran kepalan tangan, dan yang lainnya membawa sebuah palu perak kecil. Paku dan palu itu penuh dengan pola-pola rune yang rumit.     

Melihat kedua peralatan itu, Valla menyadari bahwa ayahnya benar-benar serius. Ia sangat ketakutan.     

"Tidak! Tidak! Ayah! Aku ini anakmu, anakmu satu-satunya! Kumohon, jangan lakukan ini padaku! Kita bisa bekerja sama!" Valla memohon-mohon seperti orang gila. Suaranya bergema di seluruh dek.     

Valla bergerak-gerak, berusaha kabur dari kedua wanita itu. Namun, kekuatannya telah tersegel, hingga ia nyaris tidak bisa bergerak.     

Wanita dengan paku itu meletakkan paku tersebut pada kepala Valla, sementara wanita kedua mengetuk paku itu dengan palunya.     

Shing!     

Paku panjang itu masuk ke dalam otaknya, dan Valla berhenti berteriak.     

Ekspresi Pangeran Evil Dragon kembali santai.     

"Mafia, bawakan aku anak lain dari kolam kelahiran."     

Seorang wanita bertopeng mengangguk tanpa mengatakan apa-apa.     

"Baiklah, mari kita pergi. Kurasa Angele akan memaafkanku, karena aku telah mengurus masalah ini dengan benar tanpa melanggar kontrak. Aku hanya kehilangan seorang anak. Ini bukanlah masalah besar." Pangeran Evil Dragon tidak menghiraukan anaknya dan berjalan mendekati tepi dek tanpa suara, seakan-akan tubuhnya hanyalah bayangan semata Ia menembus tepi dek dan menghilang di langit.     

"Perlakukan Tetua Vivian dengan baik, dan biarkan Angele melakukan apa saja pada orang-orang yang ada di kapal ini. Ah, selain itu, izinkan anggota Tangan Elemental untuk masuk ke Taman Cermin Ajaib." Suara sang pangeran bergema di langit.     

Wanita-wanita berbaju zirah di atas dek itu membungkuk hormat pada Pangeran Evil Dragon. Setelah suara gema sang pangeran menghilang, akhirnya mereka kembali berdiri tegak perlahan-lahan.     

Pria emas tersebut terbang melewati padang dan pegunungan salju dalam hitungan detik, sebelum akhirnya mendarat di tepi danau berwarna hijau terang. Di tepi danau itu, terdapat sebuah sangkar emas. Seekor burung dalam sangkar itu sibuk meminum air dari danau.     

Di dekat sangkar, terdapat dua orang wanita berbaju zirah putih.     

"Master, kukira Anda telah mengirim bayangan Anda ke atas kapal. Mengapa Anda tidak menghabisi Valla? Rencana Anda benar-benar berisiko," kata salah satu wanita.     

"Karena… aku tahu bahwa saat aku sampai, Vivian masih dalam keadaan sadar." Pangeran Evil Dragon berkata dengan lembut. "Makhluk-makhluk hidup akan mengingat siapa yang menolong mereka saat mereka berada di ambang kematian. Mereka akan berterima kasih."     

"Artinya… Walaupun Vivian benar-benar pingsan, kau akan menolongnya, kan?" Wanita kedua tertawa. "Kau benar-benar… bijaksana."     

"Ini hanya trik sederhana. Kalian saja yang masih terlalu naif. Baiklah, apa ada pesan dari dunia bawah tanah?" Pangeran Evil Dragon memutuskan untuk mengubah topik pembicaraan.     

"Belum. Dunia bawah tanah bukan masalah, tapi kita masih belum menerima informasi tentang Menara Penyihir Kegelapan. Selain itu, semua pengintai yang kita kirimkan ke Dataran Tinggi Rayon menghilang. Sepertinya, Dataran Tinggi Rayton dipenuhi gelombang-gelombang energi kuat, sehingga kita kesulitan mencari informasi dari tempat itu."     

"Kita tunggu saja. Cepat atau lambat, Menara Penyihir Kegelapan akan melakukan sesuatu. Selama kita tinggal di Taman Cermin Ajaib, kita tidak perlu khawatir akan serangan apa pun. Ini adalah benteng terkuat kita." Pangeran Evil Dragon tersenyum. "Bekerja keraslah, dan jangan melakukan kesalahan, atau aku akan…"     

"Baik, Pangeran…" Kedua wanita itu sedikit ketakutan. Dalam situasi normal, ia sangatlah ramah dan mudah diajak bicara, namun ia akan membunuh siapa pun yang merusak rencananya. Dia adalah pembunuh berdarah dingin yang mampu memotong kepala sasarannya tanpa ragu sedikit pun.     

Ditambah lagi, walaupun Pangeran Evil Dragon akan sedih saat ia membunuh sasarannya, ia hanya akan sedih selama beberapa menit, sebelum akhirnya melupakan apa yang telah ia lakukan.     

Perlahan-lahan, kedua wanita itu menghilang.     

Pangeran Evil Dragon berdiri di tepi sungai. Ia mendongak dan menatap langit merah muda di atas sana. Perlahan-lahan, sebuah gulungan kulit berwarna-warni muncul di dalam mata hitamnya.     

**     

Di luar roda batu…     

Perlahan, Angele menurunkan tangannya dengan ekspresi datar.     

Di depan wajahnya, terdapat sebuah gulungan berwarna-warni yang penuh dengan retakan-retakan kecil. Perlahan-lahan, retakan-retakan itu menghilang, bersama dengan menghilangnya gulungan tersebut.     

"Sial…" Angele menghela nafas. "Jika aku tidak punya ini, masalahnya akan semakin parah…"     

Otak Chaos memutuskan apakah kontrak chaos telah dilanggar atau tidak. Jika salah satu orang yang menandatangani kontrak melakukan pelanggaran, pihak kedua dapat membatalkan kontrak dan menghukum si pelanggar.     

Walaupun Angele tidak tahu bagaimana Pangeran Evil Dragon bisa mendapatkan kontrak dari Dunia Chaos, jika dilihat dari bahan-bahan kontrak tersebut, sepertinya ia memiliki kekuatan yang setara dengan wujud asli murni Angele.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.