Dunia Penyihir

Mimpi Buruk (Bagian 7)



Mimpi Buruk (Bagian 7)

0Salju merah masih berjatuhan dari langit, dan lagu itu masih terus bergema di udara.     

Dibalut jubah hitamnya, Angele berdiri diam di depan retakan dimensi sambil menatap kepala-kepala departemen Menara Penyihir Kegelapan dan makhluk-makhluk kuat dari Dunia Peri.     

"Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini. Walaupun kau tidak mengajariku apa-apa, aku masih memperlakukanmu sebagai seorang guru." Jubah hitamnya pun bergerak dan menari-nari karena tiupan angin kencang.     

Manusia kelelawar itu berdiri sekitar 10 meter di depan Angele sambil membawa bola rune pada salah satu telapak tangannya. Suara getaran masih terdengar dari tangan lainnya. Suara getaran itu membantu Sando untuk terus mengeluarkan suara nyanyian dari tenggorokannya.     

"Green, apa akan kau lakukan di sini?" Pria itu menatap mantan muridnya itu dan memicingkan mata. "Jangan katakan bahwa kau yang membawa semua makhluk Dunia Mimpi Buruk ke dunia ini."     

Manusia kelelawar itu kembali mempertimbangkan situasi. Ia teringat akan ritual pemanggilan dan retakan dimensi yang muncul entah dari mana. Ia memicingkan matanya pada Angele.     

"Kau benar, semua ini adalah rencanaku. Akulah yang memanggil mereka." Angele mengangguk dan tersenyum. "Kukira kau tidak akan bisa mengunci lorong dimensi ini, tapi ternyata kau bisa sampai ke tahap ini. Sejujurnya, aku kecewa…"     

"Apa maksudmu?" Pria kelelawar itu mengangkat bola rune di tangannya. Ia melihat ekspresi Angele yang sangat tenang. Ekspresi tersebut membuatnya sadar bahwa ada sesuatu yang tidak beres.     

"Maksudku adalah… semuanya sudah selesai…" Angele merentangkan kedua tangannya.     

Duar!     

Sebuah bola asap hitam meledak di udara, menyerang manusia kelelawar itu dan menyegelnya dalam sebuah bola asap raksasa. Tubuh makhluk itu itu melayang-layang di udara.     

Asap itu bergulung dan mendidih di dalam bola tersebut. Helai-helai rambut merah saling melilit di sekitar bola tersebut tersebut.     

Shing! Shing!     

Gumpalan asap memisahkan diri dari bola tersebut dan beterbangan ke berbagai penjuru, sebelum berubah menjadi salib raksasa yang sangat berkilauan di langit.     

Angele berdiri di tengah salib itu. Tubuhnya diselimuti oleh asap hitam. Saat ia merunduk, kulitnya tampak bergetar, seakan-akan ada banyak serangga yang merambati kulitnya.     

Wajahnya membengkak, berubah menjadi hijau, sebelum akhirnya menghitam. Tangan dan kakinya tumbuh dan membesar dengan begitu cepat, serta mengeluarkan suara seperti ada bola cairan lengket yang meledak-ledak dalam tubuhnya.     

Setelah beberapa detik, ia berubah menjadi raksasa berukuran 10 meter, namun ia masih terus tumbuh. Asap hitam keluar dari mata, hidung, mulut, dan telinganya, sementara duri-duri tajam berwarna hitam dan ekor panjang dengan pelindung besi berwarna hitam muncul di punggungnya.     

Udara di tempat itu seperti memadat, dan suara teriakan-teriakan dari asap hitam itu jauh lebih keras ketimbang lagu dari harta Penguasa Mimpi.     

Tanpa sempat bereaksi, Sando dan manusia kelelawar itu berdiri terpaku. Mereka tidak menyangka akan melihat perubahan tersebut. Dalam hitungan detik saja, Angele telah berubah dari manusia menjadi monster raksasa dengan zirah berduri dan ekor panjang.     

Satu-satunya hal yang masih sama adalah rambut merah panjang yang tergerai pada bahunya.     

Monster setinggi 10 meter itu terlihat seperti manusia serangga berbaju zirah, dengan asap hitam yang terus keluar melalui celah-celah di antara baju zirah tersebut. Melalui asap hitam tersebut, mereka melihat wajah-wajah berwarna putih yang berteriak kesakitan.     

Perlahan-lahan, salib raksasa di udara menyerap asap itu. Seketika, asap itu berhenti keluar.     

Sando dan manusia kelelawar itu berdiri dalam bayangan monster hasil perubahan wujud Angele.     

Gelombang mental monster itu memiliki kekuatan yang setara dengan penyihir tingkat 6. Titik-titik partikel energi di sekitarnya berubah menjadi aura berwarna-warni yang menyebar ke mana-mana.     

Sando dan manusia kelelawar itu nyaris tidak bisa meneruskan lagu tersebut. Mereka menatap Angele dengan ekspresi sangat terkejut.     

Manusia kelelawar itu menelan ludah. "Wujud tersegel… Dia adalah wujud tersegel…" Suaranya terdengar berat dan serak.     

Mendengar perkataan itu, Sando pun menjadi ketakutan dan putus asa. Sepertinya, energi perasaan negatif di udara telah mempengaruhinya.     

Tidak ada yang menyangka bahwa penyihir yang berani mengkhianati Menara Penyihir Kegelapan adalah sosok wujud tersegel. Angele terlihat seperti penyihir biasa dari Dunia Penyihir.     

Situasi itu sangat sulit dipercaya, hingga para penyihir tidak tahu apa yang harus mereka lakukan.     

"Wujud tersegel… Wujud tersegel yang sudah masuk ke dunia ini…" Manusia kelelawar itu hendak mengatakan sesuatu, namun ia sadar bahwa mata dan telinganya mengucurkan darah. Rasa takut dalam pikirannya membuatnya gemetar.     

Ia berusaha menenangkan diri dan mendongak, kemudian melihat makhluk raksasa di depannya.     

Brak!     

Tiba-tiba, manusia kelelawar itu ditarik menjauh oleh sesuatu. Cannon menariknya dengan bantuan medan gaya.     

"Mundur!" Ia berteriak seraya mengayunkan pedangnya ke depan. Pedang besar itu memanjang dengan cepat dan nyaris mencapai Angele.     

Klang!     

Pedang raksasa itu ditangkis oleh sebuah kuku tajam.     

Wajah keempat penyihir yang mundur itu terpantul pada keempat mata Angele. Wajahnya ditutupi oleh sebuah topeng, dan matanya berbentuk seperti mata serangga. Ia menjentikkan jarinya dan melepaskan secercah gumpalan asap tebal berwarna hitam.     

"Lari! Kita harus pergi sekarang!" teriak sebuah suara wanita yang melengking. Suara itu terdengar seperti suara Alice.     

"Bagaimana bisa wujud tersegel tinggal di dunia ini tanpa terdeteksi?! Berhati-hatilah, Sando!"     

Sebuah bayangan hitam melompat ke arah Sando dan menangkis aura perasaan negatif dan gumpalan asap hitam yang sedang menyerangnya dari samping.     

Brak!     

Mereka berdua terlempar karena serangan itu, sebelum akhirnya berhenti setelah terlempar lebih dari 30 meter. Wajah mereka memucat, dan akhirnya mereka memuntahkan darah.     

Akhirnya, Sando menyadari apa yang telah terjadi. Ia mengambil Duke Mystery dan terbang bersama-sama mendekati manusia kelelawar tersebut.     

Anggota kelompok yang tersisa pun ikut bangun dan terbang mendekati pria kelelawar tersebut.     

Angele menatap para anggota Menara Penyihir Kegelapan dengan ekspresi wajah yang kosong. Saat ini, ia masih harus membiasakan diri dengan kekuatan wujud aslinya, dan ini adalah kali pertamanya mengaktifkan wujud asli setelah ia menjadi Penguasa Teror. Walaupun wujud ini lebih lemah ketimbang wujud asli murni, kekuatan wujud ini masih setara dengan seorang penyihir tingkat 6. Ditambah lagi, kekuatan darah-darah yang ia miliki memberinya kekuatan untuk membuat tubuhnya nyaris tak bisa diserang dan kemampuan untuk mengendalikan perasaan negatif. Para penyihir itu tidak mungkin bisa menang melawannya.     

Sebagian besar penyihir di depannya itu adalah penyihir tingkat 5. Walaupun mereka tergolong sebagai penyihir tingkat 5 yang kuat, kekuatan wujud aslinya jauh lebih kuat ketimbang kekuatan mereka.     

Ia meregangkan tubuh dan meluruskan punggungnya, hingga terdengar suara seperti tulang-belulang yang saling menekan. Ia mengangkat tangannya dan mengumpulkan asap hitam di sekitarnya hingga menjadi lingkaran cahaya hitam.     

Shing!     

Ia berteleportasi ke belakang para penyihir itu dan melemparkan lingkaran cahaya di tangannya.     

Cip!     

Suara aneh seperti kicauan burung bergema di udara. Seketika, lingkaran cahaya hitam itu mengecil, membesar, dan meledak, hingga berubah menjadi pusaran bola api hitam.     

Bola api itu mengeluarkan suara keras, dan muncul tepat di atas para penyihir.     

Shing! Shing!     

Para penyihir bergerak cepat ke berbagai arah dan berusaha kabur dari api tersebut.     

"Kau ingin mencoba kabur?" Angele tersenyum keji saat mencium bau darah segar di udara. Walaupun para penyihir itu berusaha kabur, serangan tadi masih berhasil melukai mereka.     

Angele berkedip dan melihat bayangan hitam yang bergerak ke kanan.     

Ia menghilang, dan kembali muncul di depan bayangan itu untuk menghalangi jalan.     

Ia menunduk dan melihat bayangan itu. Di bawah tekanan perasaan negatif di udara, bayangan tersebut nyaris tidak bisa bergerak.     

"Komandan Peleton Alice, kau mau sembunyi di mana…?"     

Alice pun gemetar. Darah mengucur dari mata, hidung, dan mulutnya. "Tidak!" teriak Alice. Seketika, tubuhnya mulai membesar.     

Wanita itu berubah menjadi boneka raksasa berambut pirang, kemudian menerjang Angele.     

"Bagaimanapun, aku akan tetap hidup!" teriak wanita itu dengan penuh ketakutan. Suaranya persis seperti orang gila. Tubuhnya dikelilingi medan gaya tak kasat mata. Ia mencoba menggapai pinggang Angele. Tubuh wanita itu membusuk, seolah-olah ia menjadi semakin tua setiap kali berusaha mendekat. Daging yang membusuk itu berkumpul pada kedua tangan wanita tersebut, sehingga menciptakan sebuah pemandangan yang mengerikan.     

Brak!     

Tiba-tiba, wanita itu berhenti bergerak, seakan telah menabrak dinding tak kasat mata.     

"Inilah pembalasanku. Selamat tinggal, Alice." Angele mengangkat tangan kanannya. Bayangan seekor kalajengking raksasa sepanjang lebih dari 1000 meter muncul di belakangnya.     

Ia menepuk tangannya ke depan.     

Bayangan itu juga menepuk cakarnya ke depan. Serangannya lambat namun kuat, dan mendarat tepat pada tubuh Alice.     

Duar!     

Langit berubah menjadi gelap, dan terdengar suara seperti petir.     

Sebuah tangan merah muncul di langit dan mendarat di atas tanah, sehingga menciptakan sebuah lubang dalam yang gelap seperti tak berdasar.     

Tangan itu terlihat seperti pilar batu yang menghubungkan langit dan bumi. Tangan tersebut menusuk tanah dan mencipratkan kepingan batu dan lumpur ke mana-mana. Bahkan, makhluk-makhluk dunia mimpi buruk yang terkena serangan itu meledak.     

Wush!     

Terdengar suara-suara aneh dari monster-monster di tanah dan langit. Suara itu adalah bentuk hormat dari para prajurit kepada para penguasa.     

Para monster di atas tanah berlutut, sementara monster-monster di atas langit menutup sayap mereka. Tidak ada yang tetap tenang melihat tangan tersebut.     

Asap hitam kembali muncul dan hampir menutupi seluruh langit. Seketika, cahaya merah dari matahari menjadi lemah, seakan-akan ada sesuatu yang menyerap kekuatan matahari tersebut.     

Retakan dimensi itu membesar dengan cepatnya, dan raksasa emas di dalamnya kembali dapat memasukkan tubuh bagian atasnya ke dalam Dunia Penyihir.     

"Phoenix, kukira kau akan mengingkari janji dan menyegel retakan itu. Aku senang kau mau membantu."     

Raksasa emas tersebut menatap anggota Menara Penyihir Kegelapan yang masih berusaha kabur.     

"Apa yang ingin kau lakukan pada mereka? Kalau kau tidak keberatan, akan kumakan mereka."     

"Biar aku saja yang mengurusnya. Di mana Bone?" Angele menoleh pada raksasa tersebut, dan raksasa itu gemetar sesaat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.