Dunia Penyihir

Dunia yang Indah (Bagian 1)



Dunia yang Indah (Bagian 1)

Di suatu tempat di dalam hutan. Di dekat jalan menuju dataran tinggi…     

"Cepat! Cepat! Kita harus cepat!"     

Di atas rumput hijau, kelompok-kelompok penyihir berbaju zirah berlari cepat menyeberangi hutan tersebut. Mereka membawa tongkat sihir pendek di tangan masing-masing.     

Tubuh mereka melayang-layang di atas padang tersebut, dan wajah mereka tertutup oleh tudung putih lebar.     

"Semuanya, cepatlah! Kita harus sampai di altar dunia utama dalam waktu dua putaran jam pasir! Mereka butuh bantuan kita!" teriak si penyihir berjenggot putih panjang yang memimpin kelompok itu. Kerasnya teriakan penyihir tersebut bahkan membuat burung-burung beterbangan. Semua makhluk mengira bahwa teriakan itu adalah raungan seekor hewan buas.     

Kelompok tersebut segera berbaris dan mempercepat langkah. Mereka berlari menuju sisi seberang dataran tinggi.     

Di dalam hutan itu, terdapat lebih dari satu kelompok penyihir. Ratusan penyihir berlari menuju tempat tujuan mereka.     

Setiap tim berjarak sekitar 10 meter dari tim lainnya. Teriakan-teriakan semua anggota tim membuat tempat itu menjadi sangat ribut.     

Tim terakhir memiliki sekitar 6 penyihir.     

Lima di antara enam penyihir itu memiliki tanda berbentuk seperti telapak tangan emas pada dada mereka. Tanda emas itu adalah simbol organisasi Tangan Elemental.     

"Kapten Andorra, apakah kita terlambat? Kami kira kita harus pergi jauh lebih awal." Tetua Pertama Tangan Elemental bertanya. Pria berkepala botak itu terlihat lelah dan sedikit terluka. Sepertinya mereka baru saja melewati sebuah pertarungan sengit.     

Kapten bernama Andorra itu hanya menggeleng. "Aku tidak tahu. Ini semua adalah perintah Pangeran Evil Dragon. Aku yakin dia punya rencana. Kita ikuti saja rencananya."     

Ia memegang piringan hitam dengan sebuah titik cahaya hijau yang berkedip-kedip pada permukaannya. Piringan itu adalah alat sihir untuk menunjukkan rute.     

"Kita sangat berterima kasih atas bantuan Pangeran Evil Dragon, tapi kami tidak ingin bersembunyi saat seluruh negeri tengah sibuk mengorbankan nyawa untuk bertarung melawan Menara Penyihir Kegelapan. Ini bukanlah jalan kami." Tetua Pertama terdengar sangat kecewa.     

"Benar, Tangan Elemental tidak pernah takut bertarung!" Tetua Kedua menimpali.     

"Para Penjaga di bawah Tetua Vivian sudah ikut bertarung, kan? Lagipula, kalian sudah ikut andil dalam pertarungan ini." Andorra menjelaskan seraya tersenyum kecut.     

Vivian berdiri di tengah kelompok itu. Ia terdiam dengan perkataan tersebut. Saat itu, ia sudah sampai di dataran tinggi dan sudah hendak bergabung dalam pertarungan. Namun, Pangeran Evil Dragon memintanya untuk menolong tetua Tangan Elemental lainnya. Para tetua tersebut jauh dari medan pertarungan, sehingga ia terpaksa harus berbalik dan kembali.     

Itulah alasan mengapa para Penjaga bertarung di depan, namun Vivian tidak ikut bertarung.     

"Tenanglah, kalian berdua. Aku yakin bahwa Pangeran Evil Dragon punya alasan tersendiri," kata Vivian.     

Para penyihir berlari secepat mungkin, namun tidak ada satu pun yang terengah-engah sembari mereka berbicara.     

Andorra menghela nafas lega. Organisasi-organisasi lain akan senang jika mereka tidak perlu bertarung, namun para tetua Tangan Elemental akan mengira bahwa sang Pangeran sedang menghina kekuatan bertarung mereka.     

Tetua Pertama dan Tetua Kedua sangat temperamental. Hanya Vivian yang bisa mendinginkan suasana.     

"Baiklah! Mari kita istirahat dulu di sini." Tiba-tiba, Andorra menurunkan lempengan itu dan mengirim pesan dengan partikel energi.     

"Istirahat lagi?! Kita baru istirahat dua hari yang lalu! Penyihir tidak seperti manusia. Setidaknya, kita bisa melaju selama tiga hari tanpa istirahat!" Tetua Pertama berteriak dengan geram.     

"Tenanglah, Tetua Pertama," jawab Tetua Keempat. Ia mengenakan jubah hitam di bawah baju zirah putih. "Prajurit-prajurit kita sudah sampai. Kita sudah membantu dalam perang ini."     

Tetua Pertama menatap Tetua Keempat. "Komandan Elang Putih dan Pengendali Jiwa mempertaruhkan nyawa di medan perang, sementara kita yang jauh lebih tua tertinggal di belakang. Sebagai yang lebih tua, seharusnya kila yang bertarung, bukan anak-anak kecil itu."     

"Bagaimana keadaaan Aliansi Kota Putih?" Tetua Kelima mencoba mengubah topik pembicaraan. Tanpa lingkaran-lingkaran sihir warisan mereka, para tetua tidak lagi memiliki kekuatan untuk mengubah jalannya perang, sehingga beberapa organisasi yang bekerja untuk Tangan Elemental memutuskan untuk melepaskan diri.     

"Aliansi Kota Putih bergabung dengan Black Earth dan membentuk pasukan di bawah pimpinan Penguasa Cermin. Kota-kota yang tidak diserang, seperti Syair Duyung dan Kemuliaan Bangsa Titan, telah bergabung dengan mereka juga. Dewan Tetua hanya memiliki bantuan dari Staf Akademik dan Penjaga, sementara sebagian besar prajurit elit dari Lembah Angin dan Sungai Emas telah mati dalam pertarungan sebelumnya." Tetua Keempat menjelaskan. "Tetua Kelima, apakah Ladang Pengembara masih bekerja untukmu?"     

Tetua Kelima terdiam sesaat. "Mereka memutuskan untuk bergabung dengan Aliansi Kota Putih. Tanpa lingkaran sihir warisan-ku, aku tidak bisa apa-apa."     

Para tetua pun terdiam. Mereka sadar bahwa suatu hari nanti, mereka harus meninggalkan teritori. Namun tetap saja, mereka merasa sangat sedih.     

"Tanpa Lingkaran Sihir Warisan pun, kita masih punya Bola Tanaman Nol. Kita lebih kuat dari penyihir tingkat 4 biasa, jadi kita pasti akan baik-baik saja." Tetua Pertama tersenyum kecut.     

Tidak ada yang menjawab. Andorra dikirim oleh Pangeran Evil Dragon, sehingga ia memutuskan untuk tidak terlalu dekat dengan kelima tetua. Sebagai penyihir tingkat 4 biasa, ia tidak tahu apa yang sedang dibicarakan kelima tetua itu.     

Walaupun para tetua memiliki benda khusus bernama Bola Tanaman Nol, mereka hanyalah penyihir tingkat 4 atas, dan aliansi memiliki banyak penyihir yang lebih kuat. Tanpa lingkaran sihir warisan mereka, mereka tidak akan bisa melakukan apa-apa.     

"Mari kita berhenti dan beristirahat." Tetua Kelima menghela nafas.     

Mereka berhenti, dan para penyihir mulai memasak.     

Matahari perlahan-lahan terbenam, dan hari mulai gelap.     

Vivian dan Tetua Kelima duduk bersebelahan di depan api unggun. Rambut pirang emas panjang wanita itu tergerai di atas bahunya, dan memperlihatkan wajahnya yang khawatir.     

Beberapa penyihir muda dari tim lain berjalan mendekati api unggun sambil membawa piring yang penuh dengan berbagai macam buah.     

"Tetua Vivian, kami menemukan buah-buahan liar di hutan. Rasanya enak sekali. Apakah Anda ingin mencobanya?"     

Seorang penyihir pria berwajah tampan berjalan mendekati api unggun dan melihat benda yang dibawa Colin. "Colin, di mana kau menemukan buah-buahan itu? Jika kau tidak hati-hati, mungkin kau akan terkena diare. Setahuku, ada banyak setan bermata satu di tempat ini."     

"Aku sudah mencobanya sendiri, dan aku yakin bahwa buah-buahan ini bisa dimakan. Apa maksudmu, Vincent? Bukankah kita sudah berjanji akan berkompetisi dengan adil?" Colin mengirim pesan dengan partikel energi.     

"Aku tidak berusaha menjelekkanmu. Aku hanya khawatir. Ayolah." Vincent mengernyitkan alisnya.     

Mereka saling pandang, sebelum akhirnya Vincent berjalan mendekati Vivian dan duduk.     

"Vivian, apakah kau khawatir tentang Green?" Pria itu sangatlah elegan dan tampan. Suaranya berat seperti seorang kaum terpelajar.     

"Iya…" Vivian mengangguk. "Sebelum Green kembali padaku waktu itu, aku tidak pernah merasakan hal seperti ini. Aku takut, dan aku tidak tahu apa yang akan kulakukan jika sesuatu terjadi padanya…"     

"Jangan khawatir." Pria itu berkata dengan lembut. "Ayahku adalah komandan angkatan udara aliansi. Dengan ayahku di garis depan, Green pasti akan baik-baik saja."     

"Apakah itu yang dikatakan Pangeran Evil Dragon, Valla?" Vivian tersenyum kecut.     

"Benar, ayahku… Ayahku bilang bahwa dia percaya pada Green." Valla mengangguk. Ia ingin memeluk Vivian saat melihat kesedihan pada sorot mata wanita itu.     

"Jangan khawatir. Dengan perlindungan ayahku, Green akan baik-baik saja." Perlahan, ia meletakkan tangannya di punggung tangan kanan Vivian.      

"Katakan pada ayahmu bahwa aku sangat berterima kasih." Vivian menyingkirkan tangannya dengan ekspresi datar.     

Valla berdiri dan berkata dengan lembut. "Baiklah, aku masih ada urusan lain. Jangan terlalu dipikirkan. Sekarang kau harus fokus dengan misi." Ia menatap kedua penyihir muda yang marah itu berjalan mendekat.     

Valla memicingkan matanya pada mereka dan tersenyum, kemudian ia berbalik dan mendekati kelompok lainnya.     

"Kau!" Colin benar-benar marah, hingga ia nyaris melemparkan buah-buahan di tangannya. Ia menerjang Valla, namun Vincent menghentikannya.     

"Tenanglah. Apa kau lupa peringatan Ana?" Vincent mengirim pesan dengan partikel energi.     

Mendengar nama itu, Colin gemetar ketakutan.     

Ia menggertakkan giginya dan berkata, "Suatu hari nanti, aku akan…"     

Mereka menatap Vivian, yang duduk di samping api unggun, dan terdiam.     

Colin berjalan mendekati api unggun itu dan perlahan meletakkan buah-buahan yang ia bawa, sementara Vincent mengambil satu toples selai buah dan meletakkannya di samping buah-buahan tersebut.     

Melihat Vivian menatap api unggun dengan sedihnya, mereka memutuskan untuk tidak mengatakan apa-apa. Mereka segera pergi dan kembali ke kelompok masing-masing.     

Setelah beberapa saat, api mulai padam, dan suhu semakin dingin. Saat melihat buah-buahan dan selai buah di sampingnya, akhirnya ia tersenyum.     

Tetua keempat mengirimkan pesan pada Vivian dengan bantuan partikel energi.     

"Vivian, kau tidak perlu berbicara dengan Valla. Jika kita harus meninggalkan Pangeran Evil Dragon, kita akan baik-baik saja. Kita bisa bergabung pada dua komandan lainnya."     

"Tidak apa-apa." Vivian menggeleng perlahan.     

"Kau masih mau berbicara padanya hanya karena Green, kan?" Tetua keempat menghela nafas.     

Vivian terdiam sejenak, kemudian ia menyunggingkan senyuman. "Green bekerja untuk Menara Penyihir Kegelapan, dan sekarang semua informasi tentang dirinya telah diumumkan ke publik. Pihak aliansi dan Menara Penyihir Kegelapan mengejar dirinya. Dia dalam masalah, dan satu-satunya yang mau menolong kita adalah Pangeran Evil Dragon."     

Ia tersenyum kecut.     

"Demi Angele, aku akan melakukan apa saja."     

"Kau masih terluka oleh apa yang kau lakukan beberapa tahun lalu, ya…" Perlahan, Tetua Keempat menutup matanya.     

Vivian tetap diam. Ia mengingat hari-harinya bersama pasangan Henn. Pria itu sangatlah tampan, dan Vivian tidak mau membiarkannya pergi begitu saja.     

Pria itu membuatnya menusuk Henn dari belakang dan nyaris mengerahkan semua yang ia miliki. Saat mendengar cerita itu dari Henn, Angele mengira bahwa wanita itu hanya berbohong.     

Namun, ia gagal, sehingga ia harus kembali ke Tangan Elemental.     

Kedua tetua terdiam, dan suasana menjadi hening. Suara derak kayu yang terbakar adalah satu-satunya yang memecah keheningan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.