Dunia Penyihir

Pengorbanan (Bagian 1)



Pengorbanan (Bagian 1)

Angele berjalan perlahan menyusuri lorong itu, dengan diikuti oleh Becky.     

Mereka tidak menggunakan sihir-sihir untuk penerangan sama sekali. Angele masih bisa melihat dalam kegelapan, sehingga mereka tidak perlu menggunakan sumber cahaya apa pun.     

Setelah beberapa saat, ia menyadari bahwa jalan di depan sudah tidak berlumpur.     

"Sepertinya, kita memilih lorong yang benar," timpal Becky.     

"Jika tidak ada yang terjadi, mungkin kita memilih lorong yang salah."     

Angele berbelok di sudut lorong. Ia melihat sebuah lorong yang telah hancur. Jalan mereka benar-benar tertutup oleh kepingan-kepingan batu.     

Ia berjalan mendekati dan menyentuh tumpukan batu tersebut sambil menutup matanya.     

Beberapa menit kemudian…     

"Mari kita berteleportasi melewati lorong ini. Kedua lorong akan menyatu di depan. Aku akan masuk dulu, dan kau bisa berteleportasi dengan kekuatan darahku."     

Blar!     

Ia menghilang dalam kobaran api.     

Di sisi lain lorong runtuh tersebut.     

Cahaya merah bersinar dalam lorong yang gelap itu. Cahaya-cahaya putih seketika muncul di sampingnya dan menyatu menjadi tubuh Becky.     

Mereka bisa mendengar suara-suara tikus dan mencium bau busuk di tempat itu.     

Setelah Angele menjentikkan jarinya, muncul aura merah muda di sekitar kakinya. Tanpa mengatakan apa-apa, ia mulai berjalan maju.     

Suara tapak kakinya terdengar keras dan bergema dalam lorong itu.     

Becky sangat jijik pada lumpur dalam lorong tersebut, sehingga ia terus berusaha menghindarinya.     

Di atas tanah, terdapat bola-bola cairan hitam yang lengket dan berbau busuk.     

"Sampai kapan kita harus berjalan?" Becky sudah benar-benar tidak sabar.     

"Tenanglah, kita sudah dekat. Aku tahu lokasi Mincola. Kita ada di jalan yang benar." Angele menjawab seraya sedikit meningkatkan kemampuannya.     

Waktu terus berjalan.     

Beberapa jam kemudian, Becky hendak angkat bicara, namun Angele menghentikannya.     

"Ada yang tidak beres. Seharusnya, kedua lorong akan bersatu di depan, dan kita akan bertemu Suman. Mereka dalam masalah. Sebaiknya kita memeriksa keadaan mereka."     

**     

Di lorong kedua.     

Dinding lorong itu bercahaya terang. Suman menggenggam scimitar-nya erat-erat seraya menatap musuh yang berjalan mendekatinya. Sella, Mincola, Messiah, dan Dorman terbaring pingsan di tanah.     

Bella bersandar di dinding dan menyangga tubuhnya dengan salah satu pedang. Pedangnya yang lain telah hancur, dan jika ia jatuh sekarang, ia tidak yakin akan bisa tetap sadar.     

"Sialan, dia sudah menunggu dari tadi…" Suman menarik nafas dalam-dalam. Dadanya terasa sakit seperti terbakar. Tenggorokannya pun berdarah. Setelah menggunakan sebagian besar kekuatannya, paru-parunya terluka.     

"Apa kalian masih hidup?" tanyanya dengan lirih.     

Sembari berbaring di tanah, Messiah menjawab dengan lirih. "Kami tidak apa-apa. Jangan khawatir."     

"Jika tidak punya solusi, kita tidak akan bisa menyerang balik. Mincola, apa kau punya sesuatu yang bisa membantu?" tanya Sella. Suaranya terdengar sangat lemah.     

"Kalau aku memilikinya, pasti sudah kupakai dari tadi." Mincola tersenyum kecut. "Pria itu memiliki aura yang bisa mengurangi kekuatan kita secara perlahan. Aura itu memiliki jangkauan yang luas. Kita tidak bisa bertahan melawannya, jadi dia pasti jauh lebih kuat daripada kita. Walaupun aku punya teknik rahasia, aku tidak akan bisa melakukan apa-apa."     

"Aku tidak menyangka bahwa Menara Penyihir Kegelapan akan menjaga titik acak seperti ini dengan penyihir kuat." Suman terdiam. "Sial, lagi-lagi dia menyerang!"     

Tiba-tiba, ia melompat ke kiri. Seketika, gelombang-gelombang energi bergerak dan meledak di tempatnya berdiri beberapa detik lalu.     

Pria itu berjalan mendekati Suman. Tubuhnya kekar, namun tidak memiliki rambut sama sekali. Jenggot, rambut, dan alis, semuanya benar-benar tidak ada, sehingga wajahnya terlihat halus dan bersih. Matanya terbuat dari kertas dan bercahaya perak terang, seakan-akan ada cairan yang mengalir dari dalamnya.     

"Maaf, Nak. Perjalanan kalian akan berakhir di sini." Ia berjalan mendekati Suman seraya menyunggingkan senyuman aneh. Ia bertelanjang dada, sehingga luka-luka yang ditinggalkan oleh scimitar Suman terlihat jelas.     

Suman merunduk dan menarik nafas dalam. "Aku belum menggunakan seluruh kekuatanku."     

"Qansi!" teriaknya.     

Shing!     

Warna menghilang dari lorong itu. Semuanya berubah menjadi hitam dan putih.     

Semua yang ada di tempat itu berhenti bergerak.     

Tubuh Messiah dan Bella bercahaya ungu dan biru. Sepertinya, mereka masih bisa bergerak.     

Sella dan semua anggota lain berhenti bergerak.     

Pria berotot itu terhenti karena kekuatan Concept Gear tersebut, namun sepertinya ia tidak peduli.     

'Serangan ini lagi.' Suman menggumam. Ia menebak apa yang dipikirkan pria itu.     

Ia menarik nafas dan dan mengayunkan scimitar-nya perlahan.     

Shing!     

Tubuhnya berubah menjadi kilat perak dan menerjang pria kekar itu.     

Ia berusaha menyerang leher pria tersebut. Scimitar-nya bergerak cepat hingga terasa seperti angin yang bertiup.     

Namun, saat scimitar itu berada beberapa senti di depan leher pria tersebut, ia tidak bisa bergerak.     

Pembuluh darah hijau muncul di wajahnya. Seketika, ukuran ototnya meningkat pesat. Titik-titik merah muncul di permukaan kulitnya, yang menunjukkan bahwa pembuluh kapiler dalam tubuhnya mulai hancur.     

Rune emas muncul pada bilah scimitar itu, sehingga menerangi tubuh pria kekar tersebut dengan cahaya emas menyilaukan.     

Wush!     

Terdengar sebuah suara aneh, dan perlahan dunia kembali berwarna seperti semula.     

Scimitar Suman berhasil mengenai leher pria itu, sehingga darah mengucur deras dari lukanya.      

"Sudah selesai." Suman memindahkan pedangnya dan mundur beberapa langkah.     

Tidak percaya akan apa yang baru saja terjadi, pria itu berusaha menghentikan pendarahan pada lehernya, namun darah masih tetap mengucur. Cahaya hijau bersinar di tangannya. Sepertinya ia berusaha menggunakan energi kehidupan, namun akhirnya ia jatuh tersungkur dan berhenti bergerak.     

Mincola pun berdiri dan bertanya, "Berapa persen kekuatan yang kau gunakan?"     

Suman menurunkan pedangnya. "Sekitar 82 persen."     

"Itu hanya serangan jarak pendek, dan kau melepaskan 82 persen kekuatan Concept Gear-mu…" Ekspresinya berubah. "Apa kita tetap lanjutkan perjalanan sekarang?"     

"Aku akan mengurus sisanya. Kalian kembalilah. Semakin dalam kita masuk, semakin kuat pula musuh-musuh yang akan kita hadapi. Walaupun kita bisa membuat mereka diam, cepat atau lambat, kita pasti akan terdeteksi." Suman berbisik.     

"Apa maksudmu? Kita punya tujuan yang sama!" teriak Messiah. "Bella dan aku meletakkan tangan kita pada Concept Gear, sehingga kami tetap bisa bergerak walau waktu berhenti. Kami akan menemanimu, Suman. Sella, Dorman, Mincola, lebih baik kalian kembali."     

Suman menggeleng. "Aku bisa mengaktifkan rune matahari lima kali lagi, dan aku yakin akan bisa sampai ke dalam tempat ini. Mari kita melanjutkan perjalanan. Jangan khawatir, aku bisa kabur jika situasi benar-benar memburuk."     

Setelah pria bertubuh kekar itu mati, anggota kelompok Suman pun sembuh dengan cepat. Mereka segera berdiri dan memeriksa kondisi tubuh masing-masing.     

"Pergilah, sudah tidak ada waktu lagi." Suman mengembalikan scimitar-nya ke dalam sarung dan memeluk Sella. "Aku harus pergi sekarang. Pergilah dan tunggu berita bagus dariku," kata Suman sebelum akhirnya menghilang dalam kegelapan.     

Messiah dan Bella berjalan mengikuti Suman, sementara Mincola, Sella, dan Dorman berdiri terdiam. Mereka sadar bahwa mereka tidak bisa melakukan apa-apa.     

"Baiklah, mari kita kembali sekarang. Jika kita ikut, kita hanya akan menjadi beban mereka. Suman harus menggunakan Concept Gear-nya untuk melawan musuh di depan," kata Dorman.     

Menyadari bahwa perkataan Dorman benar, mereka memutuskan untuk kembali walau mereka merasa kecewa.     

Brak!     

Suman, Messiah, dan Bella terlempar mundur, hingga berguling-guling di tanah dan menabrak dinding.     

Shing!     

Warna menghilang dari tempat itu. Suman segera berdiri dan menerjang maju.     

Brak!     

Lagi-lagi, Suman terlempar mundur hingga terdengar suara yang keras. Wajahnya memucat. Ia menancapkan scimitar-nya ke dinding. Ujung scimitar-nya meninggalkan jejak hitam di dinding. hanya itulah yang bisa ia lakukan untuk menahannya.     

Tanpa waktu untuk berpikir, Suman hanya berteriak memanggil temannya. "Bella!"     

Klang!     

Api memercik di depan lorong sebelum ia sempat mengatakan apa-apa. Setelah menghindari serangan palu raksasa, Messiah berlari mendekati Suman sambil menggendong Bella.     

Brak!     

Palu itu meninggalkan lubang besar di dinding, serta mencipratkan kepingan batu dan debu ke mana-mana.     

Muncul makhluk berbentuk separuh manusia dan separuh ular. Makhluk itu memegang sebuah palu besar di tangan kanan dan sebuah perisai di tangan kirinya. Cahaya kuning terang bersinar pada permukaan tubuh pria itu.     

"Concept Gear, ya? Jadi, itulah mengapa kalian bisa masuk." Pria ular itu tersenyum keji. "Namaku Anman. Perjalanan kalian akan berakhir di sini."     

Pria ular itu mengayunkan palunya dan melepaskan gelombang-gelombang kuning di udara.     

"Dia sedang mengirim pesan pada Menara Penyihir Kegelapan. Kita harus cepat. Jika mereka mengirim lebih banyak orang, kita tidak akan bisa lewat." Suman menarik scimitar-nya dan menerjang pria itu.     

Bella menghentikan Suman. "Biar aku yang melawannya. Kalian harus segera pergi. Kita sudah tidak punya waktu lagi, dan kita tidak bisa membiarkan mereka memanggil Penguasa Mimpi."     

Suman dan Messiah saling pandang.     

"Berhati-hatilah, Bella." Mereka berusaha melewati pria ular itu dari sisi kiri dan kanan.     

Anman berusaha menghentikan mereka, namun Bella menyerangnya dengan pedang-pedang pendek yang dihubungkan dengan benang berwarna hitam. Benang-benang hitam itu terbuat dari energi misterius, sehingga pria itu harus fokus untuk menangkis serangan-serangan tersebut.     

Klang!     

Akhirnya, Messiah dan Suman berhasil melewati manusia ular itu.     

"Sialan! Akan kumakan kau!" Dengan geramnya, pria ular itu menerjang Bella dengan kecepatan penuh.     

**     

Angele masih berjalan di lorong kedua. Ia tampak kebingungan.     

"Setelah kelompok Suman bertemu musuh, mereka terbagi menjadi dua, sementara kita belum melihat apa-apa. Aku sudah menggunakan sihir untuk memeriksa keadaan, dan aku yakin bahwa lorong ini tidak digunakan. Mari kita pergi sekarang, kita hanya perlu mencari altar dunia tempat ini."     

"Tidak ada gunanya menjelaskan itu padaku, kau bisa melakukan apa pun yang kau mau," jawab Becky dengan raut wajah datar.     

"Kita adalah rekan." Angele tersenyum dan menepuk pundak wanita itu sebelum melanjutkan perjalanan.     

Mereka berbelok ke kanan dan berjalan dengan hati-hati.     

Akhirnya, mereka mendengar suara pertarungan di depan. Angele segera memeriksa gelombang mental kedua petarung itu.     

Ia mempercepat langkah dan mengulurkan tangan kanannya untuk menggenggam udara. Sebuah batu besar muncul di tanah dan berubah menjadi pedang selebar 1 meter dan sepanjang 3 meter.     

Tanpa memeriksa situasi, ia menggenggam pedang itu dan mengayunkannya ke depan.     

Brak!     

Kepingan-kepingan batu berceceran ke mana-mana, dan kedua pihak yang sedang bertarung segera saling menjauh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.