Dunia Penyihir

Penyempurnaan (Bagian 2)



Penyempurnaan (Bagian 2)

0"Musuh!" Kedua sosok berjubah kelabu yang tersisa berteriak seraya mencoba mengambil sesuatu dari kantong masing-masing. Angele berdiri tepat di samping mereka. Ia kembali menciptakan zirah batu-nya untuk meninju udara di antara mereka dan mengalihkan perhatian.     

Shing! Shing!     

Kepala kedua sosok berjubah kelabu itu tertusuk rambut merah Angele.     

Keempat sosok berjubah itu mati begitu saja.     

"Sudah selesai?" Becky mengusap pergelangan tangannya. Kegagalannya menembus pelindung mereka sepertinya membuatnya merasa kecewa.     

Angele mengangguk. "Iya, mereka hanyalah penyihir tingkat 4 yang sudah terluka, jadi kita bisa menyerang mereka dengan mudah. Masalahnya sekarang adalah rusa itu." Dunia Mimpi Buruk sudah semakin dekat, sehingga ia pun menjadi semakin kuat dan kemampuannya pun meningkat. Saat ini, ia jauh lebih kuat ketimbang saat ia masuk ke Singgasana Darah ini.     

Walaupun serangan fisik-nya dapat dibilang relatif lemah, kekuatan serangan tersebut masih setara dengan sihir-sihir penyerang yang kuat. Para penyihir berjubah kelabu itu adalah penyihir tingkat 4 atas, namun luka mereka membuat kemampuan bertahan mereka menurun. Oleh karena itu, Angele dapat membunuh mereka dengan mudah.     

Saat ini, ia yakin dapat melawan empat penyihir tingkat 4 atas dengan mudah, meskipun para penyihir tersebut dalam keadaan prima.     

"Ha?" Sepertinya, rusa yang sedang bertarung itu menyadari apa yang telah terjadi. Kedua mata rusa tersebut melepaskan dua laser ungu yang melesat dengan cepat ke dada Angele.     

Becky berjalan maju di depan Angele dan menangkis serangan itu sebelum ia sempat memberi perintah dan menangkis serangan itu.     

Shing!     

Kedua laser itu menembus jubahnya hingga meninggalkan dua lubang pada Concept Gear tersebut, namun wanita itu tidak terluka sama sekali.     

"Laser-laser itu bisa menusuk perisai suci milik para penyihir berjubah abu-abu itu." Becky mengernyitkan alisnya. "Fiona akan terus menyerang, dan rusa itu tidak akan bisa fokus menyerang kita. Bukankah sebaiknya kita melepaskan mereka dari penjara energi dulu?"     

Mendengar perkataan tersebut, Angele menatap para sosok berjubah hitam. "Siapa penyihir terkuat di sini?"     

"Aku!" Mira segera menjawab. "Maaf, kami telah bersikap tidak sopan padamu. Akulah penyihir terkuat dalam kelompok ini." Wanita itu menatapnya dengan ekspresi yang sulit dibaca. Sepertinya, wanita itu mengira bahwa Angele menyembunyikan kekuatan aslinya atas perintah aliansi.     

"Baiklah, kau akan kulepaskan dari penjara agar kau bisa melepaskan yang lain. Kau bisa melakukannya, kan?"     

"Tentu saja."     

Angele terbang mendekati Mira. Ia berjongkok dan membalik tubuh wanita itu.     

Terlihat sebuah rune rumit berwarna hijau yang terukir di atas perut wanita tersebut.     

Ia meletakkan jarinya di atas rune tersebut dan mulai menggambar rune lain. Akhirnya, setelah ia berhasil menyalin rune tersebut, cahaya hijau rune itu menghilang.     

Dalam beberapa detik, cahaya hijau terang bersinar di atas rune tersebut.     

Tanpa membuang waktu, ia menepuk rune tersebut.     

Setelah bebas, Mira segera berdiri tegak. Wajahnya memerah karena malu. Sebagian besar penyihir wanita tidak peduli, namun Mira adalah salah satu penyihir dari Kerajaan Bunga Emas, dan sikapnya akan mewakili seluruh keluarga kerajaan. Tidak seperti penyihir-penyihir wanita dari kerajaan lain, bunga emas adalah simbol wanita yang elegan dan bersih. Oleh karena itu, walaupun Angele sedang berusaha menolongnya, ia malu karena perutnya disentuh oleh seorang lelaki di hadapan publik.     

"Terima kasih." Berterima kasih pada pria yang menyentuh perutnya sembarangan membuatnya merasa sedikit aneh.     

**     

Di atas kumpulan awan…     

Sebuah boneka berukuran lebih dari satu meter sedang merapikan rambutnya. Ia melihat di sekeliling lautan awan putih itu untuk mencari sesuatu.     

"Kemarilah… Mendekatlah padaku…" Suara boneka itu lembut, namun terdengar serak.     

Sebuah suara pria muda terdengar dari balik lautan awan. "Sebagai komandan Menara Penyihir Kegelapan, untuk apa kau mengejar-ngejar penyihir muda sepertiku? Kejarlah para anggota-anggota penting dari aliansi."     

"Ini adalah perang, Nak. Tidak ada yang peduli tentang itu." Alice tertawa. "Panggil saja para anggota penting untuk datang kemari dan melawanku… Tapi, akhirnya mereka pasti akan mati juga. Hah!"     

Alice melihat ke arah kanan. "Ketemu kau!" Boneka itu bergerak ke depan dan menggenggam dengan tangan kanannya.     

Cras!     

Sebagian awan besar di sisi kanan menghilang, seakan seekor hewan buas telah menggigit bagian tersebut.     

Sepertinya, serangan Alice berhasil. Pria itu mengerang kesakitan.     

"Kau akan mati…" Alice menjilat bibirnya. Lidahnya berwarna merah dan bercabang seperti lidah ular.     

Boneka itu mengangkat kedua tangannya dan bertepuk tangan di depan dadanya. Sebuah bayangan berbentuk sayap muncul di sebelah kanan punggungnya. Bayangan sayap itu melesat dengan begitu cepat ke arah gumpalan awan tersebut.     

Tiba-tiba, ekspresi Alice berubah kecut. Sebuah layar transparan yang menampilkan para sosok berjubah kelabu dibunuh dari belakang muncul di depan mata boneka tersebut.     

"Mainan baru… Tunggu, pria itu kan… Mata Ungu…" gumamnya. "Hei, anak muda, kau beruntung karena aku ada urusan lain hari ini…"     

Alice berbalik dan menghilang di balik awan.     

Beberapa menit kemudian, sosok berjubah putih muncul jauh dari lautan awan tersebut. Dengan tangan kirinya, ia menyangga tangan kanannya yang terluka. Keringat membasahi seluruh wajahnya.     

"Apa yang sekarang direncanakan makhluk ini?"     

**     

Tiba-tiba, ekspresi Angele berubah kecut.     

"Cepatlah! Alice sedang mendekat!" Tiba-tiba, ia berteriak.     

Mira melepaskan tiga orang penyihir dari penjara. Pertama-tama, ia membebaskan adiknya, Miray, dan mereka segera membantu para penyihir lain. Sepertinya, mereka masih butuh waktu.     

Aria baru saja keluar dari penjara.     

"Bagaimana kau bisa tahu bahwa makhluk itu sedang kemari?" Aria benar-benar geram. Walaupun wanita itu berumur 100 tahun, dia masih tidak bisa mengendalikan emosi-nya layaknya wanita dewasa.     

"Aku mendirikan banyak rune dalam perjalanan kemari. Alice akan tiba dalam setengah jam pasir." Setengah jam pasir sama dengan setengah jam. Mendengar perkataan Angele, ekspresi para penyihir segera berubah kecut.     

"Sekarang!" Ia dan Becky saling pandang, dan Becky pun mengangguk. Mereka memahami bahwa situasi ini adalah situasi hidup dan mati.     

"Jika kita gagal menyelesaikan masalah ini, aku akan melepaskan sihir penahan kekuatanku. Lakukan apapun yang kau bisa untuk membunuh rusa itu." Angele mengirimkan pesan dengan partikel energi.     

"Akan kucoba." Becky menjawab dengan suara berat. "Sebelumnya, akan kuperingatkan kau. Alice juga memiliki Concept Gear, dan tidak ada yang tahu kekuatan aslinya. Dia senang berpura-pura tampak sedikit lebih kuat, sehingga ia bisa bersenang-senang dalam sebuah pertarungan."     

"Tidak apa-apa." Angele mengangguk. Semakin banyak penyihir yang mati, semakin banyak pula jiwa yang dapat ia kumpulkan.     

"Mira, bagaimana cara untuk meninggalkan Singgasana Darah ini?"     

Ia menatap Mira.     

"Fiona punya piringan berisi koordinat." Miray menjawab sebelum Mira sempat mengatakan sesuatu.     

Mereka berhenti berbincang-bincang, dan memutuskan untuk tidak membuang-buang waktu lagi.     

Para penyihir segera bersiap-siap bertarung dan menunggu perintah Angele, karena mereka menyadari bahwa ia adalah penyihir terkuat dalam kelompok.     

"Semuanya, persiapkan sihir-sihir elemen listrik yang dapat menyerang satu wilayah luas! Aku akan mencari sasarannya!" Angele mengangkat tangannya dan mengayunkannya ke bawah kuat-kuat.     

Sebuah rune listrik berwarna ungu berukuran sebesar kepala manusia muncul dan melayang-layang di atas kepalanya.     

Rune tersebut menyerap dan mengumpulkan kilat-kilat listrik ke dalam lubang hitam di tengahnya. Sepertinya, rune itu memiliki fungsi seperti kantong yang dirancang untuk menyimpan energi listrik.     

Para penyihir lain pun mulai menggunakan sihir masing-masing dan menciptakan kilat-kilat energi yang masuk ke dalam rune ciptaan Angele.     

Kilat-kilat menyambar di sekitar para penyihir. Semakin lama, kilat-kilat itu semakin terang. Dari kilat-kilat tersebut, terbentuklah seekor macan tutul raksasa.     

Seketika, lautan awan di bawah mereka mulai menjadi gelap dan bergerak-gerak.     

Menyadari bahwa situasi telah berubah, rusa itu menjadi ketakutan. Namun, rusa itu masih harus menghindari kilat-kilat ungu yang dilepaskan oleh bola mata ciptaan Fiona.     

Aum!     

Rusa itu mendengus, dan aura es yang dilepaskannya semakin kuat. Seluruh daerah di sekitar rusa itu berubah menjadi wilayah yang penuh dengan aura es.     

Kepingan-kepingan es dalam aura itu menyatu dan berubah menjadi bunga-bunga es. Perlahan-lahan, bunga-bunga itu berputar di sekitar rusa tersebut.     

"Hati-hati! Rusa itu akan menggunakan senjata pamungkasnya!" Suara Fiona bergema di udara.     

Angele sama sekali tidak peduli, dan ia menunjuk rusa tersebut.     

Macan tutul itu mengaum dan berlari kencang ke arah rusa tersebut.     

Bola mata ciptaan Fiona melepaskan dua ular listrik yang terbang ke arah rusa tersebut.     

Saat kedua ular itu menyentuh bunga-bunga es tersebut, bunga-bunga itu langsung meledak. Energi es di udara terus bergerak-gerak dengan liarnya.     

Tiba-tiba, langit menjadi gelap.     

Duar!     

Guntur menyambar, sehingga langit kembali terang.     

Rusa itu terbakar hingga menghitam, bahkan kepalanya terpenggal dan hilang entah ke mana. Walaupun masih melayang di udara, rusa itu tidak bergerak sama sekali.     

"Sudah selesai! Mari kita mundur sekarang!" Bola mata itu mengecil dan kembali menjadi Fiona. Jubah hitamnya sobek-sobek, sementara wajah dan tubuhnya penuh darah. Sepertinya, pertarungan itu benar-benar sengit.     

Fiona segera membuka dan membalik-balik halaman bukunya beberapa kali.     

Semua penyihir terbang mendekati Fiona.     

Angele adalah yang terakhir sampai. Ia mengumpulkan jiwa-jiwa para penyihir yang sudah mati saat para penyihir lainnya terbang mendekati Fiona.      

Fiona bergegas menggumamkan mantra untuk pergi ke koordinat yang tertulis. Namun, para penyihir melihat sebuah titik hitam yang terbang dengan begitu cepat dari kejauhan ke arah mereka.     

"Kau tidak akan bisa kabur!" teriak Alice. Suaranya serak dan melengking. Sebuah medan gaya mengerikan yang sangat kuat bergerak-gerak di tempat itu, mirip seperti pusaran tornado.     

"Ayolah! Cepatlah!" Para penyihir menatap Alice dengan tatapan penuh ketakutan. Mendengar teriakan itu, Fiona segera mempercepat mantranya.     

Duar!     

Para penyihir menghilang dalam cahaya emas dan langsung berteleportasi.     

Hal terakhir yang mereka dengar adalah umpatan-umpatan Alice.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.