Dunia Penyihir

Dunia Yang Berulang (Bagian 1)



Dunia Yang Berulang (Bagian 1)

0Tidak ada yang tahu berapa lama waktu yang telah berlalu dalam kegelapan itu.     

Perlahan-lahan, Angele membuka mata.     

Suara-suara nyaring terdengar di sekitarnya.     

Ia sedang berbaring di sebuah jalan yang bersih. Para pejalan kaki dan kereta-kereta kuda berlalu-lalang, melewati dirinya yang sedang berdiri di tengah jalan. Para pejalan kaki berjalan tepat di sampingnya.     

Cahaya terang matahari menyinari seluruh jalan. Bangunan-bangunan di jalan tersebut berwarna abu-abu.     

Syur!     

Seorang pekerja dari toko ramuan sedang menuangkan limbah ke tanah di depan Angele, sehingga para pejalan kaki segera menjauhinya.     

Limbah berwarna hijau itu membasahi jalan berwarna abu-abu tersebut.     

Pekerja tersebut memandang Angele. Ia tampak sedikit kebingungan, namun ia cepat-cepat kembali ke toko.     

"Di mana aku…" Ia mengernyitkan alisnya seraya memeriksa keadaan di sekelilingnya.     

Bangunan-bangunan dan bentuk lampu jalan di tempat itu sangat mirip dengan gaya bangunan Eropa. Para pejalan kaki mengenakan pakaian yang terbuat dari kain linen. Ia juga melihat beberapa orang yang tampak seperti prajurit bayaran.     

"Hei, kau sedang apa?" Seorang pria berambut merah menepuk pundak Angele dengan kedua tangannya. "Sedang apa kau di sini? Pergilah ke serikat kerja dan melaporlah kembali!"     

Angele terdiam dan memandang pria itu.     

Pria itu melambaikan tangannya di depan mata Angele.     

"Apa kau masih mengantuk? Kau tertidur tepat setelah kita kembali dari reruntuhan. Para ketua perkumpulan sudah menunggu kita di sana, ayo cepatlah!" Pria itu mendorong Angele.     

"Baiklah." Angele berkedip dan mengangguk.     

Mereka mulai berjalan melewati kerumunan menuju sisi selatan jalan tersebut. Dalam perjalanan, pria itu terus membicarakan petualangan mereka – sepertinya, Angele adalah alasan mengapa mereka berhasil menyelesaikan petualangan itu.     

Angele benar-benar tidak tahu apa yang sedang terjadi. Ia hanya mendengarkan pria itu dan memandangnya.     

Pria tersebut mengenakan celana kulit berwarna cokelat, sepatu bot dan kaos juga rompi berwarna senada. Tubuhnya kekar, dan wajahnya tampan. Sebuah bekas luka kecil menghiasi bagian bawah mata kanannya. Pria itu tampak seperti seorang prajurit bayaran yang masih muda.     

"Aku sudah siap bahkan sebelum ketua mengatakan apa-apa, dan aku melihat cahaya merah itu berkedip! Aku mendengar seseorang memanggil namaku dari belakang. Tanpa waktu untuk berpikir, aku segera menjatuhkan beruang itu! Chris memanfaatkan kesempatan tersebut dan memukul kepala beruang itu. Akhirnya, kita berhasil menghabisi beruang terakhir yang mengamuk itu. Aku tahu bahwa ketua sangat senang dengan performa-ku. Ini adalah hal terbaik yang pernah terjadi sepanjang hidupku!" Pria itu bernama Rock. Ia terus menceritakan semuanya kepada Angele. Setelah berjalan selama beberapa saat, akhirnya mereka sampai di depan sebuah bangunan batu.     

Pintu bangunan itu terbuka lebar. Ada banyak prajurit bayaran di dalamnya. Di antara mereka semua, Angele dan Rock terlihat seperti prajurit yang biasa saja.     

Saat itu, tiba-tiba Angele menyadari bahwa ia tidak sedang mengenakan jubah merah. Ia mengenakan baju berbahan kulit. Di sabuknya, tersemat lima bilah pisau perak. Ia setengah telanjang. Ada sepasang pelindung logam pada kedua pergelangan tangannya.     

Mereka memasuki gedung dan melihat banyak meja-meja di lantai itu. Meja-meja tersebut berbentuk seperti jamur-jamur berwarna cokelat.     

Ada meja resepsionis di samping dinding, dengan seorang resepsionis yang duduk di belakangnya. Pelayan-pelayan membawakan wine dan makanan ke meja-meja yang ada di sana.     

Prajurit-prajurit bayaran yang duduk di meja-meja tersebut mengenakan pakaian yang berbeda-beda, namun mereka semua sibuk minum-minum dan bersenda gurau. Ada yang sibuk membaca peta di tangan mereka, dan ada juga yang makan dan bermain kartu.     

Angele memandang sekelilingnya. Rock segera mengajaknya duduk di salah satu meja.     

"Hei, ketua! Rock dan Saladin sudah kembali!" Rock tertawa dan meminta Angele duduk di dekat meja tersebut.     

Di meja itu, sudah ada dua orang, seorang pria dan seorang wanita. Pria itu memiliki raut wajah yang kosong. Ia mengenakan jubah hitam, dengan tudung yang menutupi wajahnya. Wanita yang duduk di samping pria itu mengenakan baju zirah lengkap dan membawa sebilah pedang berwarna kemerahan selebar telapak tangan.     

Selain itu, Angele juga melihat seorang wanita cantik dengan rambut panjang yang tergerai di bahunya. Wanita itu memegang sebilah pisau berlekuk di tangannya. Ia bersandar dengan tenang dan santai di sisi dinding.     

Wanita itu mengernyitkan alisnya saat menoleh ke arah Angele.     

"Apakah Saladin masih dalam proses penyembuhan? Kepalanya terluka karena serangan beruang, jadi sepertinya ia akan butuh waktu untuk sembuh. Marinda, kau akan memimpin misi ini."     

"Baik." Wanita berbaju zirah lengkap itu menjawab. "Apakah misi ini benar-benar darurat? Kami baru kembali dua hari yang lalu, dan kapak-ku masih diperbaiki."     

"Cukup darurat. Situasi semakin berbahaya, dan bayaran untuk misi ini jauh lebih tinggi dari sebelumnya." Wanita berambut panjang itu menjawab. "Walker, apa kau sudah menyiapkan ramuan-ramuanmu?"     

"Aku tidak punya cukup waktu untuk menyiapkan ramuan-ramuan pelumpuh, tapi aku sudah menyiapkan ramuan peledak dan ramuan racun. Kita harus membeli ramuan-ramuan penyembuh dari orang lain, namun masalahnya adalah harga." Pria itu berbisik lirih. "Seperti yang kau tahu, situasi semakin memburuk, dan mereka mulai menaikkan harga-harga barang konsumsi secara drastis."     

Wanita itu bertanya kepada Walker tentang kebutuhan-kebutuhan lainnya. Pembicaraan mereka sederhana, mudah dimengerti dan berlangsung cepat.     

Angele duduk di kursinya dan mendengarkan pembicaraan mereka tanpa berkata-kata.     

Setelah memasuki dunia ini, ia mulai mengamati keadaan sekitar.     

Angele juga mengamati orang-orang di jalan, dan ia menyimpulkan bahwa dunia ini adalah dunia yang lemah, karena hanya memiliki sedikit sekali partikel energi. Manusia-manusia yang tinggal di dunia ini juga lemah.     

Saat ia memeriksa kekuatan para prajurit-prajurit bayaran yang berkumpul di gedung tersebut, ia menemukan bahwa makhluk terkuat di tempat ini memiliki kekuatan yang setara dengan penyihir tingkat 3. Mereka mengenakan jubah putih dan duduk di sudut ruangan.     

Seorang wanita berusia paruh baya yang duduk di belakang meja depan memiliki kekuatan penyihir tingkat 2.     

Ada juga beberapa orang lainnya yang memiliki kekuatan penyihir tingkat 2, namun mereka hanya mencapai tingkat Cairan. Ketua mereka, seorang wanita berambut panjang berwarna hitam, adalah salah satu dari para penyihir tingkat 2.     

"Saladin? Saladin? Hera sedang bicara padamu. Saladin?" Rock kembali melambaikan tangannya kepada Angele.     

"Ha? Ada apa?" Angele berhenti berpikir. Akhirnya, ia mengerti garis besar dari masalah yang sedang terjadi.     

Wanita itu mengernyitkan alisnya.     

"Kami, dari Perkumpulan Burung Hitam, membutuhkan bantuanmu untuk menganalisa bahan-bahan. Terakhir kali kami memeriksa kemampuanmu, kemampuan analisamu telah naik tingkat beberapa waktu lalu. Bagaimana keadaanmu sekarang?"     

Angele terdiam sesaat. Ia tidak tahu harus bicara apa karena ia tidak mengerti apa itu kemampuan analisis. Sepertinya, ia menggantikan seseorang yang menjadi anggota serikat tersebut.     

"Semuanya… berjalan lancar…" Ia memberikan sebuah jawaban umum. Angele berpura-pura masih pusing. Ia yakin bahwa ia bisa menganalisa bahan-bahan menggunakan chip-nya dan data yang ia miliki dengan mudah.     

"Baiklah kalau begitu." Wanita itu mulai mendiskusikan apa yang harus mereka lakukan dalam misi selanjutnya.     

Angele duduk di kursinya dan mendengarkan pembicaraan mereka seraya melihat keadaan sekelilingnya.     

Saat ini, ia adalah anggota Serikat Burung Hitam, dan ia bertugas untuk menganalisa bahan-bahan langka yang mereka temukan. Ia adalah anggota penting kelompok tersebut.     

Serikat Burung Hitam adalah perkumpulan pembunuh bayaran yang terkenal di kota. Kota itu bernama Kota Shine, dan anggota serikat biasanya bekerja untuk para bangsawan. Mereka baru saja menyelesaikan sebuah misi yang sulit, namun misi sulit selanjutnya telah menunggu mereka.     

Angele mengusap cangkir kayu di tangannya. Tekstur permukaannya sedikit kasar. Ia meneguk wine yang ada di dalam cangkir tersebut. Rasa wine itu masam, tidak seperti wine yang biasa diminumnya.     

Ia meletakkan tangannya di atas meja kayu. Meja itu terasa dingin dan sedikit lembap.     

Setelah memahami garis besar situasi saat ini, Angele tidak lagi tertarik dengan pembicaraan mereka. Ia kembali menoleh dan melihat-lihat sekelilingnya.     

Seorang pria muda dan seorang wanita muda berjalan ke meja depan. Mereka berdua mengenakan jubah hitam, dan mereka sibuk berbincang-bincang dengan resepsionis di balik meja tersebut – sepertinya, mereka sedang mencari informasi.     

Tiga tanda logam berwarna hitam tergantung di dinding kelabu ruangan itu. Tanda-tanda tersebut dipenuhi oleh tulisan-tulisan dan stempel. Sepertinya, tiga tanda itu adalah izin-izin usaha.     

Ada juga sebuah patung bercahaya yang melayang-layang di sebelah kiri. Patung itu terbuat dari kristal berwarna hijau.     

Waktu terus berjalan. Angele tiba di bangunan itu di pagi hari. Kini, hari sudah siang.     

Hera memesan makanan, dan mereka segera menghabiskan makan siang bersama-sama. Hera memutuskan untuk mengumpulkan dan memulai misi tersebut di malam hari.     

Angele berbincang-bincang dengan para anggota lainnya selama beberapa saat dan dan pergi meninggalkan bangunan itu seorang diri.     

Ia berdiri di dekat pintu masuk bangunan itu seraya memandang para pejalan kaki yang berlalu-lalang. Ia mengernyitkan alisnya karena masih bingung dengan situasinya saat ini.     

'Di mana tempat ini… Aku memiliki darah wanita kalajengking yang sudah diperkuat, namun aku tidak bisa merasakan dunia lain di sekitar sini. Apakah ini dunia spesial milik pendahulu yang terluka itu?' Ia bersandar di dinding dan mulai berpikir.     

'Mengapa aku berteleportasi ke dunia ini? Jika Vans memberi kami informasi yang benar, seharusnya kami tiba di dunia milik sang pendahulu, atau dunia spesia yang ada dalam ingatan pendahulu tersebut. Apa yang harus kulakukan untuk mempelajari rahasia Asal-usul Abadi?'     

Berbagai macam informasi melintasi pikirannya, namun chip-nya menyaring informasi yang tidak logis. Setelah Angele memasuki dunia tersebut, chip-nya terus melakukan analisa data yang dikumpulkannya, namun masih tidak ada kesimpulan.     

'Asal-usul Abadi… Asal-usul Abadi… Bahkan aku tidak tahu benda apa itu sebenarnya!' Angele merasa sedikit ketakutan.     

"Ah!"     

Tiba-tiba, ia mendengar suara teriakan dari depan. Angele mendongak dan memandang sumber suara itu.     

Sebuah kereta kuda putih dengan dekorasi berwarna perak menerjang seorang anak lelaki yang berdiri di tengah jalan. Seorang wanita paruh baya di samping anak itu berteriak ketakutan.     

Anak kecil itu sangat ketakutan, hingga ia hanya bisa berdiri terpaku di sana.     

Tiba-tiba, sebuah bayangan gelap berkilat di depan anak itu.     

Brak!     

Bayangan itu, beserta dengan anak kecil tersebut, terlempar karena tertabrak. Mereka tersungkur di tanah, dan darah mengucur dari tubuh mereka.     

Seorang pria berambut putih memeriksa kondisi mereka dan berkata, "Mereka sudah tidak bisa diselamatkan…"     

Semua orang menyalahkan kereta putih tersebut. Namun, kereta itu sudah pergi jauh entah ke mana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.