Dunia Penyihir

Langit Tak Berujung (Bagian 4)



Langit Tak Berujung (Bagian 4)

Beberapa bulan kemudian…     

Di sebuah tempat yang penuh dengan planet biru dan kuning…     

Setelah Angele melambaikan tangannya, semua makhluk-makhluk aneh yang mengenakan pakaian khusus ruang angkasa itu terbakar dan berubah menjadi bola api.     

Mulut mereka terbuka lebar, namun suara mereka sama sekali tidak terdengar di ruang angkasa. Rasanya seperti sedang menonton film sains fiksi yang tak bersuara.     

Seorang wanita yang mengenakan baju ruang angkasa berwarna emas menerjang Angele dengan cepatnya, namun saat wanita itu berdiri 100 meter dari Angele, ia terbakar hingga menjadi abu.     

Shing!     

Tiba-tiba, Angele merasa seperti mendengar suara seekor kelelawar.     

Ia mendongak dan memandang ke sisi seberang tempat itu.     

'Ini adalah pergerakan energi Ken… Pertarungan menjadi semakin sengit.' Angele berkedip dan menenangkan dirinya. 'Aku harus pergi lebih cepat.'     

Ia memandang sekelilingnya dan memastikan bahwa tidak ada musuh yang tersisa, kemudian ia berteleportasi lagi.     

**     

Beberapa hari kemudian…     

Di depan sebuah planet kuning yang ada di daerah pusat…     

Angele berdiri dalam ruang hampa sambil melipat tangannya di belakang punggungnya. Jubah merah panjangnya menari-nari perlahan akibat terkena angin ion yang lembut dari matahari. Radiasi energi matahari sangatlah kuat, namun baginya energi itu tidak ada apa-apanya. Ia bisa bertahan dari energi itu dengan mudah.     

'Ini dia, salah satu tujuanku. Aku bisa mencapai tempat tujuanku melalui area ini. Ini adalah jalur tercepat..'     

Titik-titik cahaya biru bersinar di depan matanya. Barisan-barisan data terus bergerak-gerak dan diperbaharui di depan matanya. Ia sedang menghitung ketebalan dimensi tempat ini.     

Ia memandang sekelilingnya. 'Sebelum itu, aku harus menyelesaikan sesuatu terlebih dahulu.'     

Dalam planet itu, di dalam sebuah menara komando berwarna perak…     

"Sudah kuduga! Sasaran mereka adalah titik lompat!" teriak sang komandan dengan suara berat. "Untungnya, kita sudah memperkirakan tujuan mereka sebelumnya. Apakah semuanya sudah siap?"     

"Benar, Komandan. Sistem pertahanan planet sudah dipersiapkan. Kami telah meluncurkan satelit khusus perang," lapor seorang jenderal di belakang sang komandan.     

"Bintang Bumi adalah gerbang terkuat kerajaan… Tidak, gerbang terkuat aliansi! Gerbang ini sangat kuat, hingga bahkan meriam bintang kuno tidak bisa merusaknya! Aku ingin melihat apa yang bisa kalian lakukan, makhluk hina!" Komandan itu tersenyum. "Empat titik lompat telah dijaga oleh jenderal-jenderal terbaik aliansi. Sepertinya, kali ini kita bisa menghabisi mereka."     

Tiba-tiba, senyuman menghilang dari wajah sang komandan.     

"Baiklah, apakah semua alat-alat sudah siap? Jika kita bisa menangkapnya hidup-hidup, kerajaan akan mendapatkan kesempatan untuk mengumpulkan beberapa data yang berharga."     

"Aku sudah siap."     

"Baiklah kalau begitu. Kali ini, mereka tidak akan bisa kabur." Komandan itu tertawa.     

Sebuah pelindung dari logam perak tebal muncul di sekitar planet berwarna kuning itu dan menutupi seluruh permukaannya.     

Ribuan meriam muncul pada permukaan pelindung tersebut. Dari kejauhan, semua meriam-meriam itu terlihat seperti lubang-lubang sarang lebah.     

Semua meriam itu tertuju ke arah Angele, yang melayang-layang di langit.     

'Meriam planet, ya?' Angele tertarik pada bola logam itu.     

Ia merentangkan tangannya, dan asap tebal berwarna hitam keluar dari dalam tubuhnya.     

Tubuh Angele mulai membesar. Kulitnya berubah dari pucat menjadi kuning, dan kuning menjadi abu-abu.     

Asap hitam di sekitar tubuhnya segera berubah menjadi benang-benang hitam dan menerjang planet tersebut. Masing-masing benang berbentuk seperti ular itu bergerak cepat ke arah meriam-meriam pada permukaan pelindun, dan cahaya putih pada tepi meriam-meriam tersebut segera menghilang.     

Tingginya meningkat dengan cepat, dari dua meter menjadi 10 meter, dari 10 meter menjadi 100 meter, dari 100 meter menjadi 1000 meter, dan dari seribu meter menjadi 10.000 meter.     

Akhirnya, ia berubah menjadi monster kalajengking raksasa.     

Grr!     

Kalajengking itu meraung dan menarik nafas dalam-dalam. Tubuhnya kembali membesar.     

Asap hitam berdatangan dari segala arah, semuanya diserap oleh kalajengking tersebut. Akhirnya, kalajengking itu semakin tinggi, hingga mencapai lebih dari 300 kilometer, setara dengan ukuran sebuah planet.     

Tubuh monster itu menjadi transparan, seakan-akan kehilangan sebagian wujud fisiknya.     

Angele mengambil planet itu dengan kedua kakinya, dan pelindung logam pada planet itu menjadi berlubang-lubang akibat tertusuk kukunya, yang tajam seperti pisau.     

Terdengar suara teriakan-teriakan dalam ruang hampa.     

"Penguasa Teror! Penguasa Teror yang Agung!"     

"Dunia akan tunduk dan gemetar!"     

"Angele Fenrir Rio, sang Dewa Kalajengking!"     

Semua suara-suara itu datang dari dalam ruang hampa, namun suara tersebut seperti suara getaran yang aneh dan datang entah dari mana.     

Kalajengking raksasa itu memegang planet tersebut kuat-kuat, dan jarum pada ekornya terangkat tinggi.     

Shing!     

Jarum itu menusuk permukaan planet tersebut.     

Pelindung perak pada permukaan planet berputar-putar dan hancur, sehingga terlihat meriam terbesar yang bersembunyi di balik pelindung tersebut. Meriam sepanjang lebih dari 300 meter itu sudah selesai mengumpulkan energi. Ada cahaya putih yang bersinar dalam meriam itu.     

Cahaya putih itu berkedip-kedip.     

Tidak terdengar sedikit pun suara, seakan-akan tidak ada yang terjadi.     

Wujud asli Angele yang mengerikan tertelan oleh cahaya putih itu.     

Krak!     

Setelah cahaya putih itu berkedip, permukaan planet tersebut menghilang, dan wujud asli planet itu pun terlihat – sebuah gerbang.     

Gerbang yang dibangun di dalam sebuah planet.     

Cahaya putih tadi membuat Angele terdorong mundur. Cahaya merah bersinar pada tubuhnya, dan ia kembali menciptakan jubah merahnya. Ia melayang-layang di depan gerbang tanpa terluka sedikit pun.     

'Ini adalah kekuatan terkuat milik para manusia di dunia ini… Kekuatannya setara dengan penyihir tingkat 7… Masih terlalu lemah…' Serangan wilayah yang dilancarkan meriam-meriam tadi nyaris tidak melukai tubuhnya. Jika saja mereka bisa memfokuskan semua energi tersebut pada satu titik, mungkin saja akhir situasi ini akan sedikit berbeda.     

Angele sedikit kecewa. Ia memandang gerbang hitam di depannya tanpa mengatakan apa pun. Gerbang hitam yang tertutup rapat itu adalah gerbang menuju dunia lain.     

Pola-pola rumit pada permukaan gerbang tersebut menggambarkan sejarah planet ini.     

Begitu banyak titik cahaya merah muncul di sekitar tubuh Angele. Titik-titik itu terlihat seperti tetesan-tetesan air yang melayang-layang di ruang angkasa.     

"Ha? Ini kan…' Angele sedikit terkejut. 'Teleportasi paksa?!'     

Sebelum ia sempat melakukan apa-apa, cahaya dari titik-titik itu bersinar sangat terang.     

Penglihatannya memburam selama beberapa saat, dan bara api berwarna emas muncul di sekitarnya. Lahar panas yang muncul entah dari mana memenuhi area di sekitarnya.     

Gelombang energi yang kuat muncul di bawah kakinya. Rasanya seperti ada gunung berapi yang akan meledak.     

Area yang ia pijak meledak, dan seluruh tempat itu mendidih.     

Duar!     

Di depan gerbang hitam tersebut, bintang yang menyinari gerbang itu selama miliaran tahun meledak.     

Bola api emas itu mengecil dan membesar, seperti buah semangka yang dipenuhi lahar berwarna emas. Cahaya berwarna-warni dikelilingi bintang yang tengah meledak tersebut.     

Cahaya emas dari bintang itu sangatlah menyilaukan. Lahar emas terciprat dari bintang itu dan menelan semua planet di area sekitar.     

"Ledakan bintang! Bersiaplah untuk mati!" Di balik gerbang tersebut, terdapat sebuah kapal ruqng angkasa berwarna perak. Sang komandan sedang memandang layar cahaya di depannya sambil tertawa-tawa. Sinyal layar itu terganggu akibat gelombang ledakan bintang tersebut.     

Duar!     

Gerbang itu terdorong mundur dan terlempar akibat ledakan tersebut. Akhirnya, gerbang itu berguling beberapa ruang yang gelap dan mendarat di tanah.     

Api emas membara di sekeliling tubuh Angele. Ia memasuki gerbang dan juga mendarat di tanah.     

Tes!     

Setetes air berwarna merah mendarat di punggung tangannya.     

Angele mendongak dan melihat hujan turun di luar angkasa. Tetesan air hujan berwarna merah itu turun dengan derasnya, seakan-akan tidak terikat oleh hukum fisika.     

"Dunia ini menangis." Ia mengangkat tangannya dan menangkap setetes air hujan. "Dunia ini tahu bahwa ia akan segera berakhir."     

Angele tetap tenang, dan ia kembali terbang.     

Pesawat-pesawat perak yang bersembunyi dalam kegelapan seketika meledak saat Angele terbang melintas, hingga berubah menjadi bola-bola api merah yang menerangi tempat itu. Jiwa-jiwa para prajurit yang mati terserap masuk ke dalam tubuhnya.     

Tempat gelap itu terasa seperti sebuah lubang kosong. Di bawah tempat itu, terdapat sebuah bola perak yang berputar perlahan-lahan dan tak bersuara. Permukaannya bercahaya.     

Perlahan-lahan, Angele mendarat di dekat bola perak dan menyentuh lermukaannya dengan tangannya.     

Tiba-tiba, cahaya perak dari bola itu menjadi sangat terang dan menyilaukan.     

Pandangan Angele memburam selama beberapa saat, dan perlahan-lahan, cahaya perak tersebut menghilang. Saat cahaya itu hilang, ia telah berada di tempat yang berbeda.     

Tempat itu adalah sebuah ruang berbentuk seperti kerang. Dinding tempat itu terlihat seperti kristal-kristal merah yang dipenuhi lahar. Dinding itu melepaskan gelombang-gelombang energi yang sangat kuat.     

Di atas tanah, terdapat sebuah lingkaran emas yang penuh dengan rune. Sebuah lubang di tengah lingkaran tersebut melepaskan cahaya berwarna biru.     

Seorang pria berjubah kuning berdiri di dekat cahaya biru itu – dia adalah Vans. Vans telah datang sebelum Angele, dan ia mencoba mengulurkan tangannya ke dalam cahaya biru itu. Namun, tangan pria itu membeku saat terkena cahaya tersebut.     

Angele mengedipkan matanya. Ia berjalan mendekati Vans dan mulai mengamati tempat itu dengan teliti.     

Dalam patung es di tempat itu, terdapat banyak sekali rune-rune biru berbentuk aneh. Vans yang sedang berdiri di tempat itu terlihat seperti dewa kegelapan yang sedang melatih kekuatan darahnya. Namun, semua rune-rune biru itu bercampur dengan es di sekitar tubuhnya, sehingga ia tidak bisa melakukan apa-apa.     

"Jadi, ini adalah salah satu tahap yang sangat penting." Angele tersenyum saat mulai mengenali rune-rune rumit itu. Rune-rune itu adalah peninggalan para penjaga dunia dan dewa kegelapan yang pernah menjadi bagian dunia ini. Rune-rune mereka berubah menjadi kekuatan semesta dan melindungi asal-muasal dunia.     

Angele masih bisa merasakan energi kehidupan dalam tubuh Vans.     

Ia berjalan ke sisi seberang cahaya biru itu dan mendongak. Pilar cahaya biru itu menembus langit-langit pelindung kristal merah di sekitarnya, dan ia tidak bisa melihat ujung pilar tersebut.     

"Pendahulu ini sudah menjadi bagian dari inti dunia… Hanya ada satu pilihan…"     

Dua pola jam pasir emas muncul di kedua matanya, dan pasir pada kedua jam itu mulai jatuh.     

Angele menggapai ke dalam cahaya biru itu, dan tangannya mulai membeku.     

Dinginnya cahaya itu melewati tulang punggungnya, dan penglihatannya mulai memburam. Dalam beberapa detik, tubuhnya telah tertutup es.     

Anehnya, tiba-tiba es berwarna biru itu berubah menjadi merah seperti darah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.