Dunia Penyihir

Langit Tak Berujung (Bagian 1)



Langit Tak Berujung (Bagian 1)

0"Iya, aku butuh bantuanmu. Kali ini, kau harus datang ke tempatku." Burung itu berkata dengan nada serius. "Aku membawa dua teman lain di sini, dan mereka ingin bertemu denganmu. Akan kujelaskan semuanya nanti."     

"Ha?" Angele berpikir selama beberapa saat. "Baiklah, aku akan segera menemuimu nanti. Urusanku di sini sudah selesai."     

"Aku akan menunggumu di Dunia Awan."     

Perlahan-lahan, cahaya menghilang dari lencana perunggu itu.     

Angele berpikir selama beberapa saat, kemudian ia meletakkan kembali lencana perunggu itu ke dalam kacanya. Ia memandang kuburan itu untuk yang terakhir kalinya dan menghela nafas dengan perasaan yang bercampur aduk.     

Kemudian, ia berbalik dan menciptakan sebuah lorong dimensi di depannya. Meteor-meteor berwarna-warni berterbangan dalam ruang hampa. Angele melompat masuk ke dalam lorong tersebut tanpa ragu.     

Dalam alam semesta yang tak berujung, beberapa benang-benang biru bersinar di depan mata Angele. Ia terbang ke arah barat laut dengan kecepatan penuh hingga ia berubah menjadi seperti meteor hitam.     

Setelah ia menjadi semakin kuat, ia sudah hampir memahami rahasia waktu dan ruang. Sekarang, ia bisa bergerak bebas di alam semesta selama beberapa saat.     

Sebuah bola awan raksasa yang berwarna putih muncul di depannya. Awan-awan itu dikelilingi oleh benang-benang putih yang tampak seperti gulungan kapas.     

Angele menerjang bola awan itu. Rasanya dingin seperti sedang terjatuh ke dalam kolam air dingin. Medan bersuhu tinggi di sekitar tubuhnya aktif secara otomatis, namun suhu kembali normal dalam hitungan detik.     

Ia terbang dalam lautan awan selama beberapa menit.     

Shing!     

Saat ia meninggalkan lautan awan itu, muncul dataran luas berwarna kelabu.     

Terdapat banyak lubang-lubang bekas meteor di permukaan padang tersebut. Di tempat ini, tidak ada udara, sehingga tidak ada hewan sedikit pun. Awan-awan di langit berada sangat jauh dari padang tersebut. Area di bawah awan tak mengandung udara sama sekali.     

Angele berkedip dan mulai terbang ke bawah dengan kecepatan penuh.     

Perlahan-lahan, sebuah pilar kristal berwarna kuning muncul di atas tanah. Pilar itu adalah sebuah elevator yang sudah menunggu kedatangan Angele.     

Setelah Angele terbang masuk ke dalam pilar itu, pilar tersebut perlahan-lahan turun ke dalam tanah.     

Ia berdiri di atas pilar dan menekan perlahan permukaan kristal tersebut. Cahaya kuning dari pilar kristal itu adalah satu-satunya sumber cahaya di sini. Ia turun semakin jauh, sepertinya kristal itu membawanya ke bawah tanah.     

Angele tak tahu berapa lama waktu yang telah berlalu, sampai akhirnya ia tiba di sebuah area yang luas.     

Dinding-dinding dan atap ruangan itu terbuat dari logam perak, dan sebuah altar berdiri di tengah ruangan. Altar itu berwarna kelabu, dengan tepian berwarna emas, dan sebuah bola api emas raksasa di atasnya.     

Namun, yang unik adalah makhluk yang ada di atas bola emas itu.     

Di atas bola api emas itu, terdapat seekor naga biru es raksasa. Naga itu sedang menurunkan lehernya, sehingga mulutnya berada tepat di samping bola emas tersebut.     

Setelah memeriksa naga itu dengan teliti, Angele menyadari bahwa naga itu sebenarnya hanyalah patung es.     

"Cepat sekali kau datang." Suara yang lantang menggema di dalam ruangan itu.     

Angele segera mencari sumber suara itu, dan menemukan seorang pria berjubah kuning sedang menatapnya.     

Pria itu memiliki tinggi sekitar 5 meter, dan ekspresi wajah yang terlihat kosong. Pria itu tidak memiliki rambut, dan jubah kuningnya dihiasi begitu banyak lingkaran berbagai ukuran.     

"Vans?" tanya Angele.     

"Benar, ini adalah wujud manusia-ku." Vans adalah nama burung yang ia temui dalam pertarungan beberapa waktu lalu. "Selamat datang di inti Dunia Awan. Inti Dunia Awan adalah salah satu dari teritori-ku."     

"Kau mengundangku kemari karena ada sesuatu yang akan menguntungkan kita berdua, kan?" Angele tersenyum dan berjalan keluar dari pilar kuning-nya. Ia mendarat beberapa meter dari Vans.     

"Setiap kali aku bertemu denganmu, aku mendapatkan sesuatu yang kubutuhkan." Vans tersenyum. "Kau sangat kuat, dan jika seorang penjaga dunia bisa menyelesaikan misi ini, aku yakin bahwa kau akan bisa menyelesaikannya dengan jauh lebih baik."     

"Jadi, itulah alasan kau memintaku datang kemari." Angele berjalan mendekati bola api emas di tengah ruangan. "Apakah ini inti Dunia Awan? Ada api yang murni."     

Bola api itu memiliki tinggi sekitar 10 meter. Saat Angele memasukkan tangannya dalam api itu, ia merasakan kehangatan dari api tersebut.     

"Kau boleh melihat-lihat. Aku masih menunggu beberapa teman lamaku." Vans berkata dengan santai.     

Angele mengangguk, dan pembicaraan mereka pun berhenti. Ia mulai memeriksa struktur bola api emas itu.     

Setelah ia mempelajari kekuatan pendahulu yang tak dikenal dari Perguruan Ramsoda, ia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menganalisa kekuatan itu. Jika ia berhasil melampaui batas, ia ingin memiliki kekuatan pendahulu yang besar.     

Saat seorang penyihir mencapai tingkat selanjutnya, kekuatan mereka akan meningkat drastis. Proses ini tidak sama dengan penemuan sains sederhana. Mereka tidak akan bisa mencapai tingkat selanjutnya dengan hanya mengkonsumsi banyak bahan.     

Angele mulai berpikir, sementara Vans hanya berdiri diam dan menunggu di sana. Mereka berdua tidak bergerak sedikit pun, persis seperti dua patung dari lilin.     

Detik-detik berlalu, menit-menit berlalu, jam-jam berlalu, hari-hari berlalu, dan bulan-bulan berlalu.     

Mereka tetap berdiri di posisi awal mereka.     

Akhirnya, dua pilar kristal lain muncul di ruangan itu. Dua orang sosok perlahan-lahan terbang keluar dari kedua pilar.     

Salah satu dari mereka adalah seorang pria berpakaian putih, dengan sebilah pedang tergantung di pinggangnya. Pria itu bernama Ken. Angele bertemu dengannya untuk yang pertama kali saat berada di Istana Raja Bintang.     

Sosok yang lainnya adalah seorang pria paruh baya dengan wajah yang biasa saja. Tubuh pria itu dikelilingi kabut putih. Walaupun ia memiliki wajah seorang manusia, tubuhnya terlihat seperti tubuh buatan elemen.     

Perlahan-lahan, mereka mendarat di dekat bola api emas tersebut.     

"Ken, Mata Penghakiman, kalian berdua sedikit terlambat." Vans membuka matanya dan memandang mereka.     

"Ada sedikit masalah dalam perjalananku ke sini." Ken memandang Angele dan mengangguk kecil. Angele pun balas mengangguk. Mereka bertemu saat sedang bertarung demi mendapatkan Bunga Laut.     

Mata Penghakiman tidak terlalu tertarik. Pria paruh baya itu hanya memandang Angele tanpa mengatakan apa-apa.     

"Apakah dia adalah dewa baru yang kau ceritakan?"     

"Benar." Burung itu mengangguk. "Dia telah menangkis serangan yang kuat saat kita mengambil artefak beberapa waktu lalu."     

Pria itu memandang Angele dan mengangguk. "Perkenalkan, namaku adalah Serko Aster Rondo…" Nama pria itu sangat panjang, hingga ia membutuhkan beberapa menit untuk melafalkannya satu per satu. "Itulah nama lengkapku, tapi kau bisa memanggilku Serko."     

"Serko adalah wujud gabungan dari dua dunia yang berbeda, dan wujud aslinya terlihat seperti bola mata. Dia lahir pada waktu yang sama dengan Mata Kehancuran." Burung itu menjelaskan.     

"Baiklah, mari kita langsung bahas intinya. Aku yakin bahwa kita datang kemari bukan hanya untuk saling berkenalan." Serko memotong pembicaran.     

"Tentu saja." Burung itu memandang kedua sosok lain dan melambaikan tangan kanannya. Empat kursi batu perak muncul di tanah. "Silakan duduk dulu."     

Mereka berempat duduk di sekitar bola api emas tersebut.     

Vans mendongak dan memandang naga es di sebelah altar. "Ini adalah salah satu naga terkuat yang kubunuh. Aku membangun patung ini untuk mengurung jiwanya di sini. Dengan bantuan inti dunia, jiwa naga ini tersimpan dengan sangat baik. Aku mengendalikan pikirannya dengan menggunakan benda spesial, dan aku baru saja menemukan informasi yang sangat berguna dalam ingatan naga ini."     

Orang-orang lain yang ada di sana terdiam dan menunggu burung itu selesai menjelaskan.     

Burung itu tertawa. "Aku hanya berniat untuk mengendalikan jiwa naga tua ini, tapi aku menemukan sebuah rahasia besar. Aku sudah berpikir matang-matang sebelum memanggil kalian semua kemari." Vans terdiam selama beberapa saat, kemudian ia melanjutkan, "Kalian adalah beberapa dari makhluk-makhluk terkuat di alam semesta ini. Kita nyaris tidak bisa memperkuat diri lagi sebelum melampaui batas. Namun, kita punya kesempatan untuk melakukan itu dengan rahasia yang kutemukan ini."     

Ekspresi para tamu berubah serius, dan mereka terdiam selama beberapa saat.     

"Apa kau ingin membunuh seorang pendahulu?" Serko bertanya dengan santai.     

Angele dan Ken mengepalkan tangan erat-erat. Perasaan mereka bercampur aduk.     

"Yang terluka?" Ken bertanya.     

"Kau benar." Vans mengangguk. "Tidak hanya terluka, dia telah berada di ambang kematian. Keadaannya saat ini lebih parah ketimbang Pendahulu Cahaya dan para pendahulu yang berhasil pergi dari medan perang."     

"Hanya kita berempat? Aku tidak yakin bahwa kita bisa menang." Serko menggeleng. "Apa lagi yang kau miliki? Pendahulu yang terluka pun masih bisa membunuh kita semudah menginjak semut."     

"Kau benar. Namun, kali ini, pendahulu ini sudah mulai tertidur karena ia ingin sembuh lebih cepat. Kita hanya perlu menembus sistem pertahanan-nya." Vans tersenyum.     

"Jika dia benar-benar tertidur, ini adalah berita yang sangat baik." Ekspresi Angele menjadi lebih santai. "Namun, kau mendapatkan informasi ini dari ingatan naga, artinya, mungkin saja kita bukanlah satu-satunya pihak yang mengetahui informasi ini."     

"Hanya kita yang mengetahui hal ini." Vans masih tersenyum. "Para penjaga dunia dan dewa-dewa kegelapan yang tahu tentang ini sudah tiada. Mereka telah mati di tempat peristirahatan sang pendahulu. Aku sudah mengambil alih kendali penjaga pintu masuk tempat tersebut dan melihat-lihat situasi di sana. Tidak ada penjaga lain. Hanya kita yang tahu informasi ini sekarang. Aku memanggil kalian karena aku tahu bahwa kalian tidak akan menyerah dan akan terus berusaha hingga kalian bisa menjadi seorang pendahulu."     

"Tapi menurutku, misi ini masih akan sangat sulit…" Ken angkat bicara.     

"Kita adalah makhluk-makhluk terkuat di sekitar sini. Aku sudah memeriksa kekuatan penjaga-penjaga dunia lain, namun mereka tidak memenuhi syarat." Vans mengedikkan bahunya.     

"Mungkin kita bisa mengumpulkan lebih banyak penjaga dunia…" Angele angkat bicara. Ia berusaha mengatakan bahwa semakin banyak penjaga dunia lemah yang ikut, mungkin saja misi mereka akan semakin mudah.     

"Tidak bisa." Vans menolak. "Akibat semua pertarungan yang terjadi, pintu masuk tempat itu menjadi tidak stabil. Walaupun pintu itu masih cukup untuk menopang banyak makhluk-makhluk lemah, kita terlalu kuat. Jika situasi memungkinkan, aku pasti sudah mengumpulkan satu pasukan prajurit." Vans mengernyitkan alisnya. "Ditambah lagi, kekuatan asal-muasal pendahulu hanya bisa dibagi pada lima makhluk hidup. Menurut informasi, jika kita tidak mendapatkan cukup kekuatan asal-muasal, kita tidak akan bisa melampaui batas."     

"Ini adalah masalah…" Serko berkata lirih.     

"Selain itu, masih ada masalah lain. Dunia tujuan kita dihuni oleh penduduk lokal, sehingga ada kemungkinan bahwa kita akan diserang. Kekuatan asal-muasal pendahulu menopang dunia tersebut. Tanpa kekuatan tersebut, semuanya akan berubah, dan kemungkinan besar semua makhluk hidup akan disingkirkan dari sana. Jadi, kita harus bersiap-siap." Vans menambahkan.     

"Semua orang yang ada di sini memahami waktu dan dimensi. Menurutku, makhluk-makhluk tingkat rendah tidak akan bisa melakukan apa-apa pada kita. Aku hanya bisa berdiri diam dan membiarkan mereka menyerangku." Serko tidak terlalu khawatir.     

"Ditambah lagi, aku bisa mengubah arah serangan mereka dengan mengatur waktu dan dimensi."     

"Berhati-hatilah. Pintu masuknya masih tidak stabil, dan membutuhkan waktu sekitar 2000 tahun agar pintu itu stabil. Aku ingin memastikan bahwa kita semua benar-benar siap, dan hanya kita yang akan masuk. Pastikan informasi ini tidak bocor! Ini kesempatan terbaik untuk melampaui batas dan mencapai tingkat selanjutnya!" Vans berkata dengan nada serius.     

Ken dan Angele mengangguk perlahan, sementara Serko tidak mengatakan apa-apa. Namun, sepertinya ia tahu betapa pentingnya informasi ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.