Dunia Penyihir

Burung Kepala Seribu (Bagian 2)



Burung Kepala Seribu (Bagian 2)

0Ia terus maju selama beberapa menit sembari membunuh sebagian besar kepala burung yang ada di sekitarnya. Kemudian, dua kelompok orang muncul di depan – mereka sedang bertarung.     

Di sisi kiri, seorang pria berotot menghalangi jalan.     

Di sisi kanan, terdapat empat penjaga dunia, termasuk Atlanta dan Sofia.     

Pria berotot itu memandang Angele dan berkata dengan santai, "Jalan ini sudah ditutup. K     

epala-kepala di depan terbentuk dari setidaknya 20 kepala. Kau akan mati jika kau terus maju."     

Atlanta menyadari keberadaan Angele dan mengangguk kecil.     

"Kepala-kepala itu dikumpulkan oleh penjaga-penjaga dunia terkuat dengan menggunakan teknik khusus."     

Angele menyadari bahwa tangan kanan Atlanta telah berubah menjadi berwarna hijau, dengan cahaya biru dan hijau yang berkelap-kelip di lengannya. Sepertinya, ia terluka akibat terkena serangan kabut hijau tersebut.     

Para penjaga dunia lainnya juga terluka. Angele adalah satu-satunya orang di sana yang sama sekali tidak terluka, sehingga orang-orang yang lain memandangnya dengan ekspresi terkejut.     

Setelah menyadari keanehan itu, pria berotot tersebut mengernyitkan alisnya.     

Saat mereka berada di Istana Raja Bintang, ia tidak melihat pria kekar tersebut. Ia hendak mengatakan sesuatu, namun tiba-tiba ekspresinya berubah, dan ia memandang ke depan.     

"Waaaaaah!"     

Tiba-tiba, terdengar suara tangisan dari kejauhan. Air berwarna hitam bergerak cepat ke arah para penjaga dunia. Tekanan dari air itu membuat mereka tidak bisa terbang.     

Air hitam itu menyebar kecepatan penuh, dan sebelum air itu tiba, air itu melepaskan gelombang energi kuat yang membuat para penjaga dunia tidak bisa bergerak. Tidak ada yang bisa berkutik di bawah tekanan itu.     

"Ini berat lebih dari 100 kepala burung!" Seseorang berteriak ketakutan.     

Ekspresi para penjaga dunia berubah. Kekuatan serangan tersebut lebih tinggi dari serangan tingkat 7 – bahkan, setara dengan sihir penyerang yang dilepaskan seorang penyihir tingkat 8. Saat air itu semakin mendekat, mereka melihat beberapa bola daging berwarna merah muda di dalamnya.     

Setiap bola memiliki tinggi sekitar 2 meter. bola-bola itu tidak memiliki mata atau pun hidung, namun Angele dapat melihat gigi-gigi tajam di mulut mereka.     

"Aku harus pergi sekarang! Istana Raja Bintang!" teriak salah satu penjaga.     

Cahaya perak jatuh dari langit, namun sudah terlambat.     

Duar!     

Tubuh para penjaga itu terkepung air dan segera tertelan masuk ke dalamnya.     

Angele mendengus. Ia menarik Sofia dan Atlanta mendekatinya, kemudian ia melepaskan topeng darah miliknya. Topeng itu berubah menjadi perisai untuk melindungi mereka.     

Dengan suara yang keras, perisai itu melindungi mereka bertiga dari air itu. Pelindung energi berwarna merah di sekitar tubuh mereka agar air itu tidak menyentuh tubuh mereka.     

"Apa ini?" Atlanta menelan ludah dan berdiri. Ia menatap topeng merah itu dengan ketakutan.     

"Alat sihir unik milikku." Angele menjelaskan. "Baiklah, setelah air hitam ini menghilang, mari kita segera pergi. Air ini tidak mengejar kita, dan air ini terbuat dari gelombang energi sisa serangan sebelumnya. Sasaran serangan itu bukanlah kita."     

Atlanta menyadari bahwa ia tidak tahu jika Angele memiliki benda sekuat itu. Akhirnya, setelah terdiam selama beberapa saat, ia kembali angkat bicara. "Tanpa bantuanmu, aku juga akan tertelan air hitam itu. Aku berhutang budi padamu! Setelah semua ini selesai, akan kuberikan ramuan itu padamu."     

"Terima kasih." Angele tersenyum dan memandang Sofia. "Di mana Leonard?"     

"Aku tidak tahu, namun yang pasti, ia tidak sampai ke tempat tujuan. Sepertinya, ia sudah dijemput oleh Istana Raja Bintang." Sofia menjawab. Sebuah lubang berdarah terlihat jelas di perutnya, lubang yang terlihat sedikit mengerikan. Daging-daging di sekitar luka itu berputar-putar dan berusaha menyembuhkan diri.     

"Aku juga berhutang budi padamu." Sofia menimpali dengan suara berat.     

Air itu melewati mereka bertiga. Sekitar sepuluh kemudian, akhirnya air itu menghilang.     

Angele mengambil topeng-nya dan melihat sekelilingnya.     

Ia tidak tahu apa yang terjadi pada para penjaga dunia lainnya. Kubangan-kubangan air berwarna hitam masih terlihat di atas padang tersebut.     

Tanpa mengatakan apa pun, mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju sumber teriakan-teriakan tersebut.     

Mereka menemukan dua kepala burung yang menyatu, namun kedua kepala itu hancur dengan mudah karena topeng Angele.     

Seiring semakin kerasnya suara teriakan itu, muncul semakin banyak kepala burung yang menyatu. Bahkan, mereka menemukan beberapa kepala burung yang terbuat dari gabungan lebih dari 30 kepala.     

Atlanta kesulitan bertahan melawan serangan-serangan itu.     

"Raja Penyihir Kegelapan, aku ingin meminta bantuan. Bunga Laut sangatlah penting bagiku, jadi aku membutuhkan banyak bunga, namun mungkin aku tidak akan bisa tetap bertarung. Jangan khawatir, jika kau bisa mengumpulkan cukup kepingan kristal, akan kuberikan ramuan itu padamu!"     

"Apa maksudmu?" Angele memicingkan matanya.     

"Apa kau mencoba memaksaku bekerja sama denganmu demi ramuan itu? Aku tidak terlalu membutuhkan bunga-bunga itu."     

Walaupun Angele memiliki alat sihir yang kuat, Raja Bunga, Ken, dan Zoe mungkin saja jauh lebih kuat darinya. Ia tidak yakin bisa melawan mereka sendirian.     

Atlanta sedikit ketakutan. Ia menyadari bahwa ia tidak menepati janjinya sehingga membuat Angele marah.     

"Aku hanya perlu seperlima dari jumlah total! Akan kuberikan ramuan itu setelah semuanya selesai!" Atlanta yakin bahwa ia dapat memenangkan pertarungan melawan Angele dengan bantuan kekuatan dunia.     

Mereka saling bertatapan mata selama beberapa saat.     

"Baiklah, seperlima dari total jumlah. Akan kulakukan itu." Angele berkata perlahan.     

Sofia tidak menyukai perbuatan Atlanta setelah Angele menerima tawaran itu, sehingga ia meminta Istana Raja Bintang untuk membantunya pergi. Ia tidak ingin terlibat.     

Mereka terus berjalan, dan akhirnya menemukan kolam seukuran danau yang penuh dengan air berwarna hitam.     

Air dalam kolam itu mendidih, dan sebuah kepala kuning raksasa berdiri di tengahnya. Kepala itu menatap para penjaga dunia yang berkumpul di depannya.     

Ken, Raja Bunga, dan Zoe berdiri di depan kolam itu. Setan Bayangan telah terluka parah, dan bayangan hitam di sekitarnya menjadi kelabu. Sepertinya ia telah terluka parah.     

Keberadaan Angele dan Atlanta menarik perhatian mereka. Mereka memiliki pendapat yang berbeda-beda saat melihat kejadian itu.     

"Aku tidak menyangka bahwa kau bisa sampai ke tempat ini. Sepertinya, hanya tersisa lima dunia. Yang kalah tidak akan mendapatkan Bunga Laut." Raja Bunga menyeringai.     

Atlanta dan Angele tidak menyangka bahwa mereka akan mendapatkan seperlima dari jumlah bunga dengan mudahnya.     

"Kalau begitu, kami hanya akan mengambil bagian kami, dan kau bisa…"     

"Seperempat!" Atlanta bernafas terengah-engah dan memotong pembicaraan Angele dapat melihat pembuluh darah di sekitar matanya. "Raja Penyihir Kegelapan, aku berubah pikiran! Akan kuberi ramuan itu jika kita bisa mendapatkan seperempat dari jumlah total!"     

Brak!     

Angele menampar Atlanta hingga ia terlempar jauh. Kemudian, ia menerjang Atlanta dan menginjak dadanya.     

"Kau…"     

Atlanta sama sekali tidak melawan, ia membiarkan Angele menginjak dadanya dengan senyum.     

"Seperempat dari jumlah! Itu saja! Kita sudah menandatangani kontrak! Jangan lupakan itu!"     

"Serakah sekali." Ken perlahan-lahan menyentuh pedang panjangnya dan memicingkan matanya pada Atlanta. "Raja Penyihir Kegelapan, ramuan apa yang kau butuhkan?"     

"Aku membutuhkan ramuan untuk menghapus tanda seoran pendahulu." Angele berhenti memandang Atlanta, berjalan maju, dan memandang penjaga dunia lainnya.     

Ken mengernyitkan alisnya. "Tanda seorang pendahulu, ya… Itu masalah besar. Kapan kau membutuhkannya?"     

"Kalau bisa dalam sepuluh tahun."     

"Maafkan aku." Ken mengedikkan bahunya dan terdiam.     

Atlanta tertawa.     

"Ramuan untuk menghapus tanda itu sudah siap, tidak ada penjaga dunia lain yang bisa memberimu ramuan itu dalam waktu sesingkat itu! Tenang saja, aku hanya membutuhkan bunga-bunga itu, dan akan kuberikan ramuan yang kau butuhkan!"     

Angele melepaskan cahaya merah dengan takut dan marah – ia tidak suka diperlakukan seperti ini. Tidak ada yang berani melakukan itu selama bertahun-tahun.     

"Para Penjaga, akan kubantu kalian mendapatkan lebih banyak bunga jika kalian bisa memberiku ramuan untuk menghapus tanda seorang pendahulu."     

Para penjaga dunia mulai berpikir. Semuanya menyadari, hanya makhluk-makhluk kuat yang bisa sampai ke tempat ini. Semua makhluk-makhluk lemah sudah kalah ataupun mati.     

Atlanta pun mulai ketakutan.     

Tiba-tiba, seseorang melemparkan cincin hitam besar ke arah Angele.     

Tap!     

Angele menangkap cincin itu dan mencari tahu siapa yang melemparnya.     

Melihat cincin itu dilemparkan oleh burung di tengah kolam, ia menjadi terkejut.     

Burung itu berkedip.     

"Cincin ritual-ku bisa membantu menghapus tanda itu. Bagaimana, Raja Penyihir Kegelapan?"     

Tidak ada yang menyangka burung itu akan menawarkan bantuan.     

"Bagaimana cara menggunakan cincin ini?" Tanya Angele.     

"Dengan dimakan."     

Angele menganalisa cincin itu dan menggigitnya tanpa ragu.     

Cincin itu mengecil, hingga menjadi seukuran kepalan tangan. Dalam beberapa detik, Angele menelannya.     

Wush!     

Selapis tipis sutra hitam bermotif mata-mata berkedip muncul di punggungnya. Saat sutra itu menghilang, ia merasa lega.     

"Hanya itu?" Angele tidak percaya tanda tersebut hilang dengan mudahnya. Saat ia membuka lengan bajunya, ia melihat mata-mata ungu di lengannya telah hilang.     

"Tidak sulit melakukannya, kau hanya membutuhkan banyak pengetahuan." Kata burung itu.     

Angele menarik nafas dalam-dalam dan memandang burung tersebut.     

"Baiklah, aku tidak akan membantu mereka mengambil bunga-bunga itu. Jika kau membutuhkan bantuanku, akan kubantu. Namun, pahamilah bahwa ada banyak makhluk kuat di sini – kita tidak akan bisa menang dengan mudah."     

Burung itu mengangguk.     

"Tidak apa-apa, bunga itu akan mekar setiap 100 tahun. Saat mekar, akan kubagi bunga-bunga itu dengan semua orang di sini."     

Angele memotong. "Akan kuberikan bagianku untukmu."     

Penjaga lain sedikit terkejut, namun mereka menyadari bahwa kemungkinan besar Angele tidak hidup di bawah laut, sehingga mereka memutuskan untuk diam.     

"Terima kasih." Burung itu mengangguk perlahan dan melepaskan secerah cahaya hitam dari mulutnya. Cahaya itu mendarat di tangan Angele dan berubah menjadi pin perak berbentuk segitiga.     

"Ini adalah alat komunikasi. Jika kau butuh bantuan, hubungi saja aku."     

Angele tersenyum dan mengambil pin itu. Saat ia mencari Atlanta, ia melihat bahwa pria itu sudah pergi. Angele memutuskan untuk tidak membuang energi mencarinya.     

"Atlanta, aku tidak ingin bertemu denganmu lagi!" Ia berteriak dengan geram, sebelum berbalik, mengangguk perlahan, dan menghilang dalam kobaran api. Setelah tanda pendahulu itu hilang, ia kembali bisa bergerak bebas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.