Dunia Penyihir

Istana Raja Bintang (Bagian 1)



Istana Raja Bintang (Bagian 1)

0"Baiklah. Kalau begitu, sebaiknya kita segera bersiap-siap. Istana Raja Bintang akan segera terbuka, dan kita akan bisa menghubungi teman-teman lama kita dari dunia lain. Mungkin ada yang mau menolong kita." Atlanta tersenyum.     

"Apa hanya kita yang pergi?" Leonard mengernyitkan alisnya. "Bagaimana dengan orang-orang di penginapan?"     

"Mereka sedang berusaha keras untuk menjaga gerbang chaos. Sepertinya mereka tidak punya waktu untuk ini." Sofia menjawab. "Selain itu, belakangan ini, lorong kegelapan agak tidak stabil, jadi kita harus berhati-hati dalam perjalanan menuju Istana Raja Bintang. Sayangnya, tidak ada pendahulu di dunia kita, jika ada, lorong itu bisa diperbaiki dengan mudah."     

"Master Atlanta memiliki kesempatan menjadi pendahulu, sementara Master Tiga Mata sudah mencoba melampaui batas, namun kudengar waktunya tidak banyak lagi..." Leonard mengernyitkan alisnya.     

"Melampaui batas memang sulit…" Atlanta menghela nafas, dan mata birunya mulai bersinar. Tidak ada yang tahu apa yang sedang dipikirkan manusia ikan itu.     

Angele tetap diam dan duduk di kursinya. Ia mendengarkan tamu-tamu lain membicarakan peristiwa-peristiwa yang terjadi belakangan ini sembari meminum wine.     

Beberapa jam kemudian, dan Leonard berdiri dan pergi. Angele juga memutuskan untuk pergi.     

Setelah ia meninggalkan istana kristal itu, ia mendengar suara Atlanta dari belakang.     

"Pastikan kau bahwa kau sudah siap sebelum masuk. Mungkin akan ada masalah."     

Angele mengangguk tanpa menjawabnya. Kemudian, ia mulai berenang naik ke permukaan.     

Atlanta dan Angele adalah satu-satunya orang yang memiliki kekuatan penyihir tingkat 8. Itulah alasan mengapa Atlanta memutuskan untuk mengingatkan Angele.     

'Sudah waktunya menyelesaikan semua urusanku.' Angele sadar bahwa ia harus menggunakan darah sang putri yang ia tolong beberapa tahun lalu.     

**     

Di pesisir barat, musim gugur telah tiba.     

Dedaunan pohon maple berwarna merah menumpuk di atas tanah, hingga jalan-jalan dan hutan terlihat seperti terbakar.     

Di atas pilar putih Ramsoda, terdapat sebuah ruangan yang gelap.     

Seorang gadis berwajah cantik sedang menuangkan teh jeruk panas ke dalam cangkir kristal dengan hati-hati. Aroma jeruk memenuhi udara di ruangan itu.     

Rambut pirang panjang gadis itu tergerai di atas bahunya, hingga menyentuh gaun putih yang ia kenakan. Sarung tangan sutra berwarna senada menghiasi kedua tangannya. Gadis itu masih sangat muda, namun ia memiliki potensi.     

"Katarina, waktunya telah tiba. Kau tahu itu, kan?" Seorang pria berambut panjang berwarna merah berdiri di dalam ruangan bersama gadis itu. Mata pria itu berwarna biru dan merah, dan ia mengenakan pakaian ketat berwarna hitam dengan sepasang sepatu bot panjang yang terbuat dari kulit. Angele baru saja kembali dari Laut Permata.     

"Aku mengerti." Putri Katarina menjawab dengan santai.     

"Bagaimana kehidupanmu di sini?" tanya Angele. Ia tidak terlalu peduli. "Kau tahu mengapa aku membawamu kemari, kan? Besok adalah waktunya. Aku akan memintamu melakukan sesuatu dengan darahmu."     

"Dengan senang hati," jawab gadis itu.     

"Aku mengurungmu di sini, namun kau tidak mengeluh sama sekali." Angele sedikit tertarik. Ia memandang gadis itu.     

"Aku harus mengikuti perintahmu dan membalas budi." Katarina menjawab dengan tenang.     

"Bagus."     

Angele berdiri dan berjalan mendekati jendela. Ia memandang pohon-pohon maple di bawah sana.     

"Tiga tahun lalu, aku mengganti semua pohon di sekitar perguruan dengan pohon maple, karena kau sangat suka warna merah. Walaupun kau tidak bisa meninggalkan ruangan, aku masih ingin kau merasa nyaman. Setelah malam ini, kau boleh keluar dan melakukan apa saja yang kau mau. Aku berjanji, jika besok semuanya berjalan lancar, kau akan bebas."     

Katarina mengangguk dan melihat Angele mengambil sebuah tabung emas dari kantongnya.     

Wanita itu mengambil tabung seukuran kepalan tangan tersebut dan memandangnya dengan teliti. Tabung itu memiliki tekstur yang halus seperti giok, dengan ukiran-ukiran aneh pada permukaannya.     

"Aku sudah mengatakan padamu apa yang harus kau lakukan. Setelah semuanya selesai, kau hanya perlu mengeringkan tabung itu, dan kau akan bebas dari tempat ini. Kau bisa melakukan apa saja yang kau mau setelah ini selesai!" jelas Angele.     

Katarinq mengangguk dengan ekspresi serius.     

Angele pun mengangguk. Ia berdiri dan pergi meninggalkan ruangan. Ia berjalan ke luar pilar dan meminta semua pelayan untuk memastikan bahwa tidak ada orang di sekitar. Ia ingin tempat itu bersih dari pengunjung selama tiga hari.     

Kemudian, ia kembali ke dalam pilar dan mulai bermeditasi di dalam kamarnya. Satu hari berlalu tanpa terasa.     

Setelah matahari terbenam, awan gelap menyelimuti langit, hingga tak ada cahaya bulan dan bintang.     

Dok! Dok!     

Seseorang mengetuk pintu kamar Angele.     

Angele sedang duduk di tempat tidurnya. Ia membuka matanya dan bernafas lega. Ia menunjuk ke arah pintu, dan pintu itu terbuka dengan sendirinya.     

Katarina berdiri di depan pintu dengan wajah memerah. Gadis itu masih mengenakan gaun putih seperti kemarin, dan ia memegang sebuah piring perak di tangannya. Di atas piring itu, berdiri tabung emas pemberian Angele.     

"Master, aku sudah mengikuti perintahmu dan menyelesaikan misiku." Perlahan-lahan, gadis itu berjalan masuk ke dalam ruangan. Sepertinya, ia kesulitan berjalan.     

Angele mengangguk. Ia berdiri dari tempat tidur dan dan berjalan mendekati gadis itu. Ia mengambil tabung di atas piring tersebut dan mengamatinya dengan teliti.     

Di atas tabung itu, ada darah segar yang hampir kering. Ia mencium bau darah tercium dari tabung tersebut.     

Wajah Katarina kembali memerah. Ia menyadari apa yang baru saja ia lakukan dengan tabung itu. Ia merasa sedikit tidak nyaman saat melihat Angele menatap tabung tersebut.     

"Sesuai janjiku, kau boleh pergi sekarang." Angele puas dengan hasil itu. Ia memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa lagi pada tabung tersebut. Seorang wanita berpakaian serba hitam masuk ke ruangan dan membantu Katarina berjalan.     

Angele melemparkan tabung emas itu setelah mereka pergi.     

Duar!     

Tabung itu meledak menjadi bola kabut berwarna merah yang bergulung-gulung, seakan-akan ada sesuatu yang berputar di tengahnya.     

Angele menunjuk ke tengah dahinya menggunakan tangan kanannya, dan setetes darah emas menetes dari kepalanya. Kemudian, setetes darah itu bergabung dengan kabut merah tersebut.     

"Ah!"     

Terdengar suara teriakan melengking dari dalam kabut tersebut.     

Kabut merah itu menyatu dan berubah menjadi topeng merah tanpa ekspresi. Topeng itu berputar-putar di sekitar Angele sejenak, sebelum akhirnya menghilang di udara.     

Walaupun topeng itu menghilang, Angele masih bisa merasakan bahwa topeng itu berputar-putar di sekitar tubuhnya.     

"Akhirnya, alat sihir ini selesai! Aku menyelesaikan separuh bagian alat ini sekitar 2 tahun lalu, dan ini adalah langkah terakhir." Angele merasa sangat gembira. Ia melepaskan sinar cahaya biru dari matanya, dan cahaya itu mendarat pada topeng tak kasat mata tersebut.     

'Berkas telah dibuat… Mohon beri nama alat sihir ini…' Suara Zero bergema dalam telinganya.     

'Wajah Darah.' Angele memberi alat itu nama yang sederhana.     

'Menguji alat sihir…'     

Beberapa detik kemudian, barisan-barisan data muncul di depan matanya. Ada berbagai macam grafik, dan data pada grafik itu terus berganti.     

"Wujud asli murni-ku terlalu kuat, sehingga kebanyakan alat sihir tidak berguna untukku. Alat sihir ini dirancang untuk mendukung wujud asliku, jadi seharusnya ini akan berhasil." Angele telah menghabiskan semua bahan yang ia kumpulkan di Lorong Tulang demi menciptakan alat sihir tersebut – bahkan, ia menambahkan setetes esensi darahnya.     

Sekitar 10 menit kemudian, proses analisa chip-nya telah selesai.     

'Wajah Darah: Semi-cerdas. Sistem pertahanan otomatis dengan kekuatan yang setara dengan dua kali pertahanan Anda. Kekuatan penyerangannya setara dengan separuh kekuatan serangan Anda. Kekuatan spesial: Teriakan Ilusi.'     

Angele berpikir selama beberapa saat. Walaupun kuat, alat itu sedikit berbeda dari ekspektasi-nya.     

"Cukup baik. Aku masih bisa menggunakannya dalam misi."     

Ia masih harus pergi ke alam semesta, tempat di mana dunia yang tak terhitung jumlahnya berkumpul. Tidak ada waktu atau pun dimensi dalam tempat itu, dan hanya para pendahulu yang memahami asal-usul yang bisa bertahan dalam ruang hampa tersebut.     

Ada dua tipe dunia di alam semesta. Dunia kuat yang sudah sempurna dan memiliki kekuatan tingkat tinggi. Dunia-dunia itu sudah ada di alam semesta sebelum para pendahulu muncul. Kedua, dunia lemah yang ditopang oleh para pendahulu. Tanpa para pendahulu, dunia-dunia tingkat rendah itu akan runtuh seiring berjalannya waktu.     

Sihir pemanggil yang ia miliki dibuat berdasarkan aturan umum alam semesta, sehingga ia hanya bisa menghubungi dunia-dunia lemah. Ia memutuskan untuk menerima tawaran Atlanta karena ia ingin segera menghapus tanda di punggungnya. Selain itu, ia ingin mengunjungi aula pertemuan perwakilan dunia, Istana Raja Bintang.     

Saat ada pertikaian antar dunia, para perwakilan akan menyelesaikan masalah di istana itu. Semua penjaga dunia memiliki angka harapan hidup yang tinggi, dan mereka tidak akan memulai perang hanya karena masalah kecil. Hanya penjajah dunia seperti penghuni Dunia Mimpi Buruk yang akan melakukan apa saja yang mereka mau, sementara dunia-dunia normal menggunakan Istana Raja Bintang untuk menyelesaikan konflik.     

**     

Beberapa tahun kemudian, Laut Permata menjadi damai dan sunyi. Raja Penyihir Kegelapan berhenti memperluas teritorinya, dan para penyihir kegelapan berhenti bertarung dengan penyihir cahaya. Akhirnya, dunia penyihir terbagi menjadi dua area.     

Teritori penyihir cahaya memiliki aturan dan hukum yang ketat. Satu-satunya hal yang penting di teritori penyihir kegelapan adalah kekuatan.     

Beberapa ras memutuskan untuk pindah dari dunia bawah tanah ke permukaan. Sebagian besar dari mereka bergabung dengan Raja Penyihir Kegelapan setelah melihat kekuatannya. Bahkan, beberapa calon penyihir gila menciptakan keyakinan baru untuk memuja Raja Penyihir Kegelapan. Mereka memutuskan untuk bekerja sekeras mungkin untuk meningkatkan kekuatan.      

Struktur sosial dunia penyihir telah berubah. Semuanya berjalan baik untuk para penyihir.     

Jauh di Laut Permata…     

Empat orang muncul di atas permukaan laut. Mereka semua mengenakan jubah hitam. Seorang pria paruh baya dengan cincin di dagunya, Atlanta, berdiri di depan.     

Angele juga bergabung dalam kelompok itu. Ia berdiri di samping Atlanta dan memandang lautan. Leonard dan Ratu Medusa melayang di belakang Angele.     

Setelah memeriksa keadaan sekitar, Atlanta mengangguk. Tiba-tiba, ia membuka mulutnya dan menggigit udara.     

Krek!     

Ia merobek udara di depannya dan menciptakan sebuah lubang gelap, seperti melubangi kanvas.     

Atlanta mengulangi proses itu beberapa kali dan menelan kepingan-kepingan dimensi, kemudian ia berjalan memasuki lubang tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.