Dunia Penyihir

Tak Terbendung (Bagian 1)



Tak Terbendung (Bagian 1)

0Duar!     

Setelah memukul pelindung itu sebanyak 13 kali, akhirnya pelindung cahaya hijau itu mulai retak.     

Angele tidak berhenti. Ia kembali memukul pelindung itu.     

Duar!     

Pelindung itu hancur berkeping-keping, dan sebuah lubang dengan tinggi sekitar 1 meter muncul pada pelindung tersebut. Angin dingin bertiup dari dalam pelindung itu ke arah wajahnya.     

"Mari kita pergi." Angele melompat masuk ke dalam lubang, diikuti oleh Mogo.     

**     

Di bawah langit yang gelap, terbentang dunia berwarna hijau tua yang tak berujung.     

Di sana, terdapat banyak sekali elf malam dan orc. Mereka membawa busur panjang, busur silang, dan sebuah senjata yang tampak seperti penembak roket. Mereka mengarahkan semua senjata itu ke langit. Kepingan-kepingan reruntuhan berwarna hijau yang tampak seperti pecahan kaca berjatuhan dari langit.     

Akhirnya, terdengar suara kecil, dan dua bayangan hitam melompat keluar dari lubang di langit. Mereka terjatuh dengan sangat cepat, hingga terlihat seperti dua benang hitam.     

Brak! Brak!     

Dengan suara yang kencang, debu hijau beterbangan di mana-mana dan berubah menjadi seperti kabut hijau.     

Shing! Shing! Shing!     

Para elf malam dan orc sudah memperkirakan titik pendaratan dua bayangan itu. Mereka menembakkan panah-panah dan bom mereka ke arah titik tersebut. Para elf tampak tidak ragu sama sekali. Mereka melakukan apa saja demi mengalahkan kedua bayangan itu.     

Saat dua bayangan itu mendarat, para elf dan orc segera menyerang mereka. Debu yang beterbangan karena semua serangan senjata jarak jauh itu membuat pandangan semua orang yang ada di sana tampak buram.     

Tiba-tiba, sebuah titik cahaya hitam muncul di dalam kabut hijau tersebut. Titik itu segera membesar dan terbang ke arah para elf malam.     

Shing!     

Titik cahaya itu terbang melewati para prajurit.     

"Ah!"     

Mereka tidak mengantisipasi serangan tersebut.     

Semua elf dan orc di sana mengerang kesakitan. Tubuh mereka meleleh setelah tersentuh cahaya hitam tersebut. Cairan hitam dari tubuh mereka yang meleleh memiliki efek yang sama. Para prajurit yang menyentuh cairan hitam itu ikut meleleh ke tanah.     

Semua elf malam dan orc yang tersisa segera berlari. Mereka menjatuhkan senjata masing-masing dan tidak memedulikan teman-teman mereka. Dalam beberapa menit saja, mereka semua sudah pergi.     

"Lemah… Lemah sekali…"     

Mogo berjalan keluar dari kabut hijau itu sambil tersenyum aneh. Ia memandang cairan hitam dan para elf malam yang terluka di tanah sembari menjilat bibirnya.     

"Para elf malam ini jauh lebih lemah ketimbang elf malam yang kukenal…"     

"Memangnya sekuat apa elf malam yang kau tahu?" Angele ikut berjalan keluar dari kabut hijau itu. Mereka berdua tidak terluka sama sekali.     

"Mereka jauh lebih kuat daripada elf-elf malam ini… Bertahun-tahun yang lalu, mereka tidak kubiarkan menembakkan panah seperti ini. Dulu, mereka menembakkan panah yang diberi kekuatan elemen." Mogo segera menjelaskan.     

Angele mengangguk dan berjalan mendekati para elf malam dan orc yang tengah sekarat. Baru kali ini ia melihat makhluk-makhluk seperti itu.     

Semua elf malam memiliki penampilan ramping seperti seorang wanita. Tubuh mereka ramping, dengan rambut panjang perak dan kulit yang pucat. Walaupun mereka memiliki gaya rambut panjang yang berbeda-beda, mereka semua memiliki mata hijau yang terang seperti warna dedaunan yang segar.     

Ia mencium darah dari tubuh para prajurit itu. Sepertinya, mereka semua adalah prajurit-prajurit berpengalaman.     

Ia tampak menginjak cairan hitam dari tubuh para elf tersebut tanpa rasa takut.     

Semua elf yang terjatuh di atas tanah memiliki ketahanan yang tinggi. Masih ada sekitar 10 elf yang masih hidup dan mengerang kesakitan di tanah, sementara semua orc telah mati. Para elf malam tidak memiliki kumis, dan mereka tampak serius.     

Angele mengambil salah satu elf dan memandangnya dengan hati-hati. Walaupun kulit elf itu terlihat lembut, teksturnya sedikit keras.     

"Matilah! Matilah kau! Dasar bajing*n dari permukaan! Cahaya Master Hill akan mengubah kalian menjadi makanan laba-laba!" Pria elf itu berteriak-teriak seperti orang gila.     

TEs!     

Setelah mendengar suara itu, Angele terdiam selama beberapa detik, kemudian ia memiringkan tubuhnya ke samping. Ia menyadari bahwa air liur menetes dari dagu Mogo.     

Setelah menyadari bahwa Angele sedang memandangnya, Mogo menyunggingkan senyuman.     

"Master, ada banyak sekali elf malam di sini. Bisakah aku memiliki… dua dari mereka…?"     

"Maksudmu… Untuk dimakan? Apakah rasa mereka enak?" Angele sedikit terkejut.     

"Yah, sebenarnya bukan benar-benar untuk 'dimakan', tapi jika kau…" Mogo segera menjawab.     

"Biar kucobanya." Angele mengambir kerah baju salah satu elf sebelum Mogo sempat menyelesaikan perkataannya.     

Shing!     

Ia melepaskan baju zirah kulit dan pakaian dalam elf itu, sehingga kulit elf yang bersih dan juga dadanya terlihat.     

"Dasar babi dari permukaan! Kau akan…"     

Cras!     

Mogo berhenti tersenyum, dan elf malam itu berhenti berteriak-teriak.     

Angele menggigit leher elf itu dan mengunyahnya beberapa kali. Akhirnya, ia mengernyitkan alisnya dan memuntahkan daging itu.     

"Menurutku lebih enak daging sapi…"     

Ia menjatuhkan mayat elf tersebut, sementara para elf malam lainnya langsung berhenti mengerang dan menahan nafas agar Angele mengira bahwa mereka sudah mati. Mogo tidak menyangka bahwa Angele akan menggigit leher elf itu begitu saja.     

Mogo ingin memperkosa elf malam wanita itu, tspo Angele mengira bahwa Mogo sedang membicarakan rasa daging mereka yang sesungguhnya.     

Angele tidak tertarik pada elf-elf malam itu. Walaupun ia tidak mau memakan manusia, para elf malam itu tidak lebih dari makanan, seperti babi atau ayam.     

Ia berjalan melewati mayat-mayat itu, namun ia tiba-tiba berhenti setelah berjalan selama beberapa saat.     

'Sejak kapan aku berpikir seperti itu…' Pemikirannya barusan membuatnya terkejut.     

'Semua ras-ras lain sudah menjadi seperti makanan untukku… Tunggu, bahkan para manusia pun…'     

Jauh dalam pikirannya, ia memiliki jawaban akan pertanyaan itu. Ia merasa bahwa ada sebuah benjolan kecil pada sisi kiri lehernya. Benjolan itu tertutup kerah bajunya, sehingga tidak ada yang tahu apa yang ada di dalamnya.     

Angele mengetahui bahwa benjolan itu adalah mata ungu dari tanda sang pendahulu di punggungnya. Ini menunjukkan bahwa tanda itu masih terus tumbuh dengan cepat. Walaupun ia sudah menghabiskan semua energi ekstra-nya untuk melawan kekuatan dunia, sepertinya tanda itu masih terus tumbuh.     

'Sayangnya, analisa kekuatan waktu dan dimensi masih terlalu lambat…'     

Informasi yang tersimpan dalam chip-nya tidak bisa mempercepat proses itu, sehingga ia harus tetap mempelajari sendiri rahasia waktu dan ruang. Kekuatan waktu dan dimensi sangatlah mirip dengan kekuatan dewa. Saat ini, ia sudah punya rahasia kekuatan waktu, namun analisa berjalan sangat lambat.     

"Mari kita pergi sekarang. Pohon Ibu sudah tahu bahwa kita telah tiba di sini. Ini baru gelombang pertama. Nanti, akan ada semakin banyak masalah," kata Angele dengan tenang.     

"Baik, Master." Mogo menunduk. Ia masih ingin bersenang-senang dengan para elf malam…     

Tak lama kemudian, mereka menghilang di cakrawala, dan para elf malam yang terluka kembali mengerang kesakitan di tanah.     

**     

Dua minggu kemudian…     

Di bawah sebuah bukit di hamparan negeri berwarna hijau tua yang tak berujung.     

Mogo menghancurkan kepala salah satu elf malam sambil menyeringai. Ada banyak sekali mayat elf malam di sekitarnya.     

Elf-elf malam kali ini memiliki peralatan perang yang lebih baik dan lebih kuat ketimbang elf-elf malam yang mereka temui sebelumnya.     

Menyadari bahwa Angele telah berjalan pergi, Mogo menjatuhkan mayat itu dan cepat-cepat berjalan mengikuti Angele.     

Beberapa hari kemudian…     

Grr!     

Seekor ular-kadal berkepala dua hendak menerjang Angele, namun makhluk itu terbunuh oleh sehelai rambut merah.     

Ada ratusan ekor ular-kadal berkepala dua di sekitar mereka, namun semuanya terbunuh oleh rambut Angele. Seperti ular-ular yang masih hidup, rambut merah Angele membunuh semua makhluk yang mengepung mereka dan kembali menjadi normal dalam hitungan detik.     

Angele sama sekali tidak tertarik dengan mayat-mayat itu, sehingga ia terus berjalan dengan ekspresi datar. Mogo berjalan membawa daging tusuk di tangannya. Daging panggang itu dibuat dari daging ular-kadal yang tadinya mengepung mereka.     

"Master, mengapa kau tidak mengejar para elf malam yang mengirimkan ular-ular kadal itu pada kita?" tanya Mogo seraya berjalan di belakang Angele.      

"Itu hanya akan membuang-buang waktu. Sebaiknya kita langsung pergi ke Pohon Ibu." Angele menjawab dengan santai.     

Dua minggu kemudian…     

Di tepi sungai yang ada di dataran hijau tersebut.     

Angele berjalan mendekati sungai dan hendak melompatinya, namun tiba-tiba ia berhenti dan menoleh ke kanan. Ada sesuatu yang menarik perhatiannya.     

Wush!     

Benjolan lumpur muncul di sisi kanan, dan beberapa elf malam berbaju zirah lengkap melompat keluar dari benjolan itu.     

Ketua mereka adalah seorang elf malam wanita. Bagian tepi baju zirahnya dihiasi dengan garis-garis merah. Tubuhnya sangat indah, dan tangannya memegang dua bilah pedang tipis berwarna hitam. Wanita itu berdiri dan memicingkan mata pada Angele.     

Klang!     

Semua elf itu menarik senjata masing-masing dan menatap Angele seperti menatap musuh terbesar mereka.     

"Akhirnya kami menemukan kalian… Dasar bajing*n!" Tatapan mata sang ketua sangat tajam dan penuh semangat.     

"Akhirnya, elf malam yang lumayan bagus. Mogo, tangkap dia. Aku ingin mempelajari sistem kekuatan mereka. Gelombang-gelombang kekuatan mereka terasa sangat menarik…" Angele memandang elf itu seperti memandang sebuah karya seni yang indah.     

Sebelum Mogo sempat menjawab, elf itu maju selangkah dan mengangkat kedua pedangnya.     

"Namaku Lance, Lance Karman! Aku akan menjadi orang yang memenggal kepalamu!"     

Wanita itu merunduk, mengangkat kedua bilah pedang ke dadanya, dan bersiap menyerang.     

Wush!     

Tiba-tiba, Lance menghilang, dan dalam sedetik, ia sudah tiba di depan Angele.     

Klang!     

Sebuah sayap hitam menangkis serangan itu dan menyerangnya keras-keras.     

Brak!     

Sebuah gelombang energi transparan memisahkan mereka.     

Lance berguling di tanah beberapa kali. Ia tidak bisa berhenti hingga teman-temannya membantunya.     

"Kekuatannya setara dengan para Pangeran…" kata wanita itu dengan sedikit ketakutan seraya menatap pria yang menangkis serangan itu. "Kau memiliki kekuatan yang dahsyat, namun kau memutuskan untuk bekerja di bawah makhluk yang kejam…"     

Mogo tertawa.     

"Bodoh… Kekuatan yang setara dengan para Pangeran? Jika hanya itulah yang bisa kau lakukan, maka sebaiknya kau menyerah sekarang."     

Lance meluruskan punggungnya dan mencegah teman-temannya menerjang Mogo. Setelah berbicara dengan teman-temannya, semua anggota lain segera mundur.     

"Aku akan menunjukkanmu teknik berpedang terkuat dari para elf malam! Pedang Delapan Lengan!" Wanita itu berteriak, dan tiga pasang lengan muncul pada punggungnya. Semua tangannya memegang pedang dengan pola yang berbeda-beda. Sepertinya, pedang-pedang itu adalah benda-benda langka.     

Lance memamerkan delapan tangannya dan maju selangkah.     

Brak!     

Wanita itu meninggalkan lubang raksasa berukuran sekitar 10 meter di atas tanah dan menghilang. Ia menerjang Mogo, dan sebuah bola kabut berwarna hijau meledak di antara mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.