Dunia Penyihir

Tekad (Bagian 1)



Tekad (Bagian 1)

0'Seharusnya mereka sudah mengetahui tingkat kekuatanku saat ini, tapi lebih baik kutunjukkan lagi kekuatanku yang sesungguhnya.' Perlahan-lahan, Angele berdiri keluar dari kolam lahar, sehingga mata-mata ungu di lengannya terlihat. Semua mata itu berasap karena suhu yang amat tinggi, sehingga ruangan itu penuh dengan asap.     

Ia berjalan mengitari bagian tepi kolam tanpa alas kaki. Jubah hitam yang tergantung di tiang gantungan terbang ke arahnya. Jubahnya terbuat dari cairan spesial dari mata seekor hewan buas sihir, dan jubah itu memiliki ketahanan api yang sangat tinggi.     

Ia mengenakan jubah dan sabuknya, kemudian ia mengikatkan cermin hitam dan sebilah pisau kecil pada sabuknya.     

Akhirnya, ia berjalan perlahan menuju lorong dan menghilang dalam kobaran api. Dalam hitungan detik, ia telah berjalan sekitar 30 meter.     

Setelah memeriksa jarak teleportasi, ia mengernyitkan alisnya.     

'Sekarang, bahkan berteleportasi ke tempat yang tidak terlalu jauh pun aku tidak bisa...' Biasanya, ia bisa berteleportasi sejauh 300 meter, namun kali ini, ia merasa kelelahan walau hanya berteleportasi sekitar 30 meter.     

Dengan menggunakan chip-nya, ia memeriksa energi yang digunakannya untuk melakukan teleportasi tersebut - teleportasi itu menghabiskan lebih dari 30 ribu derajat energi, dan ia membutuhkan waktu sekitar setengah hari untuk mendapatkan kembali energi sebanyak itu. Ditambah lagi, ototnya sedikit terluka. Sepertinya, tubuhnya sudah tidak mampu menggunakan teknik teleportasi dasar.     

"Sepertinya, akan lebih baik jika aku menggunakan teleportasi elemen saat benar-benar diperlukan saja..."     

Tanda di punggungnya adalah masalah utamanya saat ini. Tak ada yang bisa ia lakukan pada tanda itu saat ini.     

Ia sampai di pintu keluar lorong dalam beberapa menit. Dua orang Ksatria Agung yang menjaga lorong ini membungkuk dan menyapanya.     

Sella, si manusia elang, menunggunya di pintu keluar tanpa mengatakan apa pun. Angele langsung menyadari keberadaan pria tersebut.     

"Master, para wakil sudah menunggu Anda di ruang spiral perguruan. Bagaimana menurut Anda?"     

"Mari kita pergi bertemu mereka. Aku tidak ingin membuang-buang waktu." Angele mengangguk.     

Sebuah bola cahaya merah muncul di bawah kaki mereka dan membantu kedua orang tersebut terbang melalui hutan pilar batu berwarna putih. Mereka juga melewati beberapa bangunan, sebelum akhirnya mendarat di atas sebuah podium yang terbuat dari batu berwarna hitam pekat.     

Sekelompok penyihir yang terdiri dari penyihir wanita dan penyihir laki-laki sedang menunggu mereka di podium tersebut tanpa berkata apa-apa. Ada yang berjubah hitam, ada yang berjubah putih, bahkan ada juga manusia bertubuh seekor rubah.     

Rubah-rubah itu memiliki tinggi sekitar 1 meter dan berjalan dengan dua kaki seperti manusia. Kaki depan mereka berfungsi sebagai tangan, dan mereka mengenakan jubah merah dengan pola-pola berwarna emas di bagian dada. Pola-pola itu berbentuk aneh, seperti seekor rubah bertelinga enam, namun pola itu tidak terlalu menarik perhatian.     

Dua orang penyihir memiliki cangkang besar, dan hanya wajah mereka yang tidak tertutup. Mereka memiliki tanduk berwarna hitam dan dua garis kuning pada dada mereka.     

Ada juga manusia serangga dari dunia bawah tanah. Mereka tampak mirip seperti kumbang badak. Mereka lahir tanpa mata, sehingga mereka bisa menahan sihir yang membutakan. Selain itu, mereka memiliki ketahanan alami terhadap kekuatan ilusi tingkat rendah.     

Angele dan Sella sampai di atas podium dan memandang semua penyihir yang berkumpul di sana.     

"Sepertinya kau adalah Master Angele." Seorang penyihir duyung maju selangkah. Penyihir itu adalah seorang pria tua dengan rambut putih yang berantakan. Ia membawa sebuah tongkat yang terbuat dari batu karang berwarna merah. Telinganya berbentuk seperti sirip ikan.     

"Perkenalkan, aku adalah Rembulan Biru. Aku datang kemari sebagai wakil Kerajaan Saladin."     

"Rembulan Biru, sang Hydra. Aku mengenalmu." Angele mengangguk perlahan.     

"Mari kita masuk dan bicara di dalam." Ia berjalan melewati kerumunan dan masuk ke dalam pilar.     

Dalam pilar itu, terdapat sebuah aula yang luas dengan kursi batu tinggi di tengahnya. Sepasang mata terukir pada bagian belakang kursi tersebut.     

Angele berjalan ke kursi itu dan duduk di sana. Ia meletakkan tangannya di atas pegangan kursi dan memandang kerumunan penyihir di sana.     

Para penyihir ikut masuk ke dalam aula itu dan duduk di kursi-kursi yang telah disediakan. Kepala dan wakil kepala perguruan, si sosok berkepala dua, duduk di kursi di samping Angele. Sella pun ikut duduk di salah satu kursi.     

Dua kelompok yang terdiri dari calon penyihir laki-laki dan juga wanita menyediakan buah-buahan untuk para penyihir tamu. Mereka memastikan bahwa mereka menyajikan makanan yang tepat kepada ras-ras yang tepat. Bahkan, beberapa penyihir mendapatkan makanan berupa daging kelinci dan daging tupai segar.     

Setelah semua penyihir duduk dan memperkenalkan diri, Angele angkat bicara.     

"Selamat datang di Perguruan Ramsoda. Kalian sudah mendengar berita dan rumor tentang diriku, kan? Kupersilakan wakil dari Kerajaan Saladin untuk berbicara terlebih dahulu. Silakan, Rembulan Biru."     

Rembulan Biru tidak terkejut. Dia adalah salah satu penyihir terkuat di ruangan ini, sehingga ia berhak untuk berbicara terlebih dahulu. Sebelum berbicara, ia meminum seteguk jus dan memastikan bahwa semuanya lancar.     

Rembulan Biru memandang Angele dan membuka mulutnya.     

"Tentang Kerajaan Saladin, kami berharap untuk membuat sebuah perjanjian denganmu. Kerajaan Saladin telah mengembalikan teritori Kerajaan Rudin padamu. Namun, aku masih punya pertanyaan, dan aku ingin berbicara denganmu. Di sini, ada banyak penyihir dari berbagai ras, dan sebaiknya kami dari bangsa duyung menunjukkan hormat kami terlebih dahulu. Mohon terima hadiah kecil dari kami."     

Ia bertepuk tangan, dan seorang penyihir wanita di belakangnya mengambil sebuah kotak kecil. Wanita itu melemparkan kotak tersebut ke lantai dengan hati-hati.     

Kotak hitam itu membesar, dan tingginya meningkat menjadi lebih dari empat meter. Seekor kucing hitam raksasa terjebak dalam kotak itu.     

Di sekitar kucing tersebut, terdapat awan-awan putih, dan kabut berwarna putih terus keluar dari dalam telinganya seakan-akan kucing hitam itu berisi penuh dengan kabut putih. Setelah menyadari banyaknya penyihir yang ada di sekitarnya, kucing itu mengeluarkan suara-suara yang aneh. Sepertinya, kucing itu sudah siap menyerang kapan saja.     

Setelah melihat makhluk itu, para penyihir terdiam dan mulai berdiskusi dengan suara lirih. Ada juga yang menatap kucing itu dan mengernyitkan alisnya; sepertinya mereka bingung. Namun, ekspresi wajah para penyihir yang mengetahui apa sebenarnya makhluk itu tampak serius.     

"Monster Awan... Binatang buas agresif yang hidup di Laut Permata. Bagaimana bisa para duyung menangkapnya hidup-hidup?"     

"Itu adalah Monster Awan betina... Para duyung pasti mengirimkan seorang penyihir kuat untuk menangkapnya."     

Seorang penyihir tersenyum mengejek ke arah Angele dan dua anggota penting dari Ramsoda.     

Andy dan Sella pun terkejut, dan mereka menoleh ke arah Angele. Namun, Angele tampak tidak takut sama sekali - bahkan, ekspresi wajahnya terlihat datar.     

Itu adalah kali pertama Angele bertemu dengan binatang buas yang hidup di Laut Permata. Ia dapat merasakan bahwa makhluk itu melepaskan gelombang-gelombang energi yang kuat, namun gelombang energi itu hanya memiliki kekuatan yang setara dengan penyihir tingkat 3. Ia melihat bahwa ada semakin banyak awan putih yang muncul di udara setelah kucing hitam itu muncul.     

"Jadi, inikah yang namanya Monster Awan?" Angele angkat bicara. "Bagus sekali. Kau bilang ini adalah hadiah? Apa maksudmu? Aku tidak tahu tentang Laut Permata, dan inilah pertama kalinya aku melihat makhluk seperti ini. Sepertinya kau akan menjelaskan semuanya pada kami semua."     

Para penyihir yang ada di aula itu berhenti berbincang-bincang. Rembulan Biru tidak terkejut sama sekali. Ia berdiri dan tersenyum.     

"Monster Awan hidup di beberapa pulau di Laut Permata. Mereka mampu mengendalikan kabut dan bergerak cepat - bahkan, penyihir yang lemah dan manusia biasa tidak akan bisa melihat pergerakan makhluk ini. Kau hanya bisa menangkap makhluk ini saat ia beristirahat. Mereka biasa beristirahat di gua bawah tanah, sehingga mereka sangat sulit ditemukan." Ia terdiam sesaat. "Yang paling penting, jika kau bisa mengekstrak darah dari Monster Awan hidup, harapan hidupmu akan meningkat sepuluh tahun."     

"Woah..."     

Sebagian besar penyihir yang ada di sana terkejut saat mendengar informasi itu. Tidak banyak penyihir yang tahu tentang makhluk itu sebelumnya, namun sepuluh tahun umur tambahan sangatlah menarik. Penyihir lemah memiliki harapan hidup yang lebih pendek ketimbang penyihir kuat.     

Ekspresi beberapa penyihir berubah saat mereka memandang makhluk tersebut. Ada juga beberapa penyihir yang memicingkan mata kepada para penyihir bangsa duyung.     

Seorang wanita berjubah putih dari Aliansi Utara berdiri dan bertanya, "Jadi, katakan, mengapa kau memutuskan untuk membawa makhluk itu kemari?"     

Wanita itu adalah seorang penyihir bernama Lila. Ia mengenakan sebuah bandana perak yang ditutupi dengan rune.     

Penyihir wanita itu memiliki tubuh yang sedikit tambun dan kulit yang sedikit kasar. Sepertinya, ia tidak peduli dengan penampilannya. Biasanya, penyihir wanita akan mengubah penampilan setelah menjadi penyihir resmi. Penyihir wanita seperti Lila cukup langka di Dunia Penyihir.     

Rembulan Biru tersenyum lagi.     

"Monster Awan bergerak sangat cepat, sehingga hanya penyihir kuat yang bisa menangkap mereka. Biasanya, orang biasa tidak akan bisa menangkap dan mengambil darah makhluk ini. Namun, sebagai bentuk penghormatan, Penyihir Biru Agung dari bangsa duyung memutuskan untuk memberimu makhluk ini sebagai hadiah, Master Angele." Pria itu memandang Angele.     

"Selain itu, kami berharap bahwa kau bisa memahami hubungan antara duyung dan Kerajaan Saladin. Satu hal lagi, kotak ini adalah benda sihir penting milik Penyihir Biru Agung, sehingga kami mungkin harus mengambilnya kembali..."     

Sudah jelas, semua ini adalah tantangan. Jika Angele tidak bisa membunuh Monster Awan itu setelah mereka membuka kotak, hadiah itu akan menjadi bencana. Seekor hewan buas ang memiliki kekuatan yang setara dengan penyihir tingkat 3 sangatlah kuat, dan ditambah lagi, Monster Awan terkenal karena kecepatannya. Makhluk itu mampu membunuh sekelompok penyihir berkekuatan rata-rata.     

Benda sihir yang bisa mengurung makhluk itu sangatlah langka. Rembulan Biru yakin bahwa Ramsoda tidak memiliki benda seperti itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.