Dunia Penyihir

Keluarga (Bagian 1)



Keluarga (Bagian 1)

0Dua kelompok duyung, dengan tubuh bagian bawah yang tampak seperti ekor ikan, bergerak mendekati mereka dari sebelah kiri dan kanan. Masing-masing pengawal tersebut membawa senjata.     

Saat menyadari keberadaan dua orang asing, para pengawal langsung menerjang mereka dengan senjata masing-masing.     

"Ini adalah tempat terlarang! Matilah kau!"     

"Hubungi Dewan Avis sekarang!"     

Ujung senjata mereka bercahaya hijau. Tombak-tombak yang mereka lemparkan ke arah Angele dan pria tersebut tampak seperti anak panah.     

Tubuh pria itu tampak buram, dan tiba-tiba, ia menghilang tanpa jejak. Pria itu bisa menghindari semua tombak tersebut dengan mudah dengan berteleportasi.     

Pria itu berlari masuk ke lorong dimensi tanpa melihat ke belakang.     

Shing!     

Ia masuk ke dalam lorong dimensi itu dengan mudah. Ia merasa lega karena telah berhasil kabur, dan ia segera memeriksa keadaan sekitar.     

Dengan rambut merah gelapnya, Angele menangkis semua tombak para duyung itu. Rambutnya melilit tombak-tombak tersebut dan melemparkannya kembali pada para duyung.     

Beberapa duyung tertusuk tombak dan terjatuh ke tanah.     

Angele hanya terhenti akibat serangan itu selama satu detik saja. Ekspresinya berubah saat ia menyadari pria itu sudah berada di dalam lorong dimensi.     

Angele mengikuti pria itu masuk ke dalam lorong.     

Shing!     

Beberapa detik kemudian, ia jatuh ke dalam kegelapan. Ia bisa merasakan bahwa ada gejolak kekuatan yang mengerikan di depan sana.     

Krak!     

Terdengar suara seperti tulang yang retak. Sepertinya itu adalah tulang Angele.     

**     

Di seberang lorong dimensi…     

Di dasar sebuah perairan yang jernih, beberapa kelompok monster laut berkumpul di depan sebuah altar batu berwarna kelabu. Gelombang-gelombang energi biru yang mereka lepaskan terhubung dengan sebuah lubang di langit. Lubang berwarna gelap itu dikelilingi oleh kilat-kilat listrik yang menyambar-nyambar.     

Dua monster laut berkepala ular sedang berdiri di belakang monster-monster lainnya. Tubuh mereka tambun, dan kulit mereka telah berkerut. Selain itu, ada tanda berwarna emas di dahi mereka. Tanda tersebut terlihat seperti sebuah simbol tertentu.     

"Berapa lama energi kita bisa menopang lorong ini?" Salah satu monster bertanya dengan bahasa kuno pemersatu.     

"Sekitar 20 hari. Lorong dimensi cukup stabil, dan kita punya cukup energi untuk menopangnya. Jika situasi memungkinkan, kita bisa menjaganya tetap berdiri selama sekitar 30 hari. Menurut informasi yang diberikan Stan, pintu keluar lorong aman, namun kita belum menerima informasi terbaru."     

"Sepertinya dia sedang bersenang-senang di sana. Makhluk-makhluk yang tinggal di dunia lemah hanyalah serangga baginya, tapi—"     

Shing! Shing!     

Saat mereka sibuk berbincang-bincang, terdengar suara-suara aneh dari dalam lorong.     

"Apa itu?"     

"Mungkin ada masalah dengan lorong dimensi?"     

Kedua monster itu mendongak dan memandang lubang gelap di langit itu.     

Shing!     

Sinar cahaya biru menerjang keluar dari lubang hitam tersebut dan berbelok ke arah kanan. Sepertinya, cahaya itu ingin keluar dari air. Cahaya tersebut melepaskan gelombang energi khas para duyung.     

Monster-monster itu mengira bahwa cahaya tersebut adalah penduduk dunia mereka. Tidak ada yang menyadari apa yang baru saja terjadi.     

"Siapa itu?"     

"Apakah dia monster laut baru yang berhasil melewati ujian Sang Penguasa?"     

Saat para monster laut sibuk menebak-nebak siapa yang baru saja masuk, sinar cahaya merah muncul dari dalam lubang tersebut. Itu adalah seorang pria yang dikelilingi cahaya merah. Ia juga keluar dari lubang itu.     

Brak!     

Terdengar suara nyaring dari lubang gelap itu, dan tubuh para monster gemetar karena kekuatan dari dalam lubang tersebut. Darah mengucur dari mata dan telinga mereka. Bau aneh dari darah mereka memenuhi tempat itu.     

Tanah di dasar perairan mulai bergetar, hingga tanah tersebut retak-retak, dan begitu banyak pusaran dengan berbagai ukuran muncul di dalam air. Tempat itu terasa seperti baru saja berubah menjadi tempat yang benar-benar berbeda.     

Kedua pemimpin itu terkejut melihat pria bercahaya merah itu. Mereka masih berusaha mencari tahu apa yang telah terjadi.     

Brak!     

Pria bercahaya merah itu kembali berusaha masuk melalui lubang tersebut, namun ada sesuatu yang menghalanginya. Sebuah pelindung tak kasat mata mencegah pria itu masuk ke dalam dunia tersebut.     

Setelah melihat kejadian itu, para monster laut akhirnya menyadari apa yang terjadi.     

"Lorong dimensi! Lorong dimensi akan runtuh! Ada yang tidak beres, lorong kita tidak cukup kuat untuk dilewati makhluk ini! Siapa dia sebenarnya?!" seru salah satu pemimpin dengan terkejut.     

"Hanya ada dua kemungkinan…" jawab pemimpin kedua dengan suara berat. "Pertama, bisa saja lorong kita rusak. Namun, mungkin juga makhluk itu terlalu kuat untuk lorong kita, sehingga kekuatan dunia berusaha mendorongnya mundur…"     

"Apa pun alasannya, kita dalam masalah besar! Cepatlah! Kita harus mengumpulkan kekuatan dan memastikan bahwa dia tidak bisa masuk!"     

Monster-monster laut itu mendengar suara tersebut dan terdiam sesaat.     

"Tunggu! Lorong dimensi itu akan hancur!"     

"Kita harus menghentikannya sekarang juga!"     

"Kita tidak bisa membiarkan makhluk ini masuk!"     

Monster-monster itu melepaskan cahaya biru yang amat terang, yang terbang ke dalam lorong dimensi. Cahaya tersebut perlahan-lahan menstabilkan lubang gelap di langit, dan kekuatan dunia mulai mendorong Angele mundur lagi.     

"Ini lagi? Apa kau benar-benar berpikir bahwa kau mampu menghentikanku?"     

0

Suara berat terdengar dari dalam lorong tersebut.     

"Dasar sombong…"     

Angele melepaskan cahaya merah yang sangat terang, hingga cahaya itu terlihat seperti cahaya matahari. Kedua ketua itu nyaris tidak bisa membuka mata mereka, namun mereka melihat sebuah cakar hitam bergerak keluar dari dalam lubang tersebut. Namun, kekuatan dunia masih terus berusaha mendorong mundur pria tersebut.     

Tiba-tiba, sinar cahaya biru bersinar dalam cahaya merah tersebut dan bergerak ke arah air.     

Angele tidak memedulikannya.     

Ia mengubah arah cakar raksasa tersebut dan berusaha menangkap cahaya biru itu. Tiba-tiba, cakar tersebut melepaskan sebuah gelombang yang mengerikan. Gelombang itu mengubah permukaan air menjadi cakar air raksasa. Cakar air itu bergerak mendekati cahaya biru tersebut dengan kecepatan penuh.     

Shing!     

Cahaya biru itu mengerang kesakitan, dan sebuah tangan manusia terpotong oleh cakar tersebut.     

"Kau pikir kau bisa lari?!" Cahaya merah itu meraung, dan lubang gelap di langit itu kembali bergetar.     

"Siapa?! Siapa yang mengusulkan untuk menyerang sebuah dunia lemah?! Katakan padaku, dari mana makhluk ini datang? Ini bukan makhluk lemah dari dunia lemah! Bahkan, sepertinya dia lebih kuat dari makhluk di dunia-dunia terkuat! Raja Laut, jelaskan ini padaku!"     

Sebuah suara berat dan lantang terdengar dari dalam air.     

"Tutup lorong itu! Tutup lorong itu sekarang juga! Dia sangat kuat, hingga dunia kita berusaha mendorongnya keluar! Jika dia sampai masuk, akan ada masalah besar!"     

Air di tempat itu mulai mendidih, hingga suhunya mencapai lebih dari 1000 derajat Celsius dalam hitungan detik. Beberapa monster tidak dapat bertahan melawan panas tersebut, namun mereka masih terus mengirimkan energi ke arah lorong dimensi.     

Wush!     

Sebuah kekuatan tak kasat mata muncul di langit dan mendarat di cakar hitam tersebut. Kekuatan tersebut membuat cakar hitam itu bergetar.     

Akibat tekanan itu, cakar tersebut perlahan-lahan mundur ke dalam lubang.     

Angele merasa ketakutan, dan ia berteriak, "Kau tidak akan bisa kabur dariku! Aku sudah mencatat koordinat dunia ini! Kau tidak akan bisa lari ke mana pun!"     

Duar!     

Lubang hitam itu meledak dan mencipratkan cahaya merah ke mana-mana. Monster-monster laut di sekitar tempat itu, termasuk kedua ketua, meledak menjadi bola-bola darah.     

Permukaan lautan tertutup oleh potongan daging dan juga darah.     

Seekor duyung pria berekor tiga muncul di permukaan laut. Otot wajahnya berkedut saat melihat kejadian mengerikan tersebut.     

"Sialan. Raja Laut, apa-apaan ini?! Sialan! Sialan! Sekarang, kita dalam masalah besar. Dia berkata bahwa dia memiliki koordinat dunia kita. Aku harus memberikan informasi ini pada imam kita!" Duyung pria itu gemetar saat mengingat suara pria bercahaya merah tersebut. Kekuatan pria itu sangatlah besar, hingga ia nyaris menembus lorong yang dilindungi kekuatan dunia. Bangsa duyung sadar bahwa mereka tidak akan bisa menyelesaikan masalah seperti itu.     

"Collins, jangan terlalu khawatir. Kita masih punya kesempatan." Seekor duyung wanita berekor tiga berjalan mendekatinya dan berbicara dengan suara berat. "Pria itu sedang mengejar duyung yang melepaskan cahaya biru itu. Jika kita bisa menangkapnya dan mengirimkannya pada pria itu, mungkin kita akan dibiarkan hidup. Atau bahkan, kita bisa membangun hubungan dengan pria itu. Dia adalah makhluk yang kuat — mungkin saja dia bisa membantu kerajaan kita."     

"Apa kau yakin?"     

"Aku yakin. Sang imam telah memberi tahu kita," jawab wanita itu.     

"Baiklah, kalau begitu, kirimkan perintah sekarang juga. Ambil semua informasi yang terekam dan bagikan informasi ini pada para Raja. Kita harus bisa menemukan cahaya biru itu!" Collins mengangguk dan mengambil keputusan.     

"Baiklah!" Wanita duyung itu mengangguk setuju. "Selain itu, sang imam berkata bahwa cahaya biru tersebut memiliki teknik bersembunyi. Kita harus memastikan bahwa dia tidak bersembunyi di dalam kelompok kita."     

"Vincent bisa mengatasi masalah itu. Dalam situasi seperti ini, sebaiknya kita gunakan semua sumber daya kita."     

Setelah menemukan solusi masalah itu, Collins menjadi lebih tenang.     

"Kau benar. Jika kita bisa memiliki hubungan dengan makhluk kuat itu, mungkin kita punya kesempatan… Mungkin saja, ini kesempatan untuk kerajaan kita…"     

Collins menggumam. Ia berpikir apakah mereka telah memilih pilihan yang tepat atau tidak.     

"Pemburu Bayangan Vincent, kan? Akan kukirimkan perintah sekarang juga!"     

Duyung wanita itu mengangguk.     

"Ah, selain itu, kita harus mencari lorong dimensi yang lain. Kudengar, mungkin ada makhluk kuno kuat di dunia penyihir, seperti makhluk yang mengunjungi dunia kita tadi. Sebaiknya kita tidak dekat-dekat dengan Dunia Penyihir."     

"Kau benar, sebaiknya kita mencari lorong dimensi yang lain."     

"Iya."     

**     

Di seberang lautan…     

Ada sebuah bayangan tak kasat mata di permukaan air. Bayangan itu baru saja kehilangan tangan kanannya, dan ia memandang bagian-bagian tubuh yang mengapung di laut.     

"Kau telah gagal… Dasar pengkhianat… Walau kau memiliki kunci itu, kau masih gagal…"     

Wajah seorang pria tua muncul di atas wajahnya.     

"Tidak, aku tidak gagal. Waktu akan membuktikan segalanya… Walaupun aku mati…" Pria itu menggumam.     

"Apa kau berusaha mencari penerus? Jika kau tidak bisa menemukannya dalam 21 jam, kita akan mati, dan kita akan dilupakan…" Pria tua itu mengernyitkan alisnya.     

"Aku menghormati arahan waktu, dan aku sudah melihat masa depan… Aku tidak peduli apakah ini takdirku atau tidak. Aku akan mengubah takdirku!" Cahaya biru muncul di depan mata pria itu. Ia memandang lautan untuk terakhir kalinya, kemudian ia menghilang tanpa jejak, seakan-akan ia tidak pernah ada di sana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.