Dunia Penyihir

Kekuatan Waktu (Bagian 2)



Kekuatan Waktu (Bagian 2)

0"Kau mau lari?" Angele menyimpan kembali asap hitam itu dan menganalisa titik-titik biru pada asap tersebut.     

"Kekuatan waktu, kekuatan waktu!" serunya. Ia gembira dengan apa yang baru ia temukan.     

Kekuatan waktu adalah salah satu dari sedikit kekuatan yang mampu memperlambat efek tanda yang ada di punggungnya. Saat ini, ia mengetahui sedikit informasi tentang para pendahulu, namun ia tidak tahu bagaimana ia bisa menjadi seorang pendahulu. Sebelum masuk ke Lorong Tulang, ia mengira bahwa ia bisa menjadi pendahulu kapan pun ia mau, namun kenyataan berkata lain.     

Angele berpikir bahwa jika ia ingin menjadi seorang pendahulu, ia harus tahu cara untuk mengendalikan kekuatan waktu.     

Pandangannya langsung beralih pada ular yang masih terus berteleportasi itu.     

"Kalau itu benar, kau tidak akan kubiarkan lari!"     

Tubuhnya menghilang dalam bola api berwarna gelap. Saat ia kembali muncul, ia berada sekitar 10 meter dari ular biru tersebut.     

Ular itu pun terkejut dan mengecil, hingga berubah menjadi seukuran kepalan tangan.     

Shing!     

Ular itu terbang secepat kilat, hingga meninggalkan jejak berwarna biru di belakangnya.     

Angele berteleportasi beberapa kali, namun sepertinya ular itu jauh lebih cepat darinya. Ia mengernyitkan alisnya dan kembali mempercepat pergerakannya dengan melepaskan cahaya merah.     

Ia bergerak sangat cepat, hingga meninggalkan jejak berwarna merah. Dari kejauhan, mereka terlihat seperti benang merah yang mengejar benang biru. Mereka menembus penghalang berwarna merah dan menghilang jauh di langit.     

**     

Perguruan Ramsoda     

Seluruh gedung perguruan dilindungi oleh pelindung berbentuk bola transparan. Di balik pelindung itu, terdapat beberapa orang calon penyihir dan penyihir yang berdiri di atas balkon, di jalan, di tanah lapang, dan di balik jendela.     

Ratusan orang berkumpul di perguruan. Mereka menatap medan gaya merah di kejauhan sambil menahan nafas.     

Cahaya merah di luar membuat pelindung hitam di sekitar sekolah bergetar hingga retak. Bagian-bagian pelindung yang retak segera dibetulkan oleh para penyihir di dalam pelindung tersebut.     

Situasi itu berlangsung selama lebih dari 10 menit.     

Akhirnya, secercah cahaya biru dan merah melesat melewati tempat itu. Awan-awan gelap pun menghilang, dan cahaya merah dari medan gaya itu mulai menghilang.     

Pelindung hitam itu akhirnya berhenti berguncang dan kembali stabil.     

Para penyihir di balik pelindung itu mulai bersorak-sorai.     

Para anggota penting dalam perguruan melayang di langit dan menghela nafas lega. Mereka sangat kesulitan menjaga pelindung perguruan agar tetap stabil.     

"Apa yang terjadi barusan? Kudengar, gelombang-gelombang bayangan dari bola bayangan sudah berakhir."     

"Aku tidak tahu, tapi sepertinya ada gangguan energi aneh. Kemungkinan, gangguan itu adalah gelombang dari World Stone."     

"Master Sid, kau baru saja kembali ke perguruan, dan kau telah berpetualang di benua tengah. Apa kau tahu apa sebenarnya cahaya merah itu?" Salah satu tetua memandang si penyihir bernama Sid.     

"Itu terlalu jauh dari kita, jadi aku tidak bisa melihatnya… Selain itu, pelindung kita memblokir semua suara dan pergerakannya. Aku harus mendekati cahaya merah itu untuk mengumpulkan informasi." Sid, seorang penyihir yang tampak masih muda, hanya menggeleng.     

"Acara promosi akan diadakan bertepatan dengan acara ulang tahun perguruan. Kita semua adalah penyihir resmi yang sudah lulus – pasti ada yang tahu apa yang barusan terjadi."     

Ketua dan wakil ketua perguruan adalah sesosok manusia tua berkepala dua. Kepala di sebelah kiri adalah seorang pria tua, dan yang di sebelah kanan adalah kepala seorang wanita tua. Keduanya memiliki rambut putih yang berantakan. Saat mendengar pertanyaan itu, dua kepala itu memandang para penyihir lain yang berkumpul di sana.     

Ada yang berjubah putih, merah, dan hitam, dengan jenis kelamin dan umur yang berbeda-beda. Semua penyihir itu menyembunyikan kekuatan asli mereka.     

Setelah menyadari bahwa ketua perguruan memandang mereka, seorang wanita berjubah merah berjalan maju dan angkat bicara dengan suara beratnya.     

"Sepertinya, cahaya merah itu adalah akibat dari pertarungan antara dua penyihir kuat. Kemungkinan besar, awan hitam dan cahaya merah itu adalah wujud fisik gelombang energi mereka."     

"Mereka menciptakan pelindung merah itu agar kita tidak terkena dampak pertarungan mereka, sehingga kita akan baik-baik saja walaupun kita tidak menggunakan pelindung hitam ini. Sepertinya, mereka tidak ingin membunuh orang yang tidak bersalah. Mungkin, jika situasi cukup baik, kita bisa mencoba mencari penyihir yang mendirikan pelindung merah itu. Mungkin saja dia akan tertarik untuk bergabung dengan perguruan kita," timpal seorang pria tambun berkacamata.     

Kepala pria sang kepala organisasi mengangguk, namun kepala wanita tersebut mengernyitkan alisnya saat memandang kepala sang pria.     

"Andy, sebaiknya kita tidak mendekati makhluk kuat seperti itu tanpa alasan. Jika kita membuat keputusan yang salah, situasi akan menjadi sangat buruk."     

"Kau benar. Jadi, apa yang harus kita lakukan?" Sepertinya, si kepala pria juga memikirkan hal yang sama.     

"Sebaiknya, kita jangan mencampuri urusan mereka. Mereka berdua lebih kuat ketimbang kita, dan jika kita mendekati salah satu dari mereka, yang lainnya mungkin akan marah dan menyerang perguruan kita."     

"Kau benar."     

"Sebaiknya, kita menyelesaikan urusan kita sendiri. Masih ada murid-murid yang dalam perjalanan kembali menuju perguruan." Kepala wanita itu menghela nafas. "Kuharap mereka tidak terjebak dalam pertarungan itu…"     

Wanita itu tidak menyelesaikan perkataannya, namun semua orang tahu apa yang ia maksud – kedua penyihir yang sedang bertarung itu lebih kuat ketimbang semua penyihir di perguruan.     

**     

Di hutan dekat Ramsoda.     

Tiga karavan terjebak dalam sebuah jalan yang sempit. Mereka sangat ketakutan akan apa yang ada di depan, sehingga mereka memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan dulu.     

Sebuah garis transparan sepanjang 10 meter di depan memisahkan mereka dan medan perang.     

Area di depan garis itu terbakar hingga menghitam, sementara area di belakang garis itu tetap seperti semula — pepohonan yang terang, rumput hijau, dan tanah yang subur. Burung-burung dan tupai masih berlalu-lalang di sana.     

Seorang pria bertelinga tajam berdiri di depan tempat yang terbakar itu dan memandang area di sekitarnya.     

Semuanya sudah terbakar menjadi abu, dan rasanya nyaris tidak ada tanda-tanda makhluk hidup di sekitar sana.     

"Tempat ini berada tepat di bawah cahaya merah waktu itu… Sepertinya, semua yang menyentuh cahaya merah itu terbakar habis… Kekuatan yang sangat mengerikan…" bisik pria itu dengan lirih.     

"Kita beruntung dapat melihat kejadian seperti ini."     

Kedua sosok berjubah hitam di sebelah pria itu mengangguk setuju.     

"Aku ingin tahu, apakah perguruan kita juga terkena efek pertarungan ini?" Salah satu penyihir berjubah hitam bertanya.     

Setelah mendengar pertanyaan itu, ekspresi semua orang berubah.     

"Kita harus melihatnya langsung…" jawab salah satu anggota karavan.     

**     

Hari ini, langit biru sangatlah cerah. Tidak ada sedikit pun awan yang menutupinya. Sebuah bola cahaya berwarna biru melesat cepat melintasi langit seperti meteor, diikuti oleh sebuah bola cahaya serupa berwarna merah.     

Di hutan di bawah sana, terdapat seekor kera berbulu cokelat dengan wajah berwarna merah yang sibuk mencari buah-buahan di sebuah pohon. Kera itu melihat dua meteor tersebut dan mulai melambaikan tangannya. Namun, saat melihat bahwa ada seorang manusia dalam bola cahaya merah itu, kera itu menjadi sangat ketakutan hingga nyaris jatuh dari pohon. Beruntung, kera itu masih bisa bergantung di cabang pohon dengan menggunakan ekornya.     

Meteor merah itu adalah Angele. Ekspresi wajahnya tampak serius. Walaupun ia telah mengejar pengkhianat Poros Waktu itu selama lebih dari setengah jam, ia tidak bisa menutup jarak di antara mereka. Saat ia sudah dekat dengan bola biru itu, bola biru itu semakin meningkatkan kecepatannya.     

Walaupun ia mengetahui bahwa kecepatan itu berasal dari kekuatan waktu, ia tidak bisa melakukan apa-apa. Jika saja kekuatan itu berasal dari kekuatan dimensi, ia bisa menghalanginya dengan menggunakan darah manusia kalajengking dalam tubuhnya. Namun, ia tidak tahu tentang kekuatan waktu sama sekali.     

'Ini tidak akan ada akhirnya… Tapi, di sisi lain, ini juga berguna bagiku. Aku sedang terbang dengan kecepatan maksimum, sehingga aku bisa menggunakan energi ekstra dalam tubuhku. Aku ingin tahu berapa lama ia bisa bertahan. Aku yakin bahwa ia tidak akan bisa menggunakan kekuatan waktu untuk selamanya.' Saat ini, ia memiliki sangat banyak energi, sehingga ia sama sekali tidak peduli.     

Walaupun pengkhianat itu bukanlah seorang pendahulu, ia memiliki kemampuan untuk menggunakan kekuatan waktu hingga tingkat tertentu. Angele tidak yakin akan mampu menemukan orang lain yang memiliki kekuatan waktu, sehingga ia memutuskan untuk menangkap pria tersebut. Ia ingin mempelajari rahasia kekuatan waktu dan menggabungkan kekuatan waktu dengan kekuatan dimensi. Ia yakin bahwa penelitian tersebut akan membantunya menjadi seorang pendahulu.     

Setelah mengambil keputusan, ia melepaskan secercah cahaya merah, dan kecepatannya sedikit meningkat lagi. Bola biru itu pun ketakutan dan kembali berteleportasi dengan menggunakan kekuatan waktu.     

Akhirnya, setelah bola cahaya itu berteleportasi, cahaya biru di sekitarnya mulai meredup.     

Angele menyeringai dan kembali meningkatkan kecepatannya. Akhirnya, ia berhasil mendekati ular biru tersebut.     

**     

Di kedalaman Laut Permata…     

Berdiri sebuah altar hitam besar di atas di dasar laut berwarna kelabu. Tidak ada makhluk hidup atau pun rerumputan di sekitar altar tersebut     

Altar hitam itu dibangun dengan tiga benda berbentuk segitiga yang mengelilingi sebuah menara kecil di tengahnya. Di sekitar altar tersebut, terdapat banyak sekali bangsa duyung. Telinga mereka tampak seperti sirip, dan kulitnya diselimuti sisik-sisik kecil. Kepalanya tak memiliki rambut.     

Para duyung itu menunduk dan menyanyikan sesuatu. Benang-benang tipis berwarna hitam muncul dari dalam tubuh mereka.     

Di tengah altar, terdapat tiga senjata – trisula merah, scimitar biru, dan pisau hitam. Tiga senjata itu bercahaya terang.     

"Selesai!" Sebuah suara berat bergema dalam ruang hampa.     

Di atas ketiga senjata, sebuah lubang gelap perlahan-lahan muncul. Lubang itu mengecil dan membesar, seakan-akan bisa menghilang kapan saja.     

Tiba-tiba, cahaya di sekitar tiga senjata itu menjadi semakin terang, dan lubang itu membesar dengan cepatnya.     

"Jadi, inikah yang namanya Dunia Penyihir?"     

Sebuah cakar raksasa berwarna biru yang ditutupi sisik-sisik hitam muncul dari dalam lubang tersebut."     

"Lemah… Dunia yang lemah sekali…"     

Kepala ular raksasa yang mengerikan muncul dan memandang para penyihir duyung."     

"Penyihir terkuat yang ada di tempat ini adalah penyihir tingkat 4… Lemah sekali…"     

"Hayne, jika kau tidak mau pergi ke dunia penyihir, kau bisa pergi."     

Suara lain bergema dari dalam lubang itu.     

Ular itu menyeringai.     

"Apa yang bisa kau temukan di dunia yang lemah seperti ini? Namun, ada daging segar di sini… Ditambah lagi, aku tak mau pergi hanya karena perintahmu."     

Suara kedua itu ikut menyeringai.     

"Terserah kau saja. Kau tahu apa yang harus kau lakukan, kan? Bunuh semua penyihir kuat yang ada di sini dalam 5 bulan agar tidak ada yang bisa menutup lorong dimensi kita."     

"Tenang saja, aku hanya perlu satu bulan untuk menghancurkan dunia yang lemah seperti ini."     

Ular tersebut keluar dari dalam lubang itu. Makhluk tersebut tampak seperti kadal raksasa berekor panjang. Kadal itu berhenti di depan altar tanpa berkata-kata.     

Kadal itu memiliki panjang sekitar 20 meter, dengan banyak duri-duri tulang pada tubuhnya. Duri-duri tulang itu bergetar saat makhluk itu bergerak. Selain itu, setiap duri dilapisi oleh cairan ungu yang bercahaya.     

"Terserah kau saja, tapi jangan sampai melupakan misimu."     

"Cukup. Kalian boleh pergi sekarang!" Ular itu membuka mulutnya dan menggunakan lidah panjangnya untuk mengambil salah satu penyihir duyung. Makhluk itu memasukkan sang penyihir ke dalam mulutnya dan mengunyah penyihir itu. Darah segar yang menetes dari mulutnya langsung menghilang karena larut di dalam air laut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.