Dunia Penyihir

Kunjungan Kembali (Bagian 2)



Kunjungan Kembali (Bagian 2)

0Si ksatria wanita berambut merah dan calon penyihir pria di bawah merasakan bahwa Angele dan si ksatria di atas tidak memodifikasi tubuh mereka. Sepertinya, mereka tidak suka dengan orang yang memiliki tubuh alami.     

"Akan membutuhkan waktu lama untuk sampai ke tempat tujuan kita. Kita akan tinggal satu kamar, bagaimana jika kita memperkenalkan diri? Namaku Gai, dan aku adalah calon penyihir tingkat 3." Tiba-tiba, si calon penyihir pria angkat bicara. "Baiklah, giliranmu." Ia memandang ksatria wanita yang tidur di atasnya.     

Ksatria itu membuka mata dan meletakkan kedua tangannya di bawah kepalanya.     

"Erin, aku adalah ksatria." Wanita itu menjawab dengan tenang dan santai.     

Ksatria wanita berambut merah di bawah Angele sedikit mengubah posisinya dan tersenyum.     

"Selina, calon penyihir tingkat 3."     

"Namaku Green, dan aku tidak ingin mengatakan peringkatku." Angele memperkenalkan diri. Tidak ada gunanya memberitahukan peringkat aslinya kepada orang-orang di sana.     

"Matamu sangat indah, dan kau memiliki selera mode yang bagus." Selina merasa tertarik pada Angele karena Angele membuatnya merasa bahwa ada sesuatu yang aneh. Wanita itu mengintip Angele dari bawah, sehingga Angele dapat melihat dadanya dengan mudah.     

Wanita itu terpaksa meningkatkan kekuatan dengan menggunakan tubuhnya karena ia memiliki tingkat potensi sihir yang rendah, hingga akhirnya ia menjadi seorang calon penyihir tingkat 3. Namun, wanita itu nyaris tidak mungkin bisa naik tingkat lagi, sehingga wanita itu memutuskan untuk pindah ke pesisir barat.     

"Terima kasih…" Angele tersenyum. Matanya bersinar merah seperti batu rubi. "Tubuhmu sangat indah."     

Mereka berbincang-bincang sambil menunggu waktu makan siang.     

Saat waktu makan tiba, mereka keluar, berjalan menyusuri lorong, dan memasuki sebuah ruang makan yang luas.     

Barisan-barisan meja dan kursi berbahan logam berjajar di dalam ruangan tersebut. Ada beberapa orang yang sudah mulai makan di tempat duduk mereka masing-masing. Mereka bisa membeli makanan di meja konter yang telah disediakan.     

Angele mengantri dan membeli paket makan siang dengan makanan yang bervariasi. Ia mendapatkan telur dadar, salad sayur, daging babi panggang, dan sepotong besar roti putih.     

Saat ia duduk di salah satu kursi dan hendak mulai makan, tiba-tiba Selina duduk di samping Angele dan meletakkan piringnya di atas meja. Makanan di piring wanita itu terlihat jauh lebih baik ketimbang makanan di piring Angele.     

Gai, calon penyihir pria yang sekamar dengan mereka, duduk di depan mereka dengan piring yang penuh dengan makanan. Gai melambaikan tangannya pada Erin. Gadis itu sedang duduk sendirian di sudut ruangan.     

"Erin, duduklah bersama kami. Mari kita makan bersama-sama."     

Erin memandang mereka.     

"Jangan khawatirkan aku, makanlah."     

Wanita itu menunduk dan fokus makan.     

"Yah, kita akan tinggal di ruangan yang sama untuk beberapa waktu, jadi setidaknya kita makan siang bersama…" gumam Gai.      

"Biar aku bicara padanya." Selina berdiri, berjalan mendekati Erin, dan menarik wanita itu mendekati meja mereka. Walaupun mereka sama-sama ksatria, sepertinya Selina lebih kuat, dan peringkatnya lebih tinggi, sehingga walaupun Erin berusaha menolak, Selina masih bisa menarik wanita itu ke meja mereka.     

Mereka duduk, dan Angele melihat bahwa hanya ada roti berwarna cokelat di piring Erin. Wanita itu meminum air dan memakan roti yang paling murah.     

Isi piring wanita itu sama sekali tidak menarik jika dibandingkan dengan isi piring teman-teman sekamarnya.     

Sepertinya, Selina sengaja menarik wanita itu. Setelah wanita itu duduk, Selina meluruskan punggungnya dan memegang bahu Erin.     

"Erin, mengapa kau membeli makanan terburuk? Apa kau berusaha menurunkan berat badan? Tubuhmu membutuhkan banyak nutrisi. Ambillah telur-telur gulung ini." Selina meletakkan beberapa telur gulung di atas piring Erin. Tidak ada yang tahu apakah Selina sedang berusaha berbuat baik atau sedang menghina Erin.     

"Jangan khawatirkan aku…" Erin berusaha menjauhkan piring Selina, namun telur-telur gulung itu sudah ada di piringnya.     

Angele dan Gai melihat dua wanita itu, namun mereka tidak mengatakan apa-apa. Mereka hanya makan makanan masing-masing.     

Setelah makan siang, mereka kembali ke kamar bersama-sama. Selina banyak bertanya kepada Angele, Gai membaca bukunya, sementara Erin terlihat sedikit sedih. Wanita itu hanya berbaring di kasurnya, dan tidak ada yang tahu apa yang sedang ia pikirkan.     

Angele menjawab semua pertanyaan Selina seraya memeriksa kondisi tubuhnya sendiri dengan menggunakan chip-nya.     

Ia tidak melepaskan gelombang energi atau pun gelombang mental yang kuat sama sekali. Dengan tekanan dari tanda sang pendahulu, orang-orang akan mengira bahwa dirinya hanyalah seorang manusia biasa. Anehnya, tanda sang pendahulu di punggungnya hanya membuatnya tidak bisa berteleportasi ke dunia lain, namun selain itu, tanda tersebut tidak menyakitinya, dan bahkan memperkuat darah dalam tubuhnya. Wujud asli murni-nya semakin kuat seiring berjalannya waktu, dan kekuatannya terus meningkat seakan-akan tidak ada batas atas kekuatan.     

Kekuatannya meningkat dengan begitu cepat, sehingga ia sedikit khawatir. Pelindung buatan ras ular bertangan enam memiliki batasan tertentu, dan jika kekuatannya terlalu tinggi, pelindung itu akan hancur. Saat ia berpetualang dalam Lorong Tulang, pelindung itu sudah sedikit rusak. Jika kekuatannya terus bertambah, lama-kelamaan pelindung itu akan benar-benar hancur.     

Sepuluh hari berlalu dengan cepat.     

Selina memperlakukan Angele seperti memperlakukan seorang teman dekat, namun walaupun wanita itu sudah melakukan segalanya, Angele sama sekali tidak tertarik. Bahkan, Angele lebih tertarik pada si ksatria wanita bernama Erin.     

Setelah mereka makan bersama-sama waktu itu, Erin tidak pernah bergabung bersama mereka lagi, dan dia akan makan siang pada waktu berbeda. Selain itu, Erin tidak pernah menggunakan layanan berbayar atau membeli cemilan. Sepertinya, wanita itu sedang menghadapi masalah keuangan.     

Bahkan, Erin tidak punya uang untuk membeli air panas, sehingga wanita itu terpaksa menggunakan air dingin untuk mencuci pakaian dan membersihkan diri. Suhu di atas langit sangatlah rendah, dan air itu sangat dingin, bahkan untuk tubuh ksatria yang kuat sekalipun. Akhirnya, Angele berbicara pada para pekerja di kapal terbang dan memutuskan untuk membayar air panas untuk wanita itu.     

Saat melihat Erin, Angele teringat akan Velvet, ksatria pedang wanita yang berada di kapal yang sama dengannya saat ia berada di kapal menuju Ramsoda. Walaupun gadis itu tidak terlalu berbakat, gadis itu terus maju dan tidak pernah menyerah.     

Erin menunduk dengan wajah memerah saat melihat Angele saat wanita itu menyadari Angele telah membayarkan air panas untuknya. Di atas kapal terbang, air panas relatif mahal, dan Erin lebih memilih untuk menghabiskan uangnya untuk membeli makanan. Namun, wanita itu sadar bahwa jika ia terus menggunakan air dingin, lama kelamaan ia akan sakit.     

Beberapa hari kemudian, Erin memutuskan untuk bicara dengan Angele. Wanita itu memintanya untuk menemuinya atas dek.     

Tidak ada orang di atas dek, karena cuaca sangat dingin. Orang-orang lebih memilih untuk tinggal di kamar masing-masing. Hanya ada beberapa pekerja yang berlalu-lalang untuk memeriksa keadaan kapal terbang dari waktu ke waktu.     

Angele dan Erin berdiri di depan pintu masuk kabin.     

"Kau tidak perlu membelikanku air panas. Aku tidak bisa membayarmu." Wanita itu memandang Angele dengan sorot mata yang tenang.     

Wanita itu telah menghabiskan semua uangnya untuk membeli tiket ke pesisir barat, dan ia tidak menyangka bahwa air panas di kapal terbang sangatlah mahal. Biasanya, para calon penyihir bisa memanaskan air sendiri, namun Erin hanyalah seorang ksatria, sehingga wanita itu bergantung pada air dingin yang disediakan oleh kapal terbang. Air dingin itu adalah air spesial yang tidak akan membeku walau suhu udara berada di bawah -30 derajat. Saat Erin menggunakan air itu untuk membasuh tubuhnya, wanita itu nyaris pingsan karena kedinginan.     

"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin melakukannya." Wajah Angele tertutup oleh topeng. Ia tidak menyangka akan bertemu seorang wanita yang membuatnya teringat akan Velvet – itulah alasan Angele memutuskan untuk membayar air panas untuk wanita itu.     

Dulu, ia menolak tawaran Velvet karena berbagai alasan. Walaupun kejadian itu telah terjadi ratusan tahun yang lalu, Erin terus membuatnya teringat akan gadis itu.     

"Aku tidak bisa membayarmu. Kau mungkin bisa mendapatkan semua yang kau inginkan. Kurasa kau tidak tertarik dengan tubuhku. Mengapa kau melakukan ini?" Erin terdengar sedikit khawatir.     

"Kau mengingatkanku pada seorang teman lama… Itulah satu-satunya alasan mengapa aku melakukan ini. Jangan terlalu memikirkan hal ini. Kita sudah dekat dengan teritori Penguasa Badai." Angele tersenyum, kemudian ia berbalik dan pergi.     

Erin berdiri di belakang Angele dan menggigit bibirnya. Angele tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh gadis itu.     

Tiga hari kemudian…     

Mereka memasuki teritori Raksasa Badai. Kapal terbang perlahan menuju ke arah timur.     

Beberapa penumpang memutuskan untuk turun dari kapal terbang tersebut dan berjalan ke pesisir barat, termasuk Angele. Ia mengucapkan selamat tinggal kepada teman-teman sekamarnya dan turun dari kapal. Akhirnya, ia membangun tenda kecil di dalam hutan dan beristirahat untuk beberapa saat.     

Angele tidak ingin berjalan ke pesisir barat. Ia ingin mengunjungi para raksasa badai. Mereka nyaris membunuhnya saat ia sedang dalam perjalanan menuju benua tengah.     

Ia menunggu setengah hari di depan badai, dan menemukan sebuah kapal terbang yang diambil alih oleh para penjahat. Kapal terbang itu berusaha terbang melewati badai, namun Angele menghentikan kapal terbang itu dan melemparkan semua penumpang keluar, sebelum akhirnya masuk ke dalam badai seorang diri.     

Di tengah badai itu, terdapat tornado raksasa berwarna abu-abu. Tornado itu lebih kecil dari Pusaran Neraka Nicholas, namun tornado tersebut menutupi jalan terpendek menuju pesisir barat.     

Perlahan-lahan, Angele perlahan mengendalikan kapal terbang berwarna biru itu ke arah tornado tersebut. Setelah terbang selama dua hari, ia akhirnya sudah dekat dengan tornado tersebut.     

**     

Dari daratan, awan-awan putih di langit terlihat seperti bunga-bunga kapas. Di tengah awan tersebut, terdapat sebuah tornado berwarna kelabu yang mengaduk awan-awan di sekitarnya.     

Pada sisi kiri tornado, terdapat sebuah kapal terbang berwarna biru, yang permukaannya memantulkan cahaya emas matahari. Kapal terbang biru itu terbang perlahan mendekati tornado.     

Seorang pria berjubah panjang berwarna biru sedang berdiri di atas dek. Tangannya diletakkan di balik punggungnya. Pria itu memandang tornado, dengan angin dingin yang menerpa rambut dan wajahnya.     

Wajah pria itu tertutup oleh masker, sehingga hanya memperlihatkan mata merahnya. Pria itu tampak sangat tenang.     

Duar!     

Kilat biru menyambar dalam tornado tersebut dan mencipratkan kilat-kilat kecil berwarna biru ke sekitarnya. Semua kilat-kilat itu berubah menjadi bola-bola listrik berwarna biru seukuran bola sepak.     

Salah satu bola terbang ke arah kapal terbang dan menyerang pria berjubah biru tersebut.     

Duar!     

Pria itu menjentikkan jarinya. Seketika, bola listrik tersebut meledak seperti gelembung dan menghilang.     

"Sistem alarm?" Pria itu melepaskan masker-nya.     

Pria itu adalah Angele, namun wajahnya dipenuhi oleh mata-mata kecil berwarna ungu. Semua mata itu berkedip-kedip, sehingga ia terlihat mengerikan.     

Seluruh tubuhnya dipenuhi oleh mata manusia berukuran sebesar kacang, seperti kumpulan parasit yang menempel di kulitnya. Saat ia mencongkel satu mata, dua mata baru akan muncul. Siklus tersebut tidak ada habisnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.