Dunia Penyihir

Tulang Belulang (2)



Tulang Belulang (2)

0"Aku menuliskan sebuah pesan setiap 1000 tahun. Ini adalah waktunya untuk menulis pesan lagi. Di tempat ini, tidak ada sumber energi atau pun sumber makanan, dan satu-satunya hal yang bisa kulakukan adalah menyegel diriku sendiri. Tidak ada cara lain untuk bertahan hidup. Bahkan, aku sudah melupakan alasan mengapa aku masuk ke Dunia yang Hilang ini."     

"Aku tidak ingat waktunya, tapi aku yakin bahwa ingatanku benar. Aku masuk ke tempat ini sekitar 300 tahun lalu - artinya, aku ada di lorong lagi... Aku sudah menaklukkan semuanya... Akankah ini menjadi akhir hayatku?"     

"Akhirnya, aku menemukan apa sebenarnya tempat ini. Tempat ini adalah saluran pencernaan dunia, yaitu labirin dimensi. Tidak ada makhluk yang bisa keluar dari tempat ini sebelum semuanya berubah menjadi nutrisi... Dunia ini memakan makhluk-makhluk kuat demi bertahan hidup... Tidak ada jalan keluar yang mudah…"     

"Aku baru saja membuka pintu yang lain. Pintu itu berisi monster yang sama, dan berakhir dengan hal yang sama. Perjalanan ini tidak ada akhirnya..."     

Jari Angele berhenti di huruf terakhir.      

Ia telah membalik beberapa halaman dan selesai membaca seluruh isi buku itu.     

'Saluran pencernaan dunia yang telah ditinggalkan? Labirin dimensi?' Ia benar-benar tidak pernah mendengar tentang kedua hal tersebut.     

Ia kembali memeriksa tulang raksasa tersebut, namun ia tidak menemukan benda-benda berharga lainnya. Buku itulah satu-satunya benda yang dimiliki oleh raksasa tersebut.     

Di sisi kanan mayat raksasa itu, terdapat sebuah kalimat yang terukir di atas lantai.     

Ia menekan garis itu dan menerima pesan melalui gelombang mental.     

"Teruslah maju!"     

Angele dapat merasakan dedikasi raksasa tersebut melalui pesan gelombang mental itu.     

Ia menghela nafas dengan perasaan bercampur aduk dan membungkuk hormat pada tulang-tulang raksasa itu.     

"Kau adalah makhluk yang terhormat. Setidaknya, kau telah berusaha melakukan apa saja demi mencapai tujuanmu."     

Angele melihat sekelilingnya dan menyadari bahwa ada jauh lebih sedikit tulang di tempat ini. Bahkan, saat ini ia bisa melihat lantai dengan jelas. Padahal, biasanya lantai tersebut tertutup tulang-belulang.     

Ia mencoba menghubungi Dunia Mimpi Buruk, namun ia tidak merasakan jejak keberadaan dunia itu sama sekali. Artinya, ia tidak bisa berteleportasi kembali ke Dunia Mimpi Buruk.     

Semua kekuatan dimensi terhalang di dunia ini.     

Ia berbalik dan memandang langit emas di balik pintu.     

Pada bingkai pintu itu, ia menemukan beberapa rune yang aneh. Sepertinya, seseorang telah mengukir rune-rune tersebut. Bentuk rune tersebut sangat mirip dengan huruf yang tertulis pada buku catatan raksasa yang ia temukan.     

Ia mengangkat tangannya seraya mengusap lembut rune-rune itu.     

"Tiga juta tahun yang lalu, Dunia Awan."     

Sebuah pesan gelombang mental terdengar dari rune-rune itu.     

'Tiga juta tahun yang lalu, apa maksud semua ini? Jadi, langit yang kulihat di belakang pintu ini adalah kondisi sebuah dunia sekitar 3 juta tahun yang lalu?' Angele mengernyitkan alisnya. 'Lorong Tulang ini sangat membingungkan...'     

Shing!     

Perlahan-lahan, pintu kayu itu tertutup, dan Angele terdorong mundur oleh sebuah kekuatan tak sata mata. Ia tidak bisa mendekati pintu itu lagi.     

Brak!     

Pintu itu benar-benar tertutup, dan cahaya emas di dalamnya menghilang. Bingkai pintu itu terlepas dari dinding, terjatuh ke tanah, dan hancur berkeping-keping.     

Lorong itu kembali gelap, dan bola api Angele menjadi satu-satunya sumber cahaya di sana.     

Cahaya redup itu sangat berbeda dengan cahaya terang dari langit di balik pintu itu.     

Angele kembali melanjutkan perjalanan dan mencari tulang-belulang di dalam lorong itu. Hanya ada dua kerangka tulang dengan kekuatan yang setara dengan raksasa tersebut, namun tidak ada benda apa pun di sekitar mereka. Sepertinya, barang-barang mereka telah rusak karena termakan waktu.     

'Selain itu, kenapa dunia ini mengubah semua yang ada di dalamnya menjadi nutrisi...?' Angele berdiri setelah memeriksa kerangka tulang yang terakhir. 'Yah, sebaiknya aku terus maju. Cepat atau lambat, aku akan menemukan jawabannya...'     

Ia memandang tengkorak raksasa itu sekali lagi dan kembali terbang.     

Sekitar setengah jam kemudian, ia menemukan sebuah pintu putih lainnya di dinding.     

Perlahan-lahan, ia mendarat di depan pintu dan meletakkan tangannya pada pegangan pintu tersebut tanpa ragu.     

Klak!     

Pintu itu terbuka.     

Di balik pintu, terdapat sebuah ruangan yang penuh dengan lukisan, dengan karpet berwarna merah darah. Ukiran-ukiran pada dinding emas di ruangan tersebut berbentuk seperti bunga mawar, sementara semua lukisan di tempat itu melayang seperti tergantung di udara.     

Masing-masing lukisan memiliki tema yang berbeda-beda. Ada istana di dalam hutan, sebuah rumah kecil di atas gunung bersalju, padang rumput, dan beberapa kota yang telah ditinggalkan.     

Angele berdiri di depan pintu dan memandang lukisan-lukisan tersebut. Ada sekitar 20 lukisan, dan semuanya terlihat sangat indah.     

Anehnya, ia menemukan kerangka tulang seekor centaur berwarna merah di tengah ruangan tersebut.     

Kerangka itu memegang sebuah tombak hitam di tangannya, dan kalung kerang perak tergantung di lehernya.     

Perlahan-lahan, Angele berjalan memasuki ruangan tersebut.     

Tak!     

Perlahan-lahan, kerangka centaur itu berdiri. Asap putih keluar dari lubang matanya yang kosong.     

Kerangka tulang itu menarik tombaknya dan membuka mulutnya. Sepertinya, makhluk itu berusaha untuk meraung.     

Angin kencang bertiup ke arah tubuh Angele, hingga rambut panjangnya menari-nari di udara.     

Ekspresinya berubah. Ia mundur selangkah, namun ia mendengar suara-suara kecil dari belakang. Saat ia menoleh, ia melihat pintu di belakang telah tertutup.     

"Apakah ini proses yang mengubahku menjadi nutrisi?" Ia berbalik dan memandang kerangka centaur tersebut.     

Kerangka itu mengangkat tombaknya. Ada kilat-kilat listrik berwarna hitam yang terpercik di sekitar benda itu. Kilat-kilat listrik tersebut berkumpul di ujung tombak saat sepasang sayap bayangan muncul pada punggung kerangka centaur tersebut.     

Udara di tempat itu menjadi berat dan aneh, seakan-akan oksigen di tempat itu berubah menjadi agar-agar.     

Centaur itu menggenggam tombaknya kuat-kuat dan melemparkannya.     

Tombak itu melesat cepat ke arah Angele, bersama dengan kilat-kilat yang berkumpul di ujungnya. Namun, tiba-tiba tombak itu berhenti di udara. Kekuatan tombak itu semakin meningkat. Sepertinya, tombak itu sedang mengumpulkan energi.     

Akhirnya, tombak itu kembali bergerak - tombak itu melesat cepat seperti petir dan terbang ke arah Angele.     

Awalnya, ia mengira bahwa kekuatan tombak itu tidak bermasalah untuknya. Namun, kekuatan tombak itu sudah melewati kekuatan penyihir tingkat 5, dan tombak itu masih terus bertambah kuat.     

Ekspresi Angele berubah.     

'Bumi!' Ia berteriak dalam pikirannya.     

Kepingan-kepingan batu hitam dan juga lumpur muncul dan menempel pada permukaan kulitnya. Ukuran tubuh dan tingginya meningkat dengan begitu cepat.     

Angele cepat-cepat menciptakan dua pedang besar dan mengayunkan kedua pedang itu ke depan. Kedua pedang itu melesat cepat melalui udara.     

Kedua pedang itu bertabrakan dengan tombak tersebut tanpa masalah.     

Klang!     

Kedua pedang itu hancur, hingga Angele terdorong mundur karena kekuatan tabrakan itu. Baju zirah dari bebatuan dan lumpur yang ada di tubuhnya retak.     

Namun, ia berhasil menangkis tombak itu, dan tombak itu kembali ke tangan kerangka centaur tersebut.     

"Kegelapan!" Kerangka itu berteriak dengan menggunakan gelombang mental.     

Kerangka tersebut menyentuh lantai dengan ujung tombaknya dan melepaskan beberapa gelombang energi berwarna hitam. Gelombang-gelombang itu bergerak ke segala arah.     

Gelombang itu bergerak ke arah Angele dan mengepung kakinya. Semua gelombang itu membentuk sebuah lingkaran di sekitarnya.     

Kerangka tulang centaur itu mengangkat tombaknya dan menunjuk ke arah Angele.     

Shing! Shing! Shing! Shing!     

Tombak-tombak hitam yang tak terhitung jumlahnya muncul di sekitar tubuh Angele dan menusuknya, hingga Angele terlihat seperti seekor landak.     

Semua tombak-tombak itu segera menyerang Angele setelah ia menyembuhkan diri dari serangan pertama. Tanpa sempat berpikir, ia mengaktifkan mode bertarung kedua tepat saat tombak-tombak itu menembus baju zirah lumpurnya.     

"Singa!"     

Duar!     

Semua tombak-tombak itu terpental dan menghilang di udara.     

Dalam beberapa detik, Angele berubah menjadi manusia singa berbadan kekar, dengan kulit berwarna merah gelap. Sepasang sayap muncul di punggungnya, dan tubuh kekarnya terlihat seperti patung batu yang telah dipahat dengan sangat baik. Bulu-bulu tebal berwarna hitam tumbuh di sekitar lehernya.     

'Mode bertarung kedua... Aku sudah lama tidak menggunakan mode ini...' Angele memiliki tiga mode bertarung: Bumi, Singa, dan Cahaya. Ketiga mode bertarung tersebut memiliki kelebihan masing-masing. Dengan ketiga mode bertarungnya, ia dapat memaksimalkan kekuatannya tanpa harus menggunakan kekuatan wujud asli murni.     

Mode Bumi memberinya kekuatan untuk bertahan, dan kecepatan penyembuhan yang tinggi. Dengan mode ini, ia bisa menahan sihir serangan yang dilancarkan oleh penyihir tingkat 5, dan energi yang dibutuhkan untuk mengaktifkan mode ini sangatlah sedikit.     

Mode Singa akan memperkuat kulit dan ototnya. Mode ini juga memperkuat kekuatan dan kecepatannya. Dengan mode ini, ia dapat melawan makhluk dengan kekuatan yang setara dengan penyihir tingkat 6 atau pun 7. Mode ini juga memberinya kekuatan untuk menciptakan sepuluh manusia singa lainnya. Bayangan-bayangan manusia singa itu akan semakin kuat, tergantung pada jumlah manusia singa yang dipanggilnya.     

Mode bertarung ketiga bernama Cahaya. Mode itu adalah wujud akhir yang dibuatnya berdasarkan ilmu yang ia pahami tentang Pencerahan Siva. Ia belum pernah menggunakan mode itu. Angele berpikir bahwa mode itu lebih kuat ketimbang wujud asli murni-nya, namun ia masih belum bisa menggunakan mode itu karena energinya tidak cukup.     

Angele berubah menjadi manusia singa dan menciptakan sebuah pedang besar berapi di tangannya. Titik-titik cahaya merah dan biru bersinar di depan matanya.     

Shing!     

Angele menciptakan bayangan-bayangan manusia singa. Awalnya, ia menciptakan dua bayangan, namun dua makhluk itu berubah menjadi delapan dengan cepatnya.     

Delapan manusia singa mengepung kerangka centaur itu.     

Dua dari delapan manusia singa itu membawa pedang besar yang terbuat dari giok, berbeda dengan manusia singa lain yang membawa pedang besar berapi.     

Aum!     

Delapan manusia singa itu menerjang kerangka centaur dan menyerang dari sudut yang berbeda-beda.     

Centaur itu mengangkat kaki depannya dan menghentakkannya pada lantai.     

Brak!     

Gelombang cahaya putih dari tulang centaur itu memperlambat gerakan para manusia singa.     

Sayap centaur itu mengepak-ngepak beberapa kali, dan makhluk itu menggambar lingkaran di sekitarnya dengan cepat menggunakan tombak hitamnya.     

Ruang yang dilalui ayunan tombak itu berubah menjadi bola hitam yang menangkis semua serangan dari berbagai sudut.     

Duar! Duar! Duar!     

Para manusia singa itu terdorong mundur. Lima di antaranya langsung hancur berkeping-keping dan jatuh ke lantai. Saat jatuh ke lantai, mereka berubah menjadi lahar merah. Salah satu dari 3 manusia singa yang tersisa melemparkan pedang giok ke arah kerangka centaur tersebut.     

Klang!     

Pedang itu ditangkis dengan mudah menggunakan ujung tombak hitam itu.     

Namun, kerangka itu tiba-tiba berhenti bergerak. Kerangka tersebut hanya berdiri diam di sana dan seperti bersiap untuk menangkis serangan dengan menggunakan tombak di tangannya. Sebuah lubang hitam besar muncul di dada makhluk itu dan terus membesar.     

Tiga manusia singa yang tersisa meraung dan kembali menerjang kerangka centaur itu. Salah satunya mengambil pedang giok yang tergeletak di jalan.     

Dalam bayangan ruangan itu, sebuah bola api merah sedang bersembunyi di dekat kubangan lahar di tanah. Sepasang mata merah yang membara menyaksikan jalannya pertarungan tersebut tanpa bersuara. Angele telah mengubah tubuhnya menjadi energi murni.     

Ia menciptakan 8 manusia singa dengan kekuatan yang setara dengan penyihir tingkat 6 dan mengubah tubuhnya menjadi energi api murni.     

'Mode bertarung kedua tidak mempan... Menggunakan kekuatan darah akan terlalu bergantung pada kekuatan pasifku... Jika tidak memiliki pilihan lain, tidak ada mantra yang cocok untuk situasi seperti ini. Jika ini terus berlanjut, makhluk itu akan menang...'     

Tanda kalajengking hitam muncul di dahinya.     

Suhu ruangan itu meningkat drastis, dari 20 derajat menjadi lebih dari 100 derajat Celsius dalam hitungan detik. Namun, ruangan itu masih terus memanas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.