Dunia Penyihir

Lorong Tulang (Bagian 2)



Lorong Tulang (Bagian 2)

0Shing!     

Jaring-jaring berwarna biru muncul di depan mata Angele.     

Dalam hitungan detik, jaring-jaring itu menghilang, dan semuanya kembali normal.     

Barisan-barisan informasi berwarna biru berkedip-kedip di depan matanya. Angka-angkanya berkisar dari jutaan sampai satuan. Angka-angka itu bertambah dan berkurang dengan cepatnya.     

'Penghalang tak diketahui telah terdeteksi, tidak ada medan gaya, tidak ada sinyal, analisa lingkungan gagal…'     

'Tidak ada energi elemen yang terdeteksi, tidak ada pola medan gaya yang terdeteksi, tidak ada energi spesial yang terdeteksi, keadaan dimensi normal, keadaan medan magnet normal, kondisi fisik normal, tidak ada makhluk hidup…'     

Laporan Zero muncul di depan mata Angele. Laporan tersebut berisi barisan-barisan informasi.     

'Jadi… Mungkin aku harus melakukan sesuatu pada mereka…'     

Baju zirah hitam muncul di tangan kanannya. Ia telah siap menangkis kemungkinan serangan yang tertuju padanya dengan menggunakan kekuatan wujud aslinya.     

Ia berjalan mundur dan perlahan-lahan keluar melalui pintu kayu tersebut.     

Tiba-tiba, ia mengulurkan tangan kanannya dan menggenggam udara.     

Kulit hitam di tangan kanannya membesar dengan cepat dan berubah menjadi cakar raksasa sepanjang lebih dari 10 meter.     

Wush!     

Cakar itu bergerak ke arah tempat pakaian Xinrui dan gaun putih wanita misterius itu sambil mengeluarkan suara yang nyaring.     

Brak!     

Kuku itu gagal menyerang targetnya. Saat kuku itu menabrak dinding dengan suara berdebam yang keras, seluruh ruangan tersebut berguncang.     

Gaun putih dan pakaian Xinrui terjatuh ke lantai dan berubah menjadi pakaian biasa.     

Angele menurunkan tangannya dan mengambil kedua pakaian itu. Ia ingin membawa pakaian-pakaian itu keluar dari ruangan tersebut. Namun, kedua pakaian itu berubah menjadi debu putih dan perlahan meluncur turun melewati kuku Angele.     

Kuku itu berubah menjadi satu tangan manusia beberapa detik kemudian.     

Angele menatap aula itu dengan raut wajah serius. Semua pakaian yang diambilnya dengan kukunya menghilang begitu saja.     

Tiba-tiba, angin kencang mendorong Angele keluar dari ruangan tersebut, dan pintu itu pun tertutup.     

Brak!     

Pintu kayu itu tertutup dengan sendirinya. Beberapa detik kemudian, bingkai pintu itu hancur dan runtuh. Reruntuhan bingkai pintu itu nyaris menjatuhi Angele, namun ia segera menangkap kepingan-kepingan tersebut dan melemparkannya ke samping.     

Tempat di mana pintu itu sebelumnya berdiri telah berubah menjadi dinding putih dengan permukaan yang kasar, seakan-akan semua yang baru saja terjadi hanyalah ilusi.     

Angele mengangkat tangan kanannya dan memandang buku-buku jarinya.     

Debu putih dari pakaian hancur yang diambilnya tadi masih menempel di jari-jarinya.     

"Menarik…"     

Titik-titik cahaya biru bersinar di depan matanya.     

"Debu ini hanya debu dari tulang yang hancur…"     

Ia memeriksa reruntuhan bingkai pintu kayu itu, namun ternyata bingkai pintu itu tidak terbuat dari sesuatu yang spesial.     

Tap! Tap!     

Tiba-tiba, ia mendengar suara tapak kaki yang berat dari depan. Dua sosok bayangan hitam yang memegang pedang besar sedang menerjang ke arah Angele.     

Kedua bayangan itu berasal dari dua monster wanita bersisik hitam. Kedua makhluk itu bermata hijau, dengan sepasang tanduk di kepala mereka. Mulut monster-monster tersebut penuh gigi-gigi tajam. Dari kejauhan, kedua makhluk itu terlihat mirip seperti pendekar pedang perempuan yang mengenakan baju zirah kulit ketat berwarna hitam.     

Kedua monster itu tidak berteriak ataupun meraung. Mereka hanya menerjang Angele dan mengayun-ayunkan pedang besar mereka. Pedang sepanjang lebih dari dua meter itu dikelilingi oleh cahaya hijau.     

Tang!     

Kedua pedang itu ditangkis dengan menggunakan sebuah pedang crossguard perak yang sudah berkarat, dan api terciprat dari ketiga senjata tersebut.     

Tubuh Angele tiba-tiba menjadi kaku dan lumpuh selama beberapa saat. Ia hanya berdiri di sana dan tak mampu mengendalikan tubuhnya.     

"Sialan!" umpatnya seraya melihat kedua pedang itu mendarat di lehernya.     

Klang!     

Kedua pedang itu menghantam leher Angele hingga menciptakan suara nyaring, namun kedua pedang itu tidak melukainya sama sekali. Akhirnya, kedua pedang tersebut terpental, dan Angele melepaskan cahaya merah yang segera masuk ke dalam pergelangan tangan kedua monster tersebut.     

Angele ingin bergerak, namun tubuhnya kembali lumpuh.     

"Kemampuan yang membosankan, namun sangat mengganggu..."     

Mata Angele bercahaya merah, dan ia menatap kedua monster wanita itu dengan tatapan kesal.     

Kedua monster itu mengangkat pedang besar mereka dan hendak mengayunkan pedang mereka ke bawah lagi. Namun, tiba-tiba, mereka berhenti bergerak.     

Tanda berbentuk kalajengking berwarna merah muncul pada dahi kedua makhluk itu.     

"Matilah!" Angele memanfaatkan kesempatan itu untuk segera menyerang, dan cahaya pada matanya menjadi semakin terang.     

Darah mengucur dari dahi monster tersebut dan terciprat pada langit-langit lorong.     

Bruk! Bruk!     

Kedua makhluk itu jatuh tersungkur di lantai dan berhenti bergerak.     

Lorong itu kembali menjadi hening, namun pertarungan mereka membuat debu-debu tulang itu beterbangan di udara lagi.     

Angele meluruskan punggungnya.     

"Aku tidak bisa bergerak, tapi bukan hanya itu… Seharusnya tubuhku tidak bisa dilumpuhkan semudah itu. Rasanya seperti makhluk-makhluk itu bisa menghentikan waktu selama sedetik."     

Ia berjalan mendekati kedua monster yang sudah mati itu sambil mengernyitkan alisnya.     

Kedua makhluk itu memiliki dada yang besar, kaki yang ramping dan panjang, serta pantat yang padat. Jika saja mereka tidak bersisik hitam, mereka akan terlihat seperti wanita cantik bertubuh seksi.     

Angele memandang kedua wajah makhluk itu. Wajah mereka aneh dan mengerikan.     

Mata hijau, gigi tajam berwarna putih, dan telinga panjang berwarna hitam. Wajah mereka terlihat seperti kotor karena asap.     

Angele merunduk dan mengambil salah satu pedang besar yang dijatuhkan kedua monster tersebut.     

Pedang itu terbuat dari batu giok berwarna hijau, dengan tekstur yang dingin dan halus. Saat Angele melihat dengan seksama, ia melihat retakan-retakan kecil pada permukaan pedang tersebut.     

Ia juga memeriksa pegangan pedang itu, yang terbuat dari batu yang diukir dengan rapi. Ukuran itu tampak seperti dua ekor ular berwarna hitam yang saling menggigit. Pegangan dan pedang itu sangat besar, hingga Angele nyaris tidak bisa mengangkatnya dengan satu tangan.     

Pegangan hitam dan bilah pedang hijau. Pedang itu terlihat bersih dan liar.     

Ia memegang pedang besar itu erat-erat dan mengayunkannya ke arah dinding.     

Klang!     

Batu-batu putih retak dan berjatuhan dari dinding. Anehnya, batu-batu itu tidak jatuh ke lantai, namun melayang-layang di udara.     

Setelah empat detik berlalu, akhirnya batu-batu putih itu jatuh ke dalam tulang-tulang di lantai karena pengaruh gravitasi.     

Angele mengusap pedang itu. Ia puas dengan hasil yang dilihatnya.     

"Senjata ini sangat bagus. Pertarunganku melawan kedua monster itu akan berlangsung lama jika saja aku tidak menggunakan kekuatan energi murni dari perasaan negatif. Dengan senjata-senjata ini, mereka akan menjadi masalah besar jika mereka terlalu dekat denganku. Apakah ini kemampuan dimensi…?"     

'Zero, buatlah misi dan analisa kemampuan ini.'     

'Misi telah dibuat… Informasi tidak cukup…'     

'Dibutuhkan lebih banyak informasi untuk menyelesaikan analisa. Tingkat kesuksesan saat ini lebih rendah dari 12,7%. Waktu yang dibutuhkan: Tidak diketahui. Jika analisa dimulai, tidak ada analisa lain yang bisa dilakukan sebelum analisa ini selesai. Apakah Anda ingin memulai analisa?"     

Angele mengernyitkan alisnya.     

'Tingkat kesuksesan terlalu rendah… Batalkan pembuatan misi.'     

Ia mengangkat kedua pedang besar itu dan melemparkan cermin ke udara.     

Cermin itu berputar-putar beberapa kali dan mendarat di sisi kirinya.     

Kemudian, ia melemparkan kedua pedang itu ke cermin.     

Klang!     

Kedua pedang itu tidak bisa masuk ke dalam cermin dan tertangkis oleh medan gaya yang tak kasat mata.     

"Ha? Pedang-pedang ini tidak bisa disimpan di dalam cermin?" Angele terdiam sesaat dan mencoba lagi.     

"Terserah sajalah…"     

Angele melambaikan tangannya, dan cermin itu berubah menjadi secercah cahaya hitam dan kembali ke telapak tangannya. Ia mengambil cermin itu dan meletakkan kedua pedang besar itu di samping.     

"Akan kuperiksa kedua monster itu."     

Ia berjongkok di samping salah satu monster dan membaliknya.     

Ia menekan wajah makhluk itu. Tekstur kulitnya keras. Kulit makhluk itu terasa seperti kulit kayu pohon tua, namun sedikit hangat.     

Angele membuka kedua mata monster itu. Matanya berwarna hijau dan pupilnya berwarna hitam dan berbentuk seperti titik-titik kecil.     

Ia membuka mulut makhluk itu dan melihat gigi-gigi tajam di dalamnya. Makhluk itu memiliki lidah panjang yang tampak seperti lidah ular.     

Angele melepaskan lidah itu dan mulai memeriksa tubuh monster tersebut. Tubuh monster itu terasa jauh lebih keras ketimbang wajahnya.     

'Mungkin dadanya juga keras…'     

Dengan penuh rasa ingin tahu, ia meletakkan tangannya pada dada makhluk itu dan menekannya. Sisik-sisik hitam pada tubuhnya sangatlah keras, hingga makhluk itu seolah mengenakan baju zirah logam.     

Angele menemukan simbol seperti seekor ular hijau dengan sepasang sayap di atas dada makhluk itu. Ia tidak tahu apa arti simbol itu.     

'Sisik ini keras, namun pertahanannya lemah… dan simbol ini…' Angele berpikir selama beberapa saat dan mengambil sebilah pisau perak kecil. Dengan hati-hati, ia menusukkan pisau itu pada mayat monster tersebut.     

Angele memotong dan mengambil simbol itu dari mayat si monster dengan hati-hati. Ia melihat bahwa simbol itu dihubungkan oleh pembuluh darah berwarna hijau. Cairan lengket yang bercahaya keluar dari pembuluh-pembuluh darah tersebut.     

Angele menganalisa cairan itu dengan menggunakan chip-nya. Ternyata, cairan itu terdiri dari air, batu-batu permata, dan protein.     

Ia menyentuh perut monster itu dan melakukan analisa secara perlahan dengan menggunakan chip-nya.     

"Makhluk ini tidak punya sistem pencernaan ataupun reproduksi… Makhluk yang sangat aneh…" Angele menghela nafas. "Namun, makhluk ini masih bisa menyerap nutrisi dari makanan dengan mudah…"     

Ia menggenggam pisau perak di tangannya dan menusukkan pisau itu ke bagian tengah dada monster tersebut, kemudian ia membelahnya.     

Shing!     

Perut makhluk itu terbuka dan menunjukkan organ-organ berwarna hijau dan merah.     

Angele memasukkan tangannya dan mengambil beberapa organ berwarna hijau. Ia menata organ-organ itu di samping mayat makhluk tersebut.     

Kemudian, ia mengambil sebuah bola berwarna hijau yang berbentuk seperti balon dengan hati-hati. Hanya ada satu lubang pembuka di atas bola tersebut. Angele memegang lubang itu dengan jarinya.     

Bola itu transparan, sehingga Angele bisa melihat cairan bergelembung berwarna biru muda di dalamnya.     

Setetes cairan hijau menetes dari bola itu dan mendarat di atas sebuah tulang.     

Css!     

Tulang itu tak bisa menahan keasaman cairan tersebut, sehingga lubang hitam yang mengeluarkan asap putih muncul pada tulang tersebut.     

Bau asam dan busuk memenuhi udara dengan cepatnya.     

Angele mengambil sekeping batu berbentuk segi empat dari dalam cermin dan meletakkannya di bawah bola itu.     

Setetes cairan kembali keluar dari dalam bola tersebut dan mendarat di atas batu itu, sehingga meninggalkan sebuah lubang pada batu tersebut.     

'Asam yang kuat sekali…' Ekspresi Angele berubah.     

'Kepingan batu itu memiliki ketahanan yang sama dengan wujud asliku, namun asam ini masih bisa menembusnya…'     

Ia sedikit menggoyang-goyangkan bola itu.     

'Mungkin bola ini bisa dibuat menjadi bom…'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.