Dunia Penyihir

Melampaui Batas (2)



Melampaui Batas (2)

0Di perut wanita itu, terdapat sebuah luka yang panjang dan rapi.     

Melalui luka tersebut, Angele dapat melihat bahwa usus wanita itu sudah hancur menjadi potongan-potongan kecil. Satu-satunya hal yang menjaga wanita itu tetap hidup adalah efek gunting putih yang Angele berikan.     

Angele mengulurkan tangannya dan mencoba menyentuh luka itu.     

Duar!     

Sebuah bola cahaya putih meledak di atas luka itu dan menghalangi tangan Angele.     

"Sialan! Kekuatan suci gereja..." Heli juga melihat cahaya itu, dan wajahnya berkedut karena rasa sakit dan benci. Ia mengepalkan tangannya dengan sangat erat, hingga kukunya hampir menusuk telapak tangannya sendiri .     

"Luka ini parah, dan kekuatan suci ini..." Angele merasa sedikit sedih. "Maafkan aku, Heli. Organ-organ tubuhnya hancur, dan aku tidak bisa melakukan apa-apa karena kekuatan suci ini..."     

Brak!     

Setelah mendengar perkataan itu, Heli terjatuh.     

"Ada cara... Pasti ada cara..." Pria itu terus mengulangi kata-kata itu. Sorot matanya kosong, sehingga hampir mirip seperti makhluk tak berjiwa.     

Setelah melihat apa yang terjadi pada Heli, tiba-tiba Angele mundur selangkah.     

Rambut pendeknya tumbuh dengan sangat cepat dan berubah menjadi perak. Cahaya hijau yang terang terpancar dari mata pria itu. Dua garis hijau yang tampak seperti tato muncul pada wajahnya. Detik demi detik, tubuh pria itu berubah. Pemandangan tersebut tampak cukup aneh.     

"Adikku, tidak akan kubiarkan kau mati seperti ini..." Perlahan-lahan, Heli berdiri. Suaranya terdengar seperti suara orang lain.     

Pria itu mengangkat tangannya, dan sebuah timbangan kecil yang terbuat dari batu putih muncul di atas telapak tangannya.     

"Timbangan Pengendalian… Penghakiman!" Heli berkata dengan tenang.     

Shing!     

Cahaya hijau di ruangan itu bersinar semakin terang.     

Cahaya hijau yang berbentuk seperti anak panah mendarat pada tubuh wanita itu.     

Luka-luka pada tubuh wanita itu sembuh dengan begitu cepat, termasuk organ-organnya yang telah hancur. Sementara itu, kekuatan suci yang menghalangi kesembuhan lukanya perlahan-lahan menghilang. Sepertinya, kekuatan suci pada luka itu tidak bisa bertahan melawan cahaya hijau tersebut.     

Timbangan di tangan Heli perlahan-lahan condong ke kanan.     

Cras!     

Heli berlutut dan memuntahkan darah.     

Benang-benang cahaya hijau bermunculan dari kulit pria itu. Benang-benang itu tampak seperti rambut dan langsung tumbuh mengelilingi tubuh Heli.     

Sepuluh detik kemudian, Heli berubah menjadi sebuah kepompong hijau raksasa.     

Angele berdiri di samping dan menunggu hingga garis-garis hijau itu berhenti bergerak. Setelah beberapa lama, ia berjalan mendekati wanita bertopeng itu dan melakukan analisa dengan menggunakan chip-nya.     

"Jantungnya kembali berdetak, dan semuanya tampak baik-baik saja. Tak bisa dipercaya..." gumam Angele dengan terkejut. "Lukanya parah, tapi dia masih bertahan hidup. Tingkat kekuatan energi kehidupannya setara dengan wujud asliku... Selain itu, kekuatan terbaik pada darah mereka bukanlah penyembuhan..."     

Angele memandang kepompong itu.     

"Timbangan Pengendalian... Kupikir ini adalah Timbangan Kesialan. Aku bisa melihat bahwa darahnya menjadi semakin kuat..." Kekuatan darah ini membuatnya merasa sangat gembira, hingga tubuhnya gemetar, seperti ikan yang berenang-renang di dalam air.     

"Luka itu membantunya melampaui batas kekuatannya... Setelah kepompong itu terbuka, proses akan selesai, dan aku bisa mengekstrak darahnya..." Setelah melakukan analisa, Angele yakin bahwa darah dari Timbangan Kesialan akan membantunya. Hal ini telah terbukti karena kekuatan darah itu membantunya meningkatkan kekuatannya sebagai seorang penyihir.     

"Aku hanya bisa menunggu. Sebaiknya aku tidak mengganggu proses ini..."     

Kepompong itu lemah. Namun, proses yang terjadi dalamnya sangat kompleks, dan akan berhenti hanya dengan satu serangan.     

"Ha?" Tiba-tiba, Angele menoleh ke kanan. Kedua matanya bercahaya merah. Penglihatannya menembus dinding dan pepohonan, sehingga ia bisa melihat sesuatu yang jauh dari sini.     

********************************     

Di dalam hutan...     

Sekelompok ksatria berbaju zirah perak sedang berjalan melalui pepohonan dengan kecepatan penuh. Kuda-kuda mereka berzirah lengkap, dengan mata bercahaya hijau.     

Ada sekitar sepuluh ksatria dalam kelompok itu. Ketua kelompok tersebut adalah seorang wanita muda berzirah emas.     

"Seberapa jauh lagi tempat tujuan kita, Morin?" Seorang ksatria wanita bertanya dengan lantang.     

"Kita sudah hampir sampai. Kita hanya perlu melewati bukit itu!" jawab seorang ksatria lelaki di belakangnya.     

"Kita baru saja membunuh beberapa penyihir, dan sekarang kita harus membasmi para pemilik kekuatan darah. Para penyihir itu seperti serangga, dan orang-orang itu seperti tikus! Tanpa pelindung, mereka tidak ada apa-apanya bagi kita. Aku jadi ingin tahu bagaimana mereka bisa melindungi penerus mereka dari kita." Seorang ksatria wanita mengeluh.     

"Walaupun mereka seperti tikus, mereka tetap punya cara sendiri untuk bertahan," jawab sang ketua. "Semuanya, berhati-hatilah. Walaupun mereka lemah, kita harus tetap bekerja sama. Jika kau terkepung lebih dari 5 orang, kita akan mendapat masalah."     

"Memangnya apa yang kau takutkan? Mereka tidak bisa menyerang kita." Ksatria wanita itu mendengus. "Mereka akan lari secepat mungkin saat melihat kita."     

"Berhati-hati saja." Ketua itu memandang ksatria wanita tersebut. Ia sama sekali tidak peduli dengan perkataannya.     

"Master Rayton ada bersama kita, jadi kita tidak perlu khawatir."     

"Tikus-tikus itu hanya bisa lari, tapi mereka tidak bisa melakukan apa-apa."     

"Mari kita berlomba, bagaimana menurutmu? Waktu itu, mungkin aku akan menang kalau kau tidak mulai mendahuluiku, Max."     

"Yah, bagaimanapun juga, kau akan tetap kalah."     

Para ksatria itu berbincang-bincang dan tertawa-tawa.     

"Diam!" Sang ketua mengangkat tangan, dan seluruh anggota berhenti berbicara.     

Api obor mereka menari-nari, seperti kain sutra berwarna merah yang tertiup angin. Satu-satunya suara yang tersisa di tempat itu hanyalah suara tapak kaki kuda.     

Beberapa menit kemudian, di depan, mereka menemukan sebuah perkemahan dengan api unggun yang menyala. Seorang pria bertubuh tinggi sedang duduk di samping api unggun yang membara itu. Saat melihat mereka, pria itu tampak kaget. Ia cepat-cepat berguling ke samping dan menghilang di dalam semak-semak.     

Sang ketua menarik scimitar-nya dan berteriak, "Penerus kekuatan darah! Jangan biarkan dia kabur!"     

"Lari! Cepatlah!"     

Para ksatria berteriak dan menerjang masuk ke dalam semak belukar.     

Sayangnya, tanpa mereka ketahui, pria itu hanyalah pengalih perhatian yang bertugas menarik mereka ke tempat yang salah.     

*****************************     

Di sisi seberang hutan, terdapat sebuah kelompok kecil yang terdiri dari lima ksatria dan dipimpin oleh Rayton. Kelompok itu sedang mengejar bayangan hitam di depan.     

Mereka sudah jauh dari tujuan utama mereka.     

"Tunggu! Ini adalah jebakan!" Ekspresi Rayton berubah, dan ia segera menghentikan kudanya. "Berhenti!"     

Kuda-kuda berzirah mereka memperlambat lajunya, sebelum akhirnya berhenti.     

"Ada apa, Tuan?"     

"Seharusnya kita terus jalan melewati jalur tadi. Kita sudah dekat dengan pria itu!"     

Rayton mengangkat tangannya dan menghentikan omelan para ksatria lain.     

"Orang itu sedang memancing dan mengarahkan kita ke tempat yang salah. Sebaiknya kita berbalik dan pergi ke tujuan awal secepat mungkin."     

"Baik!"     

Para ksatria berteriak setuju, kemudian mereka berbalik dan pergi ke tujuan awal mereka.     

***********************     

Di dalam gua...     

Angele berhenti memeriksa situasi di dalam hutan.     

Ia berjalan keluar dari ruangan, menutup pintu, dan perlahan melepaskan sarung tangannya.     

"Sepertinya, rencana Heli gagal. Proses ini juga penting untukku, jadi sepertinya aku harus menangani mereka sendiri..." Ia berjalan keluar dan menyerahkan sarung tangannya kepada Fra.     

"Nak, aku harus pergi memeriksa situasi. Aku akan segera kembali. Jangan keluar dari kamar."     

"Baik." Fra menyadari bahwa Angele sedang tidak bermain-main, jadi ia tidak mengatakan apa-apa. Fra telah melihat betapa parahnya luka Heli dan adiknya. Bahkan ia sampai muntah-muntah di kamar mandi hingga wajahnya menjadi pucat.     

Angele membuka pintu dan mengetatkan jubahnya. Ia segera memeriksa keadaan sekitar.     

"Tidak ada yang boleh mengganggu perkembangan Heli..." Cahaya merah bersinar di sekitar matanya. Ia menutup pintu dan segera menghilang di dalam sebuah bola api.     

************************     

Di dalam hutan, sebuah kilat putih melesat menuju melalui Lembah Vienna dengan sangat cepat hingga terlihat seperti benang putih.     

Bayangan itu melewati bebatuan, pepohonan, dan semak belukar tanpa melambat sedikit pun. Bahkan, bayangan itu terlihat seperti ilusi yang tidak mengeluarkan suara.     

Bayangan itu adalah sesosok ksatria bertubuh tinggi yang mengenakan zirah putih. Ia membungkuk dan berlari cepat melalui hutan. Dua tentakel panjang berwarna putih tumbuh dari dagunya, senada dengan warna sabit berantai di punggungnya.     

Ksatria itu adalah Rayton. Ia meninggalkan kelompoknya saat menyadari bahwa ia telah ditipu karena kelompoknya terlalu lambat. Akhirnya, ia pergi ke tempat tujuan awal mereka.     

"Kau memilih jalan yang melewati markas gereja. Kau pikir aku tidak bisa mengejarmu?" Rayton tertawa keji.     

Tiba-tiba, ksatria itu berhenti dan menarik sabit rantai di punggungnya. Ia memicingkan matanya pada salah satu semak belukar.     

Perlahan-lahan, Angele berjalan keluar dari semak belukar. Jubah hitam yang dikenakannya menutupi kedua tangannya. Ia tersenyum lembut pada ksatria itu.     

"Maaf, aku tidak bisa melepaskanmu. Ada proses penting yang sedang berlangsung di depan. Selain itu, ini adalah teritori-ku."     

Sebuah bola asap berwarna hitam muncul di belakang Angele. Bola asap itu berubah menjadi seekor kalajengking dan mulai mengeluarkan suara.     

"Kekuatan ini... sangat mirip dengan kekuatan timbangan itu... Apa kau juga penerus darah?" Ekspresi Rayton berubah serius. "Kau hanyalah seekor tikus. Kekuatan lemah dari darah itu tidak akan bisa menghentikanku."     

"Menghentikanmu? Aku tidak akan menghentikanmu saja..." Angele tertawa keji. "Dasar bajing*n sombong, akan kutunjukkan kekuatan darah yang sebenarnya!"     

Angele mengangkat dan mengepalkan kedua tangannya. Asap hitam berkumpul di kedua tangannya dan berubah menjadi bola-bola hitam. Rasanya seperti ada sesuatu yang mengerikan yang akan keluar dari kedua tangan Angele.     

"Bagaimana mungkin?!" Rayton terbelalak.     

Wush!     

Api putih muncul di sekitar tubuh ksatria itu. Rayton membuka mulutnya dan melepaskan cahaya putih yang menyilaukan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.