Dunia Penyihir

Melampaui Batas (Bagian 1)



Melampaui Batas (Bagian 1)

0Kelompok Heli beristirahat di dalam gua selama beberapa jam. Mereka pergi saat malam tiba. Masih dalam balutan jubah hitam, mereka segera menghilang dalam kegelapan sambil membawa benda-benda pemberian Angele.     

Angele berdiri di depan pintu dan memandang kepergian kelompok itu. Setelah melihat cahaya perak bersinar di kejauhan, akhirnya ia kembali ke dalam gua.     

Saat ia hendak menuruni tangga, ia menyadari bahwa Fra sedang memandangnya penuh rasa ingin tahu.     

"Andre, mereka akan melakukan sesuatu yang penting, kan? Aku sudah bertanya pada mereka, tapi tidak ada yang mau menjawab..." tanya Fra dengan khawatir.     

"Tidak usah terlalu dipikirkan, kau masih terlalu muda. Misi ini hanya hanya bisa diselesaikan oleh orang dewasa," gurau Angele.     

"Terserah kau saja!" Wajah gadis itu memerah dan cemberut pada Angele. Gadis itu berbalik dan pergi ke dapur. Sepertinya, Fra ingin memasak untuk makan malam ini.     

Angele berjalan perlahan menuruni tangga.     

'Apa sebaiknya aku mengikuti mereka ke sana...?' pikirnya.     

Situasi ini sepertinya jauh lebih rumit dari perkiraannya. Sebagai seorang wujud tersegel, ia memiliki kekuatan yang setara dengan seorang penyihir tingkat 8, namun gereja adalah organisasi kuat yang disponsori oleh salah satu makhluk terkuat di seluruh dunia. Para penyihir di area ini tidak bisa melawan mereka. Akar kekuatan dunia ini mungkin sudah mengetahui situasinya, namun tidak melakukan apa-apa. Mungkin mereka memiliki perjanjian rahasia.     

Sepertinya, jika ia memutuskan untuk terlibat dalam pertarungan, pihak gereja pasti memiliki kekuatan untuk melawan. Walaupun wujud-wujud tersegel cukup kuat untuk menghancurkan dunia-dunia lemah, masih ada makhluk-makhluk yang lebih kuat dari mereka di dunia-dunia lainnya.     

'Seharusnya, mereka akan baik-baik saja... Pengalaman antara hidup dan mati akan membuat pikiran mereka semakin kuat...'     

Angele terus berjalan, kemudian ia melihat kamar tidur Fra secara tidak sengaja. Ia melihat ada sesuatu yang disembunyikan gadis itu di bawah bantalnya.     

Di bawah bantal gadis itu, terdapat sebuah buku bersampul cokelat. Buku itu terbuka dan memperlihatkan satu baris pada halaman tersebut.     

Berkat penglihatannya yang lebih baik dari mata manusia biasa, Angele bisa membaca buku itu dengan mudah. Namun, setelah membaca baris tersebut, ekspresinya sedikit berubah. Ia menoleh dan memandang Fra, yang sedang memasak sambil bersenandung.     

"Yah, ini hal yang wajar. Sekarang dia sudah remaja..." Angele menggeleng dan pergi ke ruang tamu.     

Pada buku itu, tertulis sebuah kalimat 'Dia mencium bibir Alice dengan penuh cinta, dan tangannya bergerak turun...'     

Buku itu adalah novel erotis.     

"Tunggu!"     

Fra menyadari bahwa Angele mengintip ke dalam kamarnya, dan gadis itu berteriak. Ia menyadari bahwa kemungkinan besar Angele telah menemukan rahasianya.     

"Mengapa kau berteriak-teriak... Apa kau sudah selesai memasak?" Angele duduk bersila di kursi.     

Fra berhenti berteriak dan berjalan perlahan ke ruang tamu. Ia duduk di kursi seberang Angele, dan menyajikan makanan di atas meja kayu.     

Gadis itu tumbuh dengan cepat, dan tanda lahir di kepalanya sudah benar-benar hilang karena efek ramuan pemberian Angele. Kulit gadis itu sangat bersih dan indah. Gadis itu mengenakan celana ketat berwarna putih dengan kaos panjang berwarna senada. Ukuran baju itu sangat pas di tubuhnya. Pinggang ramping dan rambut pirang gadis itu membuatnya tampak semakin menawan. Saat duduk di kursi, gadis itu terlihat seperti seorang anak keluarga bangsawan.     

Angele memandang Fra.     

"Yah, untuk remaja seusiamu, membaca novel erotis adalah hal yang wajar." Angele mengambil gelas dan mengendus wine di dalamnya. Wine itu menyegarkan dan wangi seperti buah.     

Rambut panjang Angele tergerai berantakan di atas bahunya, sehingga ia terlihat malas dan kelelahan. Ia bersandar di kursi dan meminum sedikit wine buah.     

"Andre, menikahlah denganku."     

"Apa?!" Angele memuntahkan wine-nya dan segera meletakkan gelasnya.     

"Apa katamu?!" tanyanya.     

Fra meluruskan punggungnya.     

"Kubilang, menikahlah denganku. Apa aku tidak menarik bagimu? Aku lebih memilih menikahi orang yang kukenal ketimbang orang asing..." Wajah gadis itu memerah, dan suaranya mengecil karena malu.     

"Bukankah kau ingin menjadi ksatria legendaris dan membalas dendam keluargamu?" Angele nyaris saja tersedak wine.     

"Semua sasaranku sudah mati... Kudengar, mereka dibunuh oleh seseorang di hutan dekat kotaku waktu itu, dan tidak satu pun yang selamat…" Di satu sisi, Fra sangat senang saat mendengar bahwa orang-orang yang membunuh keluarganya sudah mati. Namun, di sisi lain, gadis itu sedikit sedih karena ia tidak bisa membunuh mereka dengan tangannya sendiri.     

"Aku selalu bilang bawa aku ingin menjadi ksatria legendaris... Tapi, aku tahu bahwa semua itu hanya mimpi…"     

Angele memandang gadis itu. Ia masih mengingat hari dimana gadis itu masih berpakaian seperti seorang anak lelaki. Sekarang, semuanya benar-benar berbeda, dan gadis berpikir seperti orang dewasa.     

"Aku tidak pernah berpikir tentang pernikahan. Selain itu, akan berbahaya jika kau terus tinggal bersamaku..." Angele menenangkan dirinya dan menjelaskan, "Kau tahu bahwa aku sering melakukan berbagai macam riset, kan? Bom yang kubuat mungkin akan meledak, dan membunuh kita hingga hancur..."     

"Sekarang, kaulah satu-satunya orang yang kumiliki. Kita sering tidur di satu ranjang, dan mungkin tidak akan ada yang mau menikahiku setelah mendengar hal itu." Fra berbisik lirih.     

Angele mengernyitkan alisnya. Budaya di tempat ini sedikit aneh akibat aturan-aturan yang diresmikan oleh gereja. Jika Fra tidak merahasiakan pengalamannya, gadis itu akan sulit menemukan pasangan.     

Tidak seperti di benua tengah, gadis-gadis di tempat ini menganggap keperawanan mereka sebagai sebuah harta berharga. Penguasa di tempat ini adalah pihak gereja, namun di benua tengah, para penyihir adalah yang berkuasa.     

Dulu, Angele hidup di tempat terpencil, namun setelah kabur dari kota itu, ia belajar lebih banyak tentang dunia ini. Sepanjang perjalanan, mereka bertemu dengan banyak orang dan mendapatkan banyak informasi.     

Mereka duduk saling berseberangan, dan suasana menjadi semakin canggung.     

Selama beberapa saat, mereka tidak mengatakan apa-apa. Angele mengambil semangkuk sup kentang dan menggigit kue walnut.     

Fra pun ikut makan.     

Suasana di ruang tamu sangat hening, dan yang terdengar hanyalah suara garpu dan pisau.     

Waktu terus berjalan.     

Setelah mereka selesai makan malam, Fra membersihkan meja, kemudian ia kembali ke ruang tamu dan menatap Angele. Sepertinya, gadis itu masih menunggu jawaban.     

"Fra, kau ini masih muda..." Angele tidak ingin menyakiti perasaan gadis itu. "Sebaiknya, kau berpikir dua kali sebelum mengambil keputusan penting."     

"Aku tidak peduli. Aku hanya tahu bahwa aku pasti sudah mati sekarang jika kau tidak ada di sisiku. Aku akan mati, seperti bagaimana ibuku mati dulu." Fra menatap mata Angele, bahkan tanpa berkedip.     

Bagi Fra, Angele adalah sosok yang misterius - pria berpengetahuan luas yang berperilaku seperti orang dari keluarga bangsawan. Semua perkataannya masuk akal, dan ia terlihat seperti manusia yang sempurna, seperti karakter utama novel romansa yang sering dibaca seorang gadis yang tumbuh besar di kota kecil.     

Fra ingin segera menikahi Angele, karena ia takut jika pria itu akan tiba-tiba menghilang tanpa sepengetahuannya. Gadis itu merasa bahwa jika Angele pergi, Angele tidak akan pernah kembali, dan mereka tidak akan pernah bertemu lagi.     

"Kita bisa bicarakan ini setelah kau tumbuh besar..." Angele mengusap dahinya. Gadis itu membuatnya pusing. Ia memahami apa yang dipikirkan Fra, namun ia melakukan eksperimen berbahaya setiap harinya, sehingga ia akan melepaskan banyak energi radiasi. Dalam kondisi normal, gadis itu akan baik-baik saja, namun ia takut jika ia tidak sengaja membunuh gadis itu dalam pertarungan.     

Angele sempat berpikir untuk memodifikasi tubuh Fra dengan darah-darah kuno, namun ia tidak tahu apakah metode itu akan manjur. Bagaimanapun, Fra hanyalah manusia biasa, dan ia takut tubuh gadis itu akan terluka permanen jika berhubungan dengan orang yang berdarah kuat.     

Jika Angele ingin memiliki anak, ia harus mencari wanita yang bisa bertahan saat terkena efek darahnya.     

"Baiklah, mari kita bicarakan ini nanti." Angele berbalik dan kembali ke kamarnya. Sebelum ia sampai di kamarnya, ia mendengar suara keras dari pintu masuk.     

"Andre!" Ternyata itu adalah suara Heli. Ia berteriak ketakutan.     

Ekspresi Angele berubah. Ia segera berjalan mendekati pintu dan membukanya.     

Heli berdiri di depan pintu dengan wanita bergaun hitam yang pingsan di atas punggungnya. Pria itu telah kehilangan telinga kiri dan mata kanannya. Ada beberapa lubang di wajahnya, dan darah menetes pada dagunya.     

Saat melihat wajah Heli, Fra berteriak ketakutan.     

"Masuklah, cepat!" Angele segera minggir dan menyuruh mereka masuk. Ia melihat bahwa wanita di punggung Heli masih berdarah, hingga mereka berdua meninggalkan jejak darah di lantai.     

"Pergi ke ruang medis, cepat!" Angele berteriak.     

Heli langsung berlari ke ruang medis dan meletakkan wanita di punggungnya dengan hati-hati di atas salah satu kasur.     

"Andre, cepatlah! Adikku terluka parah!" Heli berteriak ketakutan.     

Angele mengenakan sepasang sarung tangan berwarna putih dan berjalan mendekati wanita itu. Saat ia memeriksa kondisi wanita itu, ia menarik nafas karena terkejut.     

Pada dada, pinggang, dan perut wanita itu, terdapat tiga luka panjang. Sepertinya, luka-luka itu adalah hasil sayatan sebilah pedang panjang. Tulang-tulang gadis itu patah, sementara kulitnya seolah bisa lepas dalam satu sentuhan saja.     

Jika wanita itu terkena satu serangan lagi, tubuhnya akan hancur menjadi tiga bagian. Satu-satunya alasan wanita itu masih utuh adalah benang-benang putih yang menghubungkan ketiga bagian tubuhnya.     

Heli menjelaskan, "Aku menggunakan gunting putih yang kau berikan. Tanpa gunting itu..."     

Sepertinya, pria itu hampir menangis.     

"Akan kuperiksa dulu lukanya!" Angele berkata dengan suara berat. Ia merobek pakaian wanita itu dengan menggunakan sebuah gunting perak. Tubuh wanita itu berlumuran darah segar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.