Dunia Penyihir

Pandangan Pertama (3)



Pandangan Pertama (3)

0Angele segera kembali ke karavan. Perkemahan itu masih sepi, dan beberapa prajurit bayaran masih tidur di dalam kereta sambil membawa pedang di tangan masing-masing. Asap yang tadinya membumbung dari api unggun telah nyaris hilang.     

Ia memelankan langkahnya dan berjalan kembali ke keretanya. Ia membuka pintu, dan berbaring di samping Fra. Dalam gelapnya kereta, ia mendengarkan suara-suara pergerakan di sekitar tempat itu.     

Ia mendengar suara orang berjalan, namun suara itu menghilang dengan cepatnya.     

Angele bersandar di dekat dinding dan mulai memikirkan semua informasi yang ia kumpulkan hari ini.     

'Jika Pendahulu Cahaya adalah sosok di balik gereja, aku harus benar-benar berhati-hati. Walaupun Pendahulu Cahaya telah disegel, dikalahkan, dan dilemahkan, ia masih cukup kuat untuk membunuhku dengan mudah. Sebaiknya aku tidak bergerak dulu.'     

Angele mengingat hari saat ia bertemu dengan Naga Pencongkel Mata tua itu. Mungkin naga itu menghadapi situasi yang sama dengannya, seperti Penguasa Teror tanpa kekuatan dunia. Naga tua itu mungkin jauh lebih kuat dari raja Naga Pencongkel Mata, sehingga ia bisa bertahan hidup lama.     

Dulu, ada tiga ras yang memiliki banyak penyihir kuat, dan salah satunya adalah Naga Chaos. Naga Pencongkel Mata adalah bagian dari Naga Chaos, namun mereka juga memiliki banyak makhluk kuat seperti naga tua itu. Pada saat itu, manusia mampu membuat penyihir-penyihir kuat - bahkan lebih kuat ketimbang naga tersebut.     

Pendahulu Cahaya menghancurkan para penyihir kuno, namun para penyihir kuno berhasil menyegel dan mengalahkannya.     

Angele memicingkan matanya.     

'Jadi, artinya... Pendahulu Cahaya setidaknya memiliki kekuatan Pencerahan Siva dan mungkin kekuatan mantra pasif yang mengerikan.'     

Pencerahan Siva adalah tingkat kekuatan yang diciptakan Angele berdasarkan kekuatannya sendiri. Bagi Angele, Pencerahan Siva adalah tingkat bagi orang-orang yang memiliki kekuatan lebih tinggi darinya, sehingga ia menggunakan kata itu untuk mendeskripsikan tingkat kekuatan para Pendahulu.     

Namun, Angele tidak tahu apa yang terjadi setelah ia mencapai Pencerahan Siva. Orang-orang pada tingkat Pencerahan Siva memiliki tingkat kekuatan yang berbeda.     

Ia memeriksa keadaan sekelilingnya yang gelap.     

Hoo! Hoo!     

Terdengar suara burung hantu dari luar.     

Langit berubah warna dari hitam menjadi kelabu. Burung-burung mulai berkicau. Matahari akan segera terbit, sehingga hutan menjadi ramai.     

Tiba-tiba, Angele memandang Fra dan menutup matanya untuk berpura-pura tidur.     

Perlahan-lahan, Fra membuka matanya. Ia menyadari bahwa dirinya tepat berada di samping Angele, sehingga wajahnya pun memerah. Perlahan-lahan, ia berusaha menjauh dari Angele dan mengenakan pakaiannya. Setelah berpakaian, ia merapikan rambut pirangnya dan berjalan ke pintu kereta.     

Saat hampir sampai di depan pintu, gadis itu tiba-tiba teringat akan sesuatu dan berjalan mendekati Angele. Ia mengambil sebilah pedang crossguard yang sedikit rusak di samping sebuah koper kayu. Gadis itu menatap Angele. Ia tidak ingin pria itu tahu apa yang sedang ia lakukan.     

Pedang crossguard itu berukuran cukup besar, sehingga sangat sulit untuk memindahkannya di dalam kereta. Pedang dan koper itu berada tepat di samping Angele, sehingga Fra berusaha keras untuk tidak membangunkan pria itu. Perlahan, ia menjauhkan pedang tersebut dari Angele.     

Gadis itu berjalan sepelan yang ia bisa.     

Sekitar sepuluh detik kemudian, akhirnya Fra berhasil memegang pedang itu. Wajahnya memerah, dan nafasnya terengah-engah. Pedang crossguard itu memiliki berat sekitar satu kilogram. Fra memegangnya dengan satu tangan. Keringat dingin membasahi dahinya.     

Setelah mengambil pedang itu, Fra mengambil sebilah buku catatan berwarna merah dari kopernya. Ia meletakkan buku merah itu ke dalam kantongnya dan kembali berjalan mendekati pintu.     

Plak!     

Tiba-tiba, seseorang memukul pantatnya.     

Fra pun terkejut. Ia menoleh perlahan dengan tubuh yang masih gemetar. Yang telah memukul pantatnya adalah Angele, namun sepertinya tadi pria itu tertidur pulas dan melakukannya secara tidak sengaja.     

"Pria tua sialan! Akan kubalas kau saat makan siang nanti. Aku akan mencampurkan lalat ke dalam makananmu! Rasanya pasti sangat enak" Fra mengumpat dengan suara lirih. Angele masih memeluk pinggangnya, dan gadis itu masih terkejut.     

Perlahan-lahan, lengan Angele bergerak turun, dan ia bergerak maju. Tangan Angele mendarat di kakinya, sebelum akhirnya jatuh ke lantai.     

Fra pun merasa lega. Ia segera merangkak keluar dari kereta dan menutup pintu.     

Ia duduk di kursi kusir dan mengambil sepasang sepatu bot kulit berwarna merah dari kotak kayu. Tanpa membuang waktu, ia segera mengenakan sepatu itu.     

Fra melompat turun dari kereta dan masuk ke hutan sambil membawa pedang crossguard.     

"Sialan! Aku benci kau, bahkan serangga pun lebih baik darimu! Setelah aku menguasai semua teknik berpedang ini, akan kuhajar kau! Aku harus berlatih dengan lebih rajin!" Mengingat kejadian di dalam kereta tadi membuatnya semakin geram.     

Gadis itu memotong semak belukar dan rumput sambil berjalan masuk ke hutan. Potongan dedaunan dan kayu berceceran di mana-mana.     

"Pedang crossguard legendaris-ku... Andre memaksaku bekerja untuknya demi membayar semua kebutuhan sehari-hari... Selain itu, dia mengambil semua harta karunku!" Gadis itu mengumpat dengan kerasnya. Ia berusaha mencari kata-kata yang cocok menghina Angele. Beberapa menit telah berlalu, namun gadis itu masih belum bisa menemukan kata yang ia inginkan.     

"Andre, dasar kau babi!"     

"Babi kau!" Gadis itu mengangguk dan mengulangi umpatannya. Hanya itulah umpatan terbaik yang ia ketahui.     

Sementara itu, di dalam kereta, Angele benar-benar tidak tahan lagi. Ia segera berdiri dan tertawa terbahak-bahak. Saat ia melihat keluar dari jendela, ia melihat Fra memotong semak belukar sambil mengumpat.     

'Gadis yang menarik… Dia tidak pernah melakukan itu di depanku...'     

Angele menggeleng, kemudian ia duduk bersila dan mulai melakukan penelitian pada portal dalam lukisan misterius itu.     

Setelah beberapa lama, ia mendengar suara tapak kaki para penjaga. Sepertinya, mereka sudah bangun.     

Angele terus melakukan simulasi sampai akhirnya Fra kembali ke kereta. Setelah gadis itu kembali, mereka makan pagi bersama-sama, sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan. Saat kereta mereka melindas batu-batu besar, kereta itu terasa seperti hampir terbang.     

Karena merasa bosan, Angele bersandar di dinding dan mulai membaca sebuah novel lama. Fra sedang mengayunkan sebuah cabang kecil di tangannya. Sepertinya ia masih terus berlatih.     

"Fra, apa kau sudah mencuci pakaian?"     

"Sudah."     

"Memberi makan kerbau?"     

"Sudah, aku membeli rumput panjang dari Wade. Harganya sekitar satu koin perunggu setiap satu porsi.     

Angele mendongak dan memandang Fra.     

"Kau belum membersihkan kereta, kan? Selain itu, kau harus mencuci sepatu botku."     

Fra mengerutkan bibirnya saat mendengar ucapan Angele.     

"Akulah yang membayar semua keperluan. Kau tahu itu, kan?" Ekspresi Angele berubah serius.     

"Pergilah sekarang. Basuh dengan menggunakan sikat kayu dan bersihkan dengan hati-hati."     

Fra menarik nafas dalam-dalam dan memandang Angele. Sepertinya, gadis itu kembali mengumpat dalam pikirannya.     

'Akan kubuat makan siangmu lebih enak!' Gadis itu berteriak dalam pikiran.     

"Baiklah, terima kasih. Pergilah sekarang." Angele tersenyum dan menepuk pundak gadis itu. "Bekerjalah dengan keras. Aku harus pergi meninggalkan kereta sebentar."     

Ia melompat turun dari kereta dan mulai berjalan. Ia menoleh ke belakang untuk memastikan bahwa Fra sudah mulai bekerja.     

'Jika dia hanya berlatih teknik, dia tidak akan mampu memaksimalkan kekuatan pada teknik tersebut. Gadis itu membutuhkan latihan kekuatan itu.' Angele berpikir seraya berlari mendekati salah satu kereta di depan.     

Ada dua orang prajurit bayaran di sekitar kereta yang sibuk berpatroli sambil memakan sesuatu. Sepertinya, kedua prajurit itu masih mengantuk.     

Angele berjalan mendekati mereka.     

"Hei, apa kalian tahu di mana Heli?"     

Salah satu prajurit menoleh dan memandang Angele.     

"Heli? Dia sedang sakit. Memangnya kenapa?"     

Angele melemparkan sekeping koin perak tepat pada tangan prajurit tersebut.     

Prajurit itu langsung menyunggingkan senyuman.     

"Aku bisa mengantarkanmu ke sana, namun dia benar-benar sedang sakit. Dia tengah beristirahat di salah satu kereta di belakang sana.     

Setelah mengatakan hal itu, pria itu mulai berjalan. Angele mengikutinya dan melewati keretanya sendiri. Akhirnya, mereka sampai di belakang karavan, di mana ada banyak gerobak kerbau.     

Beberapa wanita dan pria yang sedang sakit berbaring di kereta-kereta itu. Wajah mereka sangat pucat, dan raut wajah mereka sangatlah kelelahan.     

Setelah melihat pemandangan itu, pria tersebut berhenti berjalan.     

"Dia ada di sini. Aku tidak mau tertular. Kau juga jangan dekat-dekat dengan mereka." Pria itu mengerutkan bibirnya dan berjalan pergi.     

Orang-orang di gerobak itu mengerang kesakitan. Pada salah satu gerobak di sebelah kiri, Angele menemukan sosok pria yang dilihatnya tadi malam.     

Wajah pria itu pucat, namun sepertinya situasinya sedikit berbeda dari yang lain. Tubuhnya hanya bergerak jika gerobak itu berguncang.     

Angele melompat naik ke gerobak dan duduk di samping pria itu.     

"Pria muda, kau tengah sekarat... Aku punya obat yang bisa menyembuhkanmu. Bagaimana menurutmu?" Ia tersenyum dan memandang pria paruh baya itu. "Sepertinya, peristiwa kemarin malam adalah masalah besar."     

Setelah mendengar perkataan tersebut, sosok bernama Heli itu pun terkejut.     

"Bagaimana kau bisa tahu tentang itu?" Heli memang sedang diburu oleh seorang wanita yan memiliki kekuatan aneh. Pria itu menuduh Heli karena tidak menepati janjinya, namun Heli tidak bisa mengingat apa yang telah ia perbuat. Kepalanya masih terasa pusing.     

Jika wanita bertopeng itu tidak menolongnya, pasti ia sudah mati sekarang.     

Heli berpikir selama beberapa saat dan mengamati pria yang duduk di sampingnya.     

Pria itu memiliki mata berwarna merah gelap. Namun, sepertinya ia berpikir bahwa ia lebih tua dari Heli. Pria muda itu berkumis dan memiliki kulit yang halus. Ia tampak seperti seorang anak bangsawan. Entah mengapa, senyuman pria itu membuat Heli merasa tidak nyaman.     

Walaupun pria itu mengenakan pakaian linen, ia masih terlihat seperti berasal dari keluarga kaya. Rambut merahnya terlihat bersih dan indah.     

Angele tertawa.     

"Tentu saja aku tahu." Angele berbaring di samping Heli dan berbisik lirih. "Aku juga tahu bahwa kau diselamatkan oleh seorang wanita bertopeng. Tanpa wanita itu, pasti sekarang kau sudah mati, kan?"     

Setelah mendengar itu, Heli semakin terkejut. Ia berusaha duduk.     

"Siapa kau? Apa kau mengenalku?" Heli kehilangan sebagian ingatannya. Ia bertemu dengan beberapa orang yang mengaku mengenalnya. Ada yang membencinya, ada yang ingin membunuhnya, dan ada juga yang merasa kasihan padanya.     

Heli hanya tahu bahwa ia bangun di sebuah lembah, namun ia tak tahu mengapa ada bayak orang yang mencarinya, termasuk pria feminin yang menyerangnya waktu itu. Semua orang yang mencarinya memiliki kekuatan spesial.     

"Aku tahu bahwa kau kehilangan sebagian ingatanmu..." Angele tersenyum dan mendongak memandang langit.     

Langit biru cerah di atas mereka terlihat seperti batu safir, sementara awan-awan terlihat seperti bola-bola asap. Sinar matahari terasa hangat dan nyaman. Cahaya emasnya menyinari bumi.     

Angele mencium aroma yang menyegarkan dari berbagai bunga dan rerumputan yang tertiup angin.     

"Aku tahu bahwa kau berbeda. Kau punya sesuatu yang tidak dimiliki orang lain." Angele melanjutkan sebelum Heli sempat mengatakan apa-apa. "Sayangnya, aku tidak tahu siapa dirimu. Aku hanya ingin tahu."     

Angele menoleh dan memandang pria kurus berpakaian abu-abu yang terbaring di atas gerobak.     

Wajah pria itu sangat pucat. Ia tampak seakan-akan ia bisa mati kapan saja. Tangan kanannya menggenggam sebatang kayu pendek erat-erat, seolah batang kayu itu adalah harta karun baginya.      

Saat menyadari bahwa Angele sedang menatapnya, pria itu menoleh dan memicingkan matanya.     

"Apa kau mengenalku?" Pria itu memiliki mata hijau dan suara yang serak. Sepertinya, ia tidak minum selama berhari-hari.     

Angele dan Heli memandang pria itu saat mendengar suaranya.     

Heli memandang pria itu dan merasakan sesuatu yang tidak asing, namun ia tetap tidak ingat siapa pria itu. Ia mengusap dahinya dan berusaha keras untuk berpikir.     

Angele memandang pria itu, karena menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda darinya. Saat menatap Angele, pandangan pria itu seolah menembus tubuhnya. Perasaan itu sangat jarang terjadi pada Angele.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.