Dunia Penyihir

Dunia Yang Berulang (Bagian 2)



Dunia Yang Berulang (Bagian 2)

0Bayangan itu adalah seorang pria paruh baya dengan pakaian yang kotor. Sepertinya, pria itu sudah lama tidak mandi. Sayangnya, ia terlambat. Ia gagal menyelamatkan anak tersebut dan justru kehilangan nyawanya sendiri.     
0

Angele hanya berdiri diam di sana dan menyaksikan semuanya. Setelah beberapa saat, para pengawal datang untuk mengambil kedua mayat itu. Mereka meminta para pejalan kaki untuk segera pergi, jadi Angele memutuskan untuk berjalan menyusuri jalan tersebut.     

"Langit meraung… Langit menari-nari… Langit terbakar api… Topeng sang pelawak akan memakan semuanya. Ekor panjang akan mengakhiri segalanya…"      

Saat Angele berjalan melewati sebuah lampu jalan, ia mendengar seorang pria gelandangan mengatakan hal-hal yang aneh.     

Angele memandang gelandangan itu, namun ia terus berjalan.     

Ia berjalan mengelilingi kota. Hari semakin gelap, dan ia tidak ingin makan malam. Akhirnya, ia memutuskan untuk berkumpul kembali bersama kelompoknya.     

Anggota-anggota lain dari Serikat Burung Hitam sudah menunggunya di pintu keluar kota.     

Angele berjalan ke gerbang kota, dan Hera menjelaskan kembali misi yang harus mereka selesaikan. Kemudian, mereka melompat naik ke kuda masing-masing dan pergi memasuki hutan.     

Misi itu mirip dengan misi-misi penjelajahan reruntuhan yang biasa dilakukan para calon penyihir. Satu-satunya hal yang harus mereka lakukan adalah mengalahkan hewan-hewan buas dan sampai ke titik yang telah ditandai dalam peta. Jika mereka menemukan tanaman-tanaman herbal yang berharga dalam perjalanan, mereka akan mengambil tanaman-tanaman tersebut.     

Tujuan mereka tidak terlalu jauh dari kota. Dalam beberapa menit, mereka sampai di sebuah hutan dengan pepohonan merah. Mereka menemukan sebuah lubang di permukaan tanah hutan tersebut.     

"Inilah tempatnya." Hera berjalan mendekati lubang tersebut dan melihatnya. "Rock, giliranmu!" perintahnya dengan nada serius. Lubang di tanah itu memiliki dalam sekitar satu meter.     

Rock mengangguk, mengangkat obor di tangannya. Ia mengambil sebuah batang kayu pendek berwarna hitam dari dalam kantongnya dan membakarnya. Kemudian, ia melemparkan batang kayu itu ke dalam lubang tersebut dan berjongkok untuk melihat apakah batang itu menabrak sesuatu.     

Sepertinya, batang itu tidak menabrak apa-apa.     

"Tiga kelompok sudah berusaha memeriksa lubang misterius ini, namun tidak ada yang berhasil menemukan informasi penting. Itulah alasan mengapa mereka meningkatkan harganya dan mempekerjakan kita." Hera berkata dengan lirih seraya menatap Rock.     

Tiba-tiba, Angele mendongak dan memandang langit malam.     

Meteor-meteor merah berjatuhan dari langit dan menghantam tanah.     

Brak!     

Suara keras akibat hantaman meteor menarik perhatian semua orang yang ada di sana.     

Mereka semua memandang hujan meteor itu. Bahkan, Rock ikut berdiri dan melihat kejadian aneh di langit tersebut.     

Tiba-tiba, mereka menyadari bahwa sebuah meteor merah hampir menghantam mereka.     

"Lari!" Hera berteriak-teriak seperti orang gila. Ia melepaskan sinar cahaya hitam, yang kemudian menghantam meteor, namun tak ada yang terjadi.     

Angele hanya berdiri terpaku dan memandang wajah Hera. Tiba-tiba, hatinya terasa sakit entah kenapa.     

Duar!     

Cahaya merah yang terang itu menelan Hera dan anggota-anggota kelompok lainnya, namun hanya Angele yang berhasil bertahan.     

"Ini bukan perasaanku…" Angele berdiri diam di sana dan memandang lautan api di sekelilingnya seraya mengernyitkan alisnya. Empat mayat tergeletak di tanah, namun entah mengapa, ia menatap mayat Hera.     

Krak!     

Tiba-tiba, ia mendengar suara kristal yang terbentuk.     

Sebuah lapisan tipis kristal berwarna ungu muncul di bawah kobaran api dan perlahan-lahan padam. Lapisan kristal itu mulai menyebar ke tempat-tempat lain.     

Tik! Tik!     

Angele merasa seperti mendengar suara mesin jam yang berdetik, namun juga terdengar seperti suara tetesan air yang mendarat di tanah.     

Penglihatannya menjadi buram, dan daerah sekitarnya menjadi terang.     

Angele melihat bahwa ia sedang berdiri di tengah jalan lagi. Pejalan-pejalan kaki dan kereta-kereta kuda berlalu lalang. Cahaya emas matahari menyinari jalanan dan gedung-gedung di sekitar jalan tersebut.     

"Apakah ini…" Ia mengernyitkan alisnya.     

Byur!     

Seorang pekerja dari toko ramuan menyiramkan limbah di depan Angele, dan para pejalan kaki cepat-cepat menyingkir ke tepi jalan.     

Limbah hijau itu membasahi jalanan berwarna kelabu tempatnya berpijak.     

Pekerja itu memandang Angele, namun ia segera kembali ke toko.     

"Aku pernah melihat kejadian ini sebelumnya…" Dengan ingatannya yang kuat, Angele langsung mengenal pekerja tersebut. Ia yakin bahwa pekerja itu adalah orang yang sama dengan yang dilihatnya beberapa waktu lalu.     

"Hei, apa yang sedang kau lakukan?" Seorang pria berambut merah menepuk pundak Angele. "Mengapa kau berdiri diam di sini? Pergilah ke perserikatan dan melaporlah kembali!"     

Ia menoleh dan memandang pria itu. Pria itu adalah Rock.     

Pria itu melambaikan tangannya di depan mata Angele. "Apa kau masih mengantuk? Kau tertidur tepat setelah kita kembali dari reruntuhan. Ketua-ketua sudah menunggu kita di perserikatan. Ayolah! Cepat!" Pria itu mendorong Angele.     

Angele mengernyitkan alisnya dan mulai berjalan menuju gedung para prajurit bayaran.     

"Aku sudah siap sebelum ketua mengatakan apa-apa. Aku melihat cahaya merah itu berkedip! Aku mendengar seseorang memanggil namaku dari belakang. Tanpa sempat berpikir, aku langsung menjatuhkan beruang itu! Chris memanfaatkan kesempatan itu dan memukul kepala beruang…"     

Semuanya sama. Rock mengatakan hal yang sama pula.     

Angele mengamati Rock dengan teliti. Ia melihat pria itu berbicara dengan nada yang sama, dengan ekspresi wajah yang sama pula.     

'Semuanya berputar kembali?'     

Ia mengikuti Rock masuk ke dalam bangunan tersebut.     

Semuanya masih sama.     

Meja-meja itu tampak seperti jamur-jamur berwarna cokelat.     

Meja depan, resepsionis, para pelayan, makanan, dan wine… Semuanya sama.     

Anggota Serikat Burung Hitam sedang duduk di salah satu meja. Hera masih bersandar di dinding dan memainkan pisau dagger-nya.     

Angele dan Rock berjalan mendekati mereka, dan percakapan mereka juga masih sama. Mereka semua mengulangi hal yang sama.     

Angele duduk di salah satu kursi. Akhirnya, ia memahami garis besar dari apa yang sedang terjadi.     

'Pasti ini dunia yang ada dalam ingatan pendahulu itu… Saat dia masih lemah dulu, dia adalah anggota Serikat Burung Hitam ini…' Angele berpikir seraya mengamati ketua kelompok bernama Hera tersebut.     

Rambut hitam Hera sangatlah lembut, indah dan panjang. Beberapa helai rambutnya tergerai di atas dadanya. Tubuhnya terlihat proporsional, dengan kaki yang jenjang. Walaupun terlihat agak malas, ia masih tampak menarik. Entah mengapa, penampilannya tidak seperti seorang prajurit bayaran yang liar. Ada sesuatu yang spesial pada wanita itu.     

Saat melihat Hera, Angele merasa seperti ingin memeluknya. Sepertinya, pikiran itu adalah pikiran sang pendahulu ini, yang pernah mencintai Hera semasa hidupnya.     

"Ada apa, Saladin? Mengapa kau menatapku?" Hera menyadari bahwa sikap Saladin sedikit berbeda. Pria itu tidak pernah menatapnya dengan agresif seperti itu sebelumnya. Mereka bekerja bersama-sama selama bertahun-tahun, namun inilah kali pertama Saladin melakukan hal seperti itu.     

Angele sedikit memicingkan matanya, namun ia tidak menjawab.     

Semuanya masih sama. Setelah selesai makan siang, mereka berpisah.     

Angele terdiam sesaat, kemudian ia memutuskan untuk meninggalkan gedung.     

Brak!     

Ia mendengar suara ledakan dan teriakan yang tidak asing.     

Seorang pria paruh baya dan seorang anak lelaki terlempar karena tertabrak kereta. Darah mengucur dari tubuh mereka.     

Para pejalan kaki berdiri mengerumuni dua korban itu.     

"Mereka sudah tidak bisa diselamatkan…" Seorang pria berambut putih berdiri dan menggelengkan kepalanya. Para pejalan kaki kembali ribut.     

Angele mengernyitkan alisnya saat melihat kejadian itu. Akhirnya, ia berbalik dan berjalan menyusuri jalan itu lagi.     

"Langit meraung… Langit menari-nari… Langit terbakar api… Topeng sang pelawak akan memakan semuanya. Ekor yang panjang akan mengakhiri segalanya…"     

Lagi-lagi, Angele mendengar seorang pria gelandangan mengatakan hal-hal aneh saat ia berjalan melewati sebuah lampu jalan.     

Angele berhenti dan menatap pria gelandangan itu.     

"Siapa yang memberitahumu kalimat itu?" tanya Angele dengan suara berat.     

"Siapa? Ha…" Pria itu tidak menjawab. Ia meminta Angele membayarnya.     

Cahaya merah bersinar di mata Angele. Ia memeriksa memori pria gelandangan tersebut dengan menggunakan kemampuannya.     

'Dari dinding sebuah reruntuhan?' Ia kembali mengernyitkan alisnya.     

Kelompok itu kembali berkumpul di malam hari, dan mereka segera pergi ke tempat yang sudah dijanjikan. Semuanya berlangsung sama, seakan-akan mengikuti skenario.     

Momen penting kembali berulang.     

Angele mendongak dan menatap langit malam.     

Meteor-meteor merah melesat menembus langit dan mendarat di atas tanah.     

Wush!     

Terdengar suara keras yang menarik perhatian semua orang.     

Mereka semua memandang hujan meteor itu. Bahkan, Rock ikut berdiri dan melihat pemandangan yang aneh itu.     

Mereka tersadar bahwa ada meteor yang akan menghantam mereka.     

"Lari!" Hera berteriak dengan kencang seperti orang gila. Wanita itu melepaskan sinar cahaya hitam untuk menyerang meteor tersebut, namun serangan itu tidak mempan.     

Meteor tersebut hampir mendarat menghantam mereka berempat.     

Tiba-tiba, cahaya merah bersinar di langit.     

Angele mendengus dan mengangkat tangannya.     

Brak!     

Sebuah medan tak kasat mata menghentikan laju meteor tersebut. Meteor itu berhenti seperti telah ditangkis oleh sebuah tangan raksasa.     

Duar!     

Meteor meledak dan hancur berkeping-keping. Kepingan-kepingan itu beterbangan ke hutan.     

Para prajurit bayaran memandang Angele seperti sedang melihat hantu.     

"Saladin…" Suara Hera terdengar serak. Sepertinya, wanita itu ingin mengatakan sesuatu.     

Setelah melihat ekspresi terkejut Hera, Angele merasa sedikit gembira.     

Krak!     

Suara aneh kembali bergema dalam pikirannya.     

Penglihatannya memburam, dan ia berdiri di tengah jalan. Cahaya matahari pagi menyinari kembali bangunan-bangunan.     

"Sialan!" Ekspresi Angele berubah serius, menyadari bahwa suara itu adalah akhir dari siklus pengulangan. Sebelum datang kemari, ia sudah menguasai rahasia waktu dan dimensi, namun ia tidak tahu apa yang terjadi. Dalam sudut pandangnya, ia merasa seakan-akan waktu tidak berjalan sama sekali.     

"Aku hampir mengalami peningkatan. Sepertinya, aku harus mencari tahu cara memicu perasaan pendahulu ini jika aku ingin mendapat hasil yang berbeda…" Angele menyadari bahwa ada yang terjadi saat ia merasa gembira.     

"Jika aku bisa membuat pendahulu ini merasakan berbagai macam emosi, mungkin aku bisa menemukan rahasia dunia ini…" Angele memicingkan matanya dan segera membuat rencana baru.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.