Dunia Penyihir

Keberangkatan (Bagian 1)



Keberangkatan (Bagian 1)

0

Setelah selesai bermeditasi, Angele segera mengganti pakaian dan membuka jendela agar bau busuk dari darah hitam itu bisa keluar. Dia mengambil selimut dan membuka pintu. Lorong asrama sangat gelap, dan tidak ada suara selain dengkuran murid-murid lain dan suara kayu tempat tidur yang rapuh. Angin sejuk bertiup di lorong itu, sehingga Angele merasa jauh lebih baik setelah kejadian itu.

Angele keluar dari kamarnya, lalu ia langsung masuk ke kamar mandi di ujung lorong untuk membersihkan dirinya. Kemudian, ia kembali ke kamarnya untuk membersihkan sisa darah hitam dari pakaiannya. Seketika itu dia merasa jauh lebih baik, dan menumpuk pakaian kotornya di tepi kamar.

'Sebagai calon penyihir, aku hanya bisa bermeditasi selama beberapa jam dalam sehari. Jika terlalu lama, tubuhku tidak akan kuat menahan tekanannya. Masih ada tiga helai daun Dead Soul Grass yang tersisa, dan setelah ketiganya habis, tubuhku akan berubah. Aku tidak akan membutuhkan tanaman itu lagi.' Angele mengingat informasi dari buku meditasi yang dibacanya. Sekarang, ia hanya bisa bermeditasi maksimal 5 jam per hari. Dengan hati-hati, ia menyembunyikan kotak berisi tanaman itu di bawah bantalnya. Tidak lama kemudian, dia telah tertidur.

Keesokan paginya.

Tepat jam 5 pagi, Angele terbangun dalam keadaan segar dan bertenaga. Tanpa membuang waktu, ia segera turun dari tempat tidurnya dan melihat buku panduan penyihir yang tergeletak di meja.

'Daerah asrama kurang aman untuk menyimpan benda berharga seperti ini. Akan kutitipkan pada Master saja.' Angele memasukkan buku dan kotak berisi Dead Soul Grass itu di dalam tas hitam, dan segera meninggalkan ruangan

Hari masih sangat pagi, dan masih tidak ada kereta kuda yang mangkal menunggu penumpang di tepi jalan. Angele memutuskan untuk tidak kembali ke kamarnya dan pergi ke lapangan berlatih. Dia pergi ke sisi barat sekolah, melewati gedung asrama dan ruang makan, hingga mencapai sebuah bukit dengan panggung di atasnya. Jelas sekali bahwa tempat itu adalah tempat latihan berpedang. Persenjataan disimpan dalam gedung batu berwarna abu-abu di belakang lapangan. Di panggung itu, terdapat sekitar 30 boneka latihan dari kayu. Lapangan tersebut dipenuhi rumput. Hari yang masih gelap dan suara nyanyian serangga dari arah hutan membuat tempat itu menjadi sedikit mengerikan

Angele menggantungkan tasnya di salah satu lengan boneka, dan mengambil sebilah pedang kayu dari gedung batu itu. Ia mengayunkan pedangnya di udara dan melakukan beberapa gerakan dasar. Suara pedang itu membuatnya merasa puas. Lalu, ia berjalan ke arah boneka tempat tasnya tergantung, dan mulai berlatih.

'Orang tidak dikenal sedang mendekat. Jarak: 103 meter. Total: 3 orang.' Zero melaporkan. Angele tidak menyangka akan ada orang yang berlatih sepagi ini untuk mengasah kemampuan mereka, namun tidak terlalu peduli. Ia tahu beberapa murid yang terkadang berlatih pagi-pagi seperti dirinya. Ada tiga orang laki-laki yang berbincang-bincang sembari berjalan perlahan mendekati Angele. Pendengaran Angele yang tajam memudahkannya untuk mendengar obrolan mereka.

"… Kudengar ada beberapa peserta baru di turnamen sekolah, dan mereka semua sangat kuat." kata salah satu pria.

"Terserahlah, yang menang di turnamen itu hanya orang-orang itu saja. Sebagai calon pemimpin departemen kepolisian pelabuhan, tentu saja teknik Storm Sword Asma sangat kuat, sementara Galine sudah bekerja di kepolisian. Selain mereka, ada juga orang-orang yang mempunyai kemampuan berpedang yang sangat baik seperti Allen, Albert, Nancy, dan Alger. Bagi pendatang baru, tidak akan mudah menjatuhkan mereka." jawab lelaki lainnya.

"Walaupun mereka kuat, mereka tetap tidak akan menang melawan Asma. Dia adalah pemenang kompetisi berpedang di Westwind, dan kekuatan peserta lain tidak akan ada apa-apanya bagi dia. Bahkan, aku belajar berpedang karena aku mengaguminya. Ah, kudengar beberapa hari ini, Alger berlatih di lapangan di pagi-pagi buta juga. Mungkin kita bisa bertemu dia di sana." kata remaja ketiga.

Suara tapak kaki mereka semakin dekat, dan Angele menggelengkan kepalanya sembari tertawa. Setelah satu kali bertemu dengan Asma di lapangan berlatih, dapat dipastikan bahwa teknik berpedangnya berasal dari keluarga bangsawan kelas atas. Kemampuan berpedang Asma sangat halus dan kuat, bahkan mungkin jauh lebih kuat dari teknik dasar yang digunakan Angele. Namun, setelah menyimpan data teknik itu di chip-nya, Angele menyadari bahwa walaupun teknik Storm Sword itu adalah teknik yang sangat kuat, ia membutuhkan Life Energy Seed untuk menggunakan potensi maksimalnya. Teknik itu setara dengan level grand knight, tapi tidak berguna bagi Angele.

Teknik Storm Sword berfokus pada kekuatan serangan, sementara teknik yang digunakan Angele mengandalkan teknik dan ketepatan. Jika Angele mencoba teknik Storm Sword itu, gerakannya hanya akan menjadi senjata makan tuan, karena tubuhnya tidak memenuhi syarat untuk melakukan teknik itu. Lagipula, ia tidak mempunyai Life Energy Seed. Grand Sword Tournament adalah lomba berpedang tahunan bergengsi yang diselenggarakan oleh Aliansi Andes. Beberapa bangsawan kelas diundang sebagai juri. Tidak hanya murid, alumni Sekolah Pelabuhan Marua juga ikut berpartisipasi dalam turnamen itu karena hadiahnya sangat menarik.

Angele sendiri tidak terlalu peduli, karena fokusnya adalah menjadi penyihir tingkat 1 dan masuk ke kapal milik organisasi penyihir. Dia berhenti mendengarkan obrolan mereka, dan memutuskan untuk fokus berlatih. Ia mengayunkan pedang kayunya dan menyabet bagian depan boneka latihan itu berkali-kali. Ketiga murid itu kaget saat mereka melihat Angele di lapangan berlatih.

"Itu Angele, si ahli bahasa! Kudengar, dia adalah murid favorit Master Adolf, dan dia dilatih secara privat." bisik salah seorang murid.

"Haruskah kita menyapanya?" lanjut murid itu. 

"Tidak, jangan ganggu dia. Kudengar, dia adalah pemanah ulung yang ketepatannya 90% walau menembak dari jarak 100 meter! Kalau kita punya lomba memanah, pasti dia masuk tiga besar. Ditambah lagi, katanya dia tidak suka murid lain, egois, dan pemarah. Beberapa murid pernah bilang bahwa mereka benci dia di depan banyak orang, namun mereka tiba-tiba berhenti bicara seperti itu. Kemungkinan besar, mereka telah 'bersenang-senang' dengan Angele." jawab remaja yang lain.

"Baiklah, sebaiknya kita tidak dekat-dekat dia. Jangan membuatnya marah." kata seorang murid.

Saat berbincang-bincang, ketiga orang itu menghindari kontak mata dengan Angele. Mereka memilih tempat yang jauh dari Angele dan mulai berlatih dengan pedang kayu mereka. Sementara itu, Angele tertawa kecil mendengarkan gosip mereka. Angele tidak menyangka jika dia sangat terkenal di sekolah ini. Para siswa yang membencinya mencoba menantangnya, padahal mereka tidak tahu banyak tentang bertarung. Dalam sekejap, Angele memberi mereka pelajaran. Akhirnya, mereka berhenti mengganggu Angele saat tahu bahwa Angele adalah murid Adolf. Setelah insiden itu, rumor menyebar bahwa Angele bukanlah orang yang mudah dihadapi.

Angele sendiri tidak terlalu peduli, namun gosip yang mengatakan ia adalah orang yang egois dan pemarah membuatnya terdiam. Sembari menggelengkan kepala, ia memutuskan untuk melanjutkan latihan.

Beberapa hari kemudian, sekolah menjadi sangat ramai. Banyak kegiatan yang sedang diadakan oleh para siswa. Banyak murid-murid berjalan masuk dan keluar dengan pedang tersemat di pinggang mereka. Selain itu, banyak kayu yang dibawa masuk ke lapangan berlatih. Sepertinya, kompetisi berpedang itu akan diadakan di tempat ini, dan kayu itu digunakan untuk membangun tempat duduk penonton.

Terkadang, Angele mendengar para murid membicarakan calon pemenang turnamen, namun ia tidak peduli dan terus berlatih. Ia terus melakukan kegiatannya sehari-hari, tapi sekarang ia lebih sering bermeditasi daripada tidur. Ia tidak dapat berlatih pada saat acara penting seperti sekarang ini, jadi terpaksa ia berlatih memanah di lapangan berlatih. Setelah percobaan pertama, meditasi tidak berjalan dengan baik. Staminanya tak lagi meningkat sebanyak 0.3 seperti di meditasi pertamanya, namun penambahan kekuatannya masih terasa, walaupun chip-nya tak memberitahu Angele angka pastinya. Ia merasa lebih baik karena mampu menyimpan 8 rune dalam pikirannya. Selain itu, ia sekarang memiliki pikiran yang lebih jernih, bahkan walau ia tidak tidur.

*****************************

Bangunan asrama ketiga. Di dalam salah satu ruangan

Beberapa murid sedang berbincang-bincang.

"Hei, Caesar! Aku juga baru tahu kalau Angele ada di sekolah ini!" kata salah seorang pria.

"Angele? Angele Rio? Playboy idiot itu?" Pria muda bernama Caesar itu terkejut.

"Iya, yang itu," Semua tertawa.

"Dia tidak terbunuh saat kabur dari Kerajaan Rudin? Dia beruntung bisa kabur dengan badan selemah siput begitu." jawab seorang gadis berambut pendek sambil tertawa. Ia memakan sesuatu yang terlihat seperti biji bunga matahari yang enak.

"Caitlyn, kau dan kakakmu akan memilih kelas apa? Aku terus melukis saja, karena kelas disini terlalu mahal." tanya seorang gadis cantik berambut pirang sebahu dari belakang Caitlyn, sembari perlahan-lahan meminum teh.

"Angele Rio? Aku pernah dengar ada murid hebat bernama Angele. Itukah yang kalian bicarakan?" Caitlyn tidak menjawab dan berbalik tanya. Fokusnya tertuju pada topik mereka sebelumnya.

"Iya, yang itu." kata remaja pertama sambil tawa.

"Anak sialan itu termasuk murid pintar di sekolah ini. Bahkan, kudengar dia diajari langsung oleh Master Adolf. Dia hanya anak yang beruntung. Dia pikir siapa dia? Sialan!" lanjut remaja pertama seakan-akan tidak peduli, namun sangat jelas bahwa ia iri dengan kesuksesan Angele.

"Iya, sejak dulu Angele tidak termasuk orang yang pintar." Caitlyn tergelak.

*****************************

Lima hari kemudian...

"Angele, kau kenal wanita bernama Caitlyn?" tanya Roger, tetangga Angele di asrama, saat makan malam bersama Angele.

Angele tidak berteman dekat dengan Roger, namun terkadang mereka makan dan berbincang-bincang bersama. Roger adalah orang yang memberitahu Angele tentang jadwal kelas saat hari pertama. Kemungkinan besar, ia adalah satu-satunya orang yang mau mengobrol dengan Angele selain Sophia.

"Caitlyn? Kenapa kau tiba-tiba bertanya begitu?" Angele berpikir sejenak sebelum menjawab. Dia mengingat bahwa nama itu adalah nama anak Viscount Candia. Secara tidak langsung, gadis itu adalah penyebab kematian Angele yang asli, yang saat itu terjatuh dalam lomba berkuda. Roger mengoleskan mentega di rotinya dan mengambil selai stroberi di sampingnya.

"Dia baru saja masuk ke sekolah ini, namun ia dan kakaknya sudah bermasalah dengan Vivak. Saat dikepung oleh geng Vivak itu, mereka tidak bisa melepaskan diri, dan akhirnya Caitlyn mengatakan jika kau adalah tunangannya di depan semua orang. Vivak tidak mau bertarung denganmu, jadi ia meninggalkan mereka." Roger tertawa.

"Sepertinya kau tidak kenal wanita itu. Kurasa drama ini akan berakhir lucu." lanjut Roger. Roger bukanlah anak bangsawan kaya, namun jelas bahwa perilakunya jauh lebih baik ketimbang bangsawan Kerajaan Rudin yang berlari kabur dari kerajaan mereka sendiri.

"Iya." Angele tidak ingin terlalu banyak berbicara, jadi ia hanya menjawab pendek sambil tertawa. Dia mengambil buah yang mirip apel dan memakannya. Saat itu, Keluarga Candia tidak siap menghadapi serangan Kerajaan Saladin, sehingga banyak prajurit utama mereka yang mati. Sekarang mereka kehilangan teritori mereka. Angele melihat salah satu prajurit mati itu di perjalanan, namun ia lupa nama prajurit tersebut. Viscount Candia sangat beruntung bisa masuk ke Marua dengan selamat.

"Siapa nama lengkap gadis itu?" tanya Angele.

"Caitlyn Candia." jawab Roger, lalu ia menggigit rotinya.

'Itu dia,' pikir Angele sembari tersenyum kepada Roger, tapi ia tak berkata apa-apa.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.