Dunia Penyihir

Di Kapal (Bagian 2)



Di Kapal (Bagian 2)

0

Semua melihat ke arah Jared dengan perasaan bercampur aduk, termasuk Angele, yang juga kaget dengan kemampuan anak yang lebih muda satu tahun darinya dan sudah mencapai tingkat 3. Angele menyadari bahwa pengetahuannya tentang dunia yang luas ini masih sangat minim.

"Tidak apa-apa. Namamu Jared, kan? Kau sangat hebat. Bisakah kita bicara sebentar setelah tes selesai?" tanya pria itu dengan raut wajah gembira.

"Tentu." Jared mengangguk. Ia masih terlihat tenang

"Calon penyihir tingkat dua di bawah umur 18 tahun, tolong berdiri di samping kiriku." Pria itu mengangguk kepada Jared, dan berbalik ke kelompok murid yang tersisa. Tujuh orang maju, dan tersisa 5 orang, termasuk Angele.

"Bagus. Calon penyihir tingkat 3 tidak akan dites. Sisanya, ikut aku." kata pria berjubah itu.

"Kalian masuklah satu-persatu ke sini. Calon penyihir tingkat 2 masuk terlebih dahulu." Pria itu memasuki sebuah ruangan melalui pintu kayu di ujung aula. Angele mencoba untuk mengintip, namun hanya terlihat kegelapan disana. Calon penyihir tingkat 2 masuk satu-persatu terlebih dulu, dan keluar 20 detik kemudian. Beberapa terlihat senang, namun ada juga yang terlihat putus asa.

Tak lama kemudian, giliran calon penyihir tingkat 1 untuk masuk telah tiba. Angele bahkan belum masuk tingkat 1, namun tampaknya ia tak peduli. Ada 4 orang calon penyihir tingkat 1. Yang pertama masuk adalah seorang gadis berambut hitam berkuncir kuda, dan dalam beberapa detik, dia keluar dengan raut kecewa dan air mata di pipinya. Angele dan kedua orang yang tersisa pun menjadi gugup saat sadar bahwa hanya beberapa orang di antara semua calon penyihir yang keluar dengan wajah bahagia. Ketiganya pun saling memandang, dan tak ada yang mau masuk terlebih dulu setelah melihat gadis itu menangis.

"Cepatlah! Selanjutnya!" Terdengar suara teriakan dari dalam ruangan. Pria berjubah itu berbicara dalam bahasa Rudin, namun aksennya akan terdengar aneh saat ia gugup. Angele memandang kedua murid lain itu selama beberapa saat, sebelum akhirnya memutuskan untuk masuk terlebih dahulu. Dia berhenti di depan pintu sejenak dan masuk ke dalam ruang gelap gulita tempat tes itu. Saat masuk, tercium bau amis khas volcano grass, salah satu tanaman yang ia makan saat perjalanan ke Marua.

"Tahukah kau dimana aku sekarang?" Suara pria itu terdengar dari seluruh penjuru, sehingga Angele berusaha mendengarkan dengan teliti. Ia menggunakan chip-nya untuk meningkatkan kerja indranya.

'Menganalisa... Gelombang suara terdeteksi dari 4 penjuru. Lokasi tidak ditemukan...' jawab Zero. Angele mengernyitkan alisnya, namun tidak ada yang dapat ia lakukan.

"Yah, pasti kau tidak bisa." kata pria itu. Ia berhenti sejenak, lalu ia menuliskan sesuatu.

"Dari arah manakah suaraku berasal?" tanya pria itu.

"Semua penjuru." kata Angele.

"Bagaimana dengan atas atau bawah?" tanya pria itu lagi.

"Tidak ada." jawab Angele.

"Bagus, kau orang yang jujur. Siapa namamu?" pria itu bertanya lagi.

"Angele Rio," jawabnya.

"Ada lima tingkatan potensi kekuatan penyihir. Kau memiliki potensi tingkat 2, sedikit lebih baik dari potensi tingkat 1. Sekarang, kau boleh keluar," kata pria itu.

Angele merasa sedikit kecewa. Ia membungkuk hormat pada pria itu sebelum keluar.

Melihat kekecewaan Angele, para murid yang tersisa semakin gelisah. Mereka akhirnya masuk dan menerima tes itu, namun semuanya keluar dengan wajah murung. Pria berjubah itu keluar setelah selesai mengetes, lalu ia mengunci pintu. Ia melihat ke arah semua calon murid di sana.

"Calon penyihir tingkat 3, kamar kalian ada di lantai 1. Ruang calon penyihir tingkat 2 ada di lantai 2, selain itu kalian bisa memilih kamar sendiri di lantai 5. Ruang makan dan kamar mandi ada di lantai ini. Semua kamar di atas dek sudah penuh dengan murid mancanegara. Jangan ke atas sembarangan, atau kalian mungkin akan bertemu murid yang nakal. Selama kalian tidak naik, mereka juga tidak akan turun. Sekarang, aku akan pergi mengawasi dek ini. Jika ada pertanyaan, temui aku di atas. Daftar hasil tes akan aku umumkan nanti. Kalian bisa datang jika mau melihatnya. Sekarang, kalian boleh pergi." kata pria itu sebelum meninggalkan aula.

"Ada yang mau cari kamar sekarang?" tanya salah satu murid, dan semua setuju. Murid-murid dari Pelabuhan Marua telah dibagi menjadi tiga kelompok: calon penyihir tingkat 3, tingkat 2, dan tingkat 1. Ketiga kelompok itu tidak tinggal di lantai yang sama. Mereka saling mengucapkan selamat tinggal sebelum berjalan ke tempat mereka masing-masing. Dari hasil tes itu, Angele mendapatkan kamar di lantai 5, lantai terbawah. 

Lorong lantai 5 sangat sempit dan becek. Terdengar suara gema langkah-langkah kaki dari atas, tapi ia tak melihat siapapun selain calon penyihir lainnya. Angele berjalan di posisi paling belakang, sementara di depannya ada lelaki tampan berambut merah, lelaki berambut pirang, dan gadis berambut hitam kuncir kuda yang berwajah tenang. Kedua lelaki yang berdiri di samping Angele adalah orang-orang yang ia lihat saat di dermaga. Gadis cantik di posisi paling depan itu mengenakan baju khas pendekar berpedang, dipadukan dengan baju dan celana ketat di bawah baju zirahnya, seperti seorang pemain olahraga anggar dari Eropa. Ia tidak terlihat ekspresif, tapi tetap terlihat keren dan cantik.

Pakaian ketat yang dikenakan gadis itu, terutama celananya, membuatnya terlihat menarik. Namun, kecantikannya berbeda dengan kecantikan Nancy. Jika dilihat dari jauh, gadis itu hanya terlihat mengenakan baju pendekar biasa. Namun, lekuk tubuhnya membuat baju biasa yang dikenakannya menjadi terlihat seksi, sehingga Angele tidak dapat berhenti menatap bokongnya. Keempat murid itu berjalan dalam sunyi, sebelum akhirnya remaja berambut pirang itu memecah kesunyian.

"Kita semua sama-sama calon penyihir tingkat 1, dan sekarang kita ada di posisi yang sama. Mari kita berkenalan." kata remaja itu sambil senyum.

"Namaku Lando Luc, 15 tahun. Tidak perlu membicarakan keluarga, lagipula mereka tidak peduli akan hal itu." lanjutnya.

"Yuri, 15 tahun. Potensi sihir tingkat 2. Sepertinya kita yang paling lemah di kapal ini." lanjut lelaki berambut merah itu sambil senyum pahit, setelah sahabatnya selesai bicara.

"Angele, 14 tahun. Potensi sihir tingkat 2. Seharusnya, potensi tidak terlalu penting. Kita masih muda, dan masih punya kesempatan." Angele tersenyum, mencoba membuat suasana dingin di sana sedikit lebih cair.

"Kalau kau tidak mengerti, diam saja!" gadis berambut hitam itu berbalik dan berkata dengan nada dingin.

"Kau tahu kan, membutuhkan waktu lama bagi seorang calon penyihir tingkat 1 untuk naik ke tingkat 2? Kita butuh setidaknya dua tahun untuk naik ke tingkat dua, karena potensi kita rendah! Dibandingkan dengan mereka yang sudah tingkat 2 atau tingkat 3, kita terlambat. Mereka bisa menjadi penyihir dalam 2 tahun saja, dan sekolah akan memberikan lebih banyak biaya untuk mereka. Sedangkan kita? Kita tidak bisa apa-apa!" bentak gadis itu.

"Memangnya kau tahu bagaimana cara menjadi penyihir sejati?" Angele mengernyitkan alisnya dengan sedikit marah.

"Setidaknya, mereka memiliki potensi sihir lebih tinggi, dan akan menjadi penyihir lebih cepat dari kita." Akhirnya, gadis itu menjadi sedikit tenang.

"Maafkan aku. Aku agak sedih, dan akhirnya membentakmu sebagai pelampiasan." lanjutnya.

"Tidak apa-apa. Kita sekarang ada di posisi yang sama, dan mungkin kita harus saling tolong nanti. Jangan terlalu dipikirkan." Angele mengangguk.

"Tenanglah teman-teman. Hei, aku belum tahu namamu. Bisakah kau perkenalkan dirimu?" Yuri menyela sambil tersenyum. Gadis itu berbalik, tidak mau memandang mereka.

"Velvet, 16 tahun. Potensi sihir tingkat... 1." Gadis itu berhenti sejenak sebelum menyelesaikan kalimatnya, sementara Lando dan Yuri terdiam mendengar gadis yang malang itu.

"Potensi sihir tingkat 1… Tidak heran dia sedih sekali." kata Lando kepada Angele dengan santai.

"Dapatkah kau menjelaskan perbedaan antara tingkat potensi sihir? Aku benar-benar tidak mengerti." tanya Angele.

"Menurut beberapa buku sihir yang pernah kubaca, tingkat sihir seseorang ditentukan oleh kecepatan mereka dalam meningkatkan kekuatan. Mereka dengan potensi tingkat 5 bisa menjadi calon penyihir tingkat 3 dalam setahun. Mereka nyaris tidak mungkin gagal walaupun tidak lolos tes penyihir. Hanya 50% orang dengan potensi tingkat 4 yang bisa menjadi penyihir sejati, dan orang di bawah tingkat 4 bernasib tragis. Mereka dengan potensi tingkat 3 memiliki 4% kesempatan menjadi penyihir, tingkat 2 memiliki 1% kesempatan, dan tingkat 1… mungkin hanya 1 dari sepuluh ribu dari mereka yang bisa menjadi penyihir. Selain itu, mereka akan membutuhkan waktu yang sangat lama. Perkembangan dalam 1 bulan berlatih meditasi untuk seseorang dengan potensi tingkat 1 sama dengan 1 hari berlatih untuk potensi tingkat 2 dan 3. Perbedaan yang sangat tajam." Lando menjelaskan sembari tersenyum.

Angele mengangguk, merasa sedikit sedih.

"Sebetulnya, orang-orang dari organisasi penyihir tidak terlalu peduli dengan murid berpotensi tingkat 1, jadi mereka yang potensinya kurang baik akan digabungkan dalam 1 lantai. Itu sudah biasa." lanjut Lando.

"Jadi, tidak ada harapan untuk Velvet?" tanya Yuri.

"Kurang lebih begitu." jawab Lando. Angele berhenti berbincang-bincang, dan menatap gadis itu. Bahunya bergetar menahan tangis, bukti bahwa ia mendengar pembicaraan mereka.

"Mungkin dia sudah menghabiskan 5 tahun bermeditasi untuk menjadi calon penyihir tingkat 1. Sayang sekali." kata Lando sembari menatap gadis itu. Tidak ada hinaan dalam perkataannya, hanya rasa kasihan.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.