Dunia Penyihir

Nancy (Bagian 1)



Nancy (Bagian 1)

0

Setelah pembicaraan itu, mereka semua terdiam, karena diskusi tingkat potensi sihir itu telah membuat semuanya sedih. Mereka cepat-cepat menuruni tangga sampai ke lantai terbawah, Lantai lima sangat gelap tanpa cahaya, bahkan tak ada satu lilin pun yang menyala. Tanpa ragu, Velvet terus berjalan maju. Ia menggesekkan dua bongkah batu kecil berwarna hitam, lalu kedua batu itu mulai bersinar seperti permata yang berkilau, sehingga mereka berempat akhirnya dapat melihat dengan jelas.

"Apa itu?" tanya Lando sembari menatap kedua batu itu dengan penuh rasa ingin tahu.

"Batu cahaya, salah satu alat dasar penyihir." jawab Velvet dengan santai. Angele menatap kedua batu tersebut dan memerintahkan Zero untuk menganalisa. Hasilnya, batu tersebut berisi beberapa energi radiasi yang akan bersinar setelah ditabrakkan, namun energi dalam batu itu terlalu kecil, jadi hanya bisa digunakan untuk menerangi jalan.

Tidak lama kemudian, mereka sampai ke lorong menuju kamar tidur. Seperti seluruh lantai 5, lorong itu sangat gelap dan sepi. Tidak ada orang lain selain mereka berempat. Saat membuka pintu, tercium bau lembab jamur menusuk hidung. Ruangan itu juga sangat becek dan gelap gulita. Tidak ada yang takut gelap, jadi mereka langsung memilih ruangan masing-masing. Hanya ada mereka berempat di sana, dan semua setuju memilih ruangan yang saling berseberangan untuk berjaga-jaga.

Lando Luc memilih kamar di seberang Angele, Velvet memilih kamar di samping Angele, dan Yuri memilih kamar di seberang Velvet. Angele segera menyalakan lampu minyak di meja kamarnya. Setelah dilihat-lihat, ternyata kamar itu terlihat sangat biasa: hanya ada satu kasur, dua kursi, dan meja kayu kecil. Seluruh permukaan meja, dinding, dan lantai tertutup jamur.

"Hanya karena potensi yang rendah, kita diperlakukan seperti ini?" Angele menggelengkan kepala dan menutup hidungnya. Mereka berempat keluar dari ruangan masing-masing secara bersamaan, dan menunjukkan reaksi yang sama.

"Ayo kita bersihkan kamar kita dulu." kata Yuri.

"Setuju." jawab mereka. Semuanya tahu cara membersihkan ruangan masing-masing dan mengambil peralatan dari toilet. Hanya Yuri yang tidak tahu cara membersihkan jamur, dan akhirnya Lando yang membersihkan kamar sahabatnya itu. Akhirnya, ruangan mereka terlihat lebih baik, atau setidaknya tidak lagi penuh jamur. Setelah itu, mereka kembali masuk ke kamar masing-masing untuk bermeditasi, sementara kapal mulai berjalan perlahan.

Setelah beberapa hari, Angele hampir tak pernah berbincang-bincang dengan teman-temannya, karena semuanya sibuk menghabiskan hari-hari mereka dengan bermeditasi dan membaca buku. Mereka hanya bisa bertemu sebentar saat makan dan saat Angele keluar untuk mencari udara segar dan cahaya matahari. Angele tidak melakukan hal selain meditasi. Setiap hari, Angele melihat Velvet selalu kesakitan di atas dek. Lando Luc pernah menjelaskan bahwa beberapa orang dengan potensi sihir tingkat 1 akan merasakan sakit saat bermeditasi. Angele tak pernah tahu rasa sakit yang dialami Velvet, karena ia ada di tingkat 2.

Angele merasa kasihan padanya, namun ia tidak terlalu peduli kepada yang lain. Belakangan ini, meditasinya berjalan lancar, dan ia menemukan bahwa metode meditasi harus didapatkan dengan membaca kitab sihir, seperti saat pertama Angele belajar, atau merasakan efek sihir tertentu. Ia tak mungkin mengajari prosedur meditasi secara lisan. Rune hanya disimpan calon penyihir dalam pikiran mereka, jadi sangat sulit untuk mendeskripsikannya dengan kata-kata.

Yuri juga memberitahu Angele bahwa ada batasan umur untuk mempelajari rune. Jika seseorang di bawah umur 12 tahun mencoba belajar dan menghafalkan rune, resiko mereka kehilangan kewarasannya sangat besar. Setelah latihan meditasi selama 5 hari, akhirnya Angele dapat menyimpan 10 simbol sekaligus, namun kecepatan perkembangan ini termasuk normal. Pria berjubah hitam itu sama sekali tidak peduli pada mereka yang memiliki potensi tingkat 1, karena mereka seperti orang biasa, hanya saja mental mereka sedikit lebih kuat.

15 hari berlalu, dan kapal mereka hanya berhenti satu kali untuk menerima lebih dari 10 calon penyihir. Dari jumlah itu, hanya satu orang yang ditambahkan ke lantai 5, dan Angele tidak memiliki informasi tentang murid lain yang masuk. Gadis yang ditambahkan ke lantai 5 itu berambut hijau, berkulit sawo matang, dan membawa busur panjang di punggungnya. Gadis itu sepertinya sedang tidak mau bicara, dan keempat penghuni lantai 5 membiarkannya memilih kamar di ujung lorong.

********************

"Sialan... Akhirnya, 12." Angele duduk bersila di tempat tidurnya. Wajahnya sedikit pucat setelah duduk terlalu lama di lantai yang dingin dan basah. Kulitnya sedikit lebih putih dan pucat karena tidak ada cahaya matahari, namun ia masih terlihat sehat seperti biasa.

"Aku sudah mencapai tingkat pertama, jadi sekarang aku harus mencoba merasakan energi tak dikenal yang ada di udara dan menariknya masuk ke tubuhku. Jika aku bisa melakukan ini, aku akan naik ke tingkat 2" gumam Angele dengan gembira, sembari mencari informasi dalam chip-nya.

'Aku menghabiskan 1 bulan untuk mencapai tahap ini. Menurut informasi Yuri, itu adalah kecepatan normal. Mendapat kecepatan lebih dari itu sangatlah susah. Jika melihat bagaimana Jared, calon penyihir tingkat 3 termuda, membutuhkan 2 tahun untuk menjadi calon penyihir tingkat 3, mungkin aku membutuhkan waktu lebih lama lagi.' pikir Angele. Dia telah melihat hasil tes potensi sihir yang ditempel di atas dek, dan mengetahui bahwa Jared memiliki potensi sihir tingkat 4, sementara Nancy dan Ali memiliki potensi tingkat 3. Ia berhenti berpikir, lalu melihat jam kristal yang ada di mejanya, yang menunjukkan pukul 4 pagi. Hanya tersisa 1 jam lagi untuk melakukan meditasi. Angele segera menutup matanya dan mulai bermeditasi lagi.

Angele sudah tidak lagi memikirkan rune, sekarang ia ingin merasakan energi istimewa yang ada di sekitarnya. Energi itu sangat misterius dan sulit ditemukan. Tipe energi yang dapat ia rasakan akan mempengaruhi masa depannya sebagai penyihir. Dalam gelap kamarnya, Angele duduk bersila di tempat tidurnya. Matanya terpejam dan tidak bercahaya seperti saat ia mencoba menghafalkan rune. Ia terlihat seperti sedang tertidur.

'Zero, carilah energi di udara, dan gunakan informasi apapun yang kau butuhkan.' perintah Angele.

'Misi dimulai... Sedang mencari...' Zero mulai menggunakan sebagian tenaga Angele untuk mencari energi itu secepat mungkin. Namun, 10 menit berjalan, dan ia tidak dapat menemukan apa-apa. Tidak sabar, Angele memutuskan untuk membuka mata.

'Sepertinya aku harus sabar.' Angele menyentuh dagunya dan mulai berpikir.

'Bahkan chip-ku tidak bisa menangkap energi yang ada di udara. Kurasa proses ini akan lama... Tunggu, aku punya cincin ajaib ini, dan chip-ku bisa menyerap dan menyimpan energi. Jika aku punya benda sihir lain, mungkin aku bisa melepaskan energi benda itu, dan aku akan menjadi calon penyihir tingkat dua,' Angele terus berpikir.

'Tapi di sisi lain, mungkin fungsi utama latihan ini adalah agar kita mengerti proses pencarian energi. Ilmu dasarku akan jelek jika aku menggunakan trik ini... Yah, aku akan menggunakan cara berlatih biasa saja,' Angele menghela nafas dengan kecewa. Ia memejamkan matanya dan mulai bermeditasi lagi.

Setidaknya, Angele masih dapat menggunakan benda sihir tanpa mencapai tingkat dua. Ia tetap bersyukur akan hal itu. Jika ia memiliki benda sihir, ia akan lebih aman di situasi apapun. Namun, masih banyak hal yang tidak dapat dipahami olehnya.

Keesokan harinya, terdengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa. Angele terbangun setelah mendengar seseorang mengatakan bahwa Ali dan Nancy sedang bertarung di dek kapal.

'Nancy?' Nancy adalah putri seorang duke. Gadis itu telah berjanji pada Adolf untuk membantu Angele saat berada di kapal.

"Ada apa?" Angele cepat-cepat bangun, mengenakan pakaian, dan berlari mengikuti semua orang setelah mengunci pintu kamar. Semua orang telah mendengar pertarungan itu, dan mereka segera lari ke dek kapal untuk menonton pertarungan itu.

"Apa yang sedang terjadi?" tanya Angele kepada Yuri sembari berlari.

"Nancy dan Ali sedang bertarung. Kudengar, Ali menyukai seorang gadis dan mendekatinya dengan... tidak sopan. Nancy melihat kejadian itu, dan mereka beradu mulut sampai akhirnya bertarung." jawab Yuri sembari berlari pula.

"Mereka berdua punya benda sihir, jadi kita harus menonton pertarungan ini," Lando Luc menoleh ke belakang dan berkata dengan gembira. Angele mengikuti kelompoknya ke atas dek dan melihat Nancy, yang masih mengenakan pakaian putih dan celana ketat, sedang berdiri di atas dek kapal sambil menggenggam pedang crossguard-nya dengan wajah serius, sementara Ali berdiri di seberangnya. Angin bertiup dan membuat kuncir kuda Nancy menari-nari menurut arah angin. Sementara itu, banyak calon penyihir menonton pertarungan mereka.

"Ali, tarik kata-katamu barusan, dan aku akan melupakan semua kejadian ini," kata Nancy.

"Tarik kembali kata-kataku? Ha," Dengan beraninya, Ali tertawa. Pakaian emas-putih yang dikenakannya, beserta sepasang pisau hitam panjangnya yang dipegangnya, membuat anak pangeran itu terlihat gagah. Setiap pisau itu berhiaskan batu rubi yang terlihat seperti mata. Selain itu, ada banyak pola yang terukir di permukaannya. Pisau itu terlihat luar biasa.

"Nancy, kita ini sedang ada di tengah laut. Duke Rocky tidak akan menolongmu. Kita ada di sini karena kekuatan kita sendiri, dan jika kau tidak suka perlakuanku kepada gadis ini, gunakan kekuatanmu." tantang Ali dengan suara keras dan ekspresi sombong.

"Dengan kekuatanku sendiri, ya?" Nancy menggenggam erat pedangnya.

"Baiklah! ELVIN!" teriak Nancy. Tiba-tiba, cincin perunggu di jari tengah tangan kanannya bersinar. Cahaya putih dari cincin itu sangat terang, hingga Angele nyaris tidak dapat membuka matanya. Ali menggerakkan tangannya dan mengarahkan batu rubi di pisaunya ke arah Nancy.

"MAKASA!" Batu rubi itu bersinar terang, hingga terlihat seperti sepasang mata merah berdarah. Nancy menurunkan tubuhnya dan berlari ke arah Ali. Ali juga maju menghadapi serangan itu. Saat kedua senjata mereka bertemu, mereka mulai saling menyerang. Angele hanya dapat melihat cahaya merah dan putih disertai dengan suara logam bertabrakan.

Tidak lama kemudian, pedang Nancy nyaris saja memotong leher Ali. Ia diselamatkan oleh sebuah cahaya pelindung tipis di samping lehernya. Tapi, bahu kiri Nancy terluka, dan darah terus mengucur dari bagian yang tertusuk pisau itu.

"Kau menang." Ali tersenyum dan mendorong pedang itu menjauh dari lehernya.

"Kutarik kembali kata-kataku. Gadis itu milikmu." kata Ali sembari menunjuk seorang gadis cantik berambut pendek berwarna hitam yang sedang duduk di lantai.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.